Alana kini tengah berada di kantin bersama temannya yang bernama Sasa, bel istirahat sudah berbunyi dari lima menit yang lalu. Sekarang mereka berdua tengah memikirkan ucapan Kaka kelas nya barusan yang hampir membuat jantung mereka copot. Selama bersekolah disini belum sekalipun Sasa mendengar bahwa seorang Alviano cowok paling galak, super duper cuek tapi tampan memberikan hukuman untuk menjadikan seorang cewek sebagai babu nya. Jika hukuman itu untuk cowok ya wajar saja, Sasa sudah sering melihatnya, namun jika cewek? Alana adalah cewek pertama yang di izinkan Alvi untuk masuk dalam kehidupan nya, meski hanya menjadi seorang babu.
"Bentar deh, Sa! Kalau memang dia Kaka kelas kita, kenapa yah aku gak pernah lihat dia di sekolah ini?" tanya Alana penasaran.
"Hadduh Alana! Bukan dia yang gak pernah terlihat di sekolah, tapi Lo! Yang terlalu sibuk dengan dunia Lo sendiri, sampai-sampai Lo itu gak terlihat di sekolah ini." Jelas Sasa.
"Emang iya?"
"Lo itu terlalu sering nyarang di perpustakaan, kelas, sama pekarangan sekolah! Jadi fine aja kali, kalau Lo ngerasa asing sama Kak Alvi."
"Iya juga sih, lagian kita jadi murid sini kan baru setengah tahun juga."
"Setengah tahun 'baru' menurut, lo? Wah gila sih lo, Al."
"Ya udah ahh! Sekarang mending kamu kasih tahu kak Alvi itu gimana orangnya, kamu kan sering dengar gosip sekolah."
"Beruntung banget Lo punya teman kaya gue kan." Ucap Sasa membanggakan dirinya.
Selagi Sasa menceritakan semua tentang Alvi, yang di ceritakan pun datang di ambang pintu masuk kantin bersama dua temannya dan membuat suasana kantin menjadi riuh, karena teriakan para gadis yang memuja Alvi. Langkah kaki nya yang cepat menuju tempat makan yang sedang di duduki Alana dan Sasa. Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi Alvi duduk di sebelah Alana dan membuat gadis di sebelah nya itu terkejut.
"Ihh! Kesel deh, ngapain sih ngikutin terus!" Ucal Alana kesal.
"Lo kan babu gue, harus nya Lo yang ngikutin gue! Bukan nya gue yang cari-cari, lo!"
Kedua temannya pun ikut duduk di sebelah kanan kiri Sasa, dan posisi Sasa pun diapit oleh kedua teman Alvi. Sementara Alvi masih menatap Alana dengan tatapan datar nya yang bisa membuat gadis di hadapannya akan meleleh saat itu juga, tapi tidak untuk Alana.
"Siapa juga yang mau jadi babu kamu!" tolak Alana.
"Lo mau nolak?"
"Iya kenapa memangnya?
"Lo gak liat cewek-cewek disini merhatiin kita? Tinggal pilih! Lo mau di makam hidup-hidup sama mereka, atau Lo jadi babu gue selama 3 bulan?" Ucap Alvi memberikan tawaran.
"Aku gak takut tuh, lagian kamu siapa? Bukan anak pemilik sekolah juga, aku bebas menolak keinginan kamu dan aku juga bisa melakukan apapun yang aku mau ke kamu." Ucap Alana menantang.
"Emang Lo berani ngapain gue, hah?"
Tanpa merespon ucapan Alvi, tangan Alana meraih minuman jus alpukat miliknya yang berada di meja kantin. Dengan segala keberanian yang ia kumpulkan, Alana menumpahkan jus itu tepat di atas kepala Alvi. Orang yang ditumpahi jus itu hanya diam tak merespon namun dalam hatinya sangat kesal dan emosi. Perlakuan Alana tersebut berhasil membuat semua murid yang berada di kantin terkejut, pasal nya ini pertama kali nya ada yang berani melawan Alvi. Sasa dan kedua teman Alvi yang berada dihadapannya juga sama terkejutnya, melihat tetesan jus itu mengalir diwajah Alvi.
Emosi Alvi sudah memuncak, hari ini tentu menjadi hari tersial bagi nya ia pikir gadis di hadapannya ini akan mudah ia taklukan ternyata anggapan Alvi salah. Ia pun berdiri dan menatap gadis yang tinggi nya hanya sampai dagunya itu. Alvi memberikan senyum khasnya pada Alana, senyuman yang membuat para cowok takut. Jarinya mengusap sisa jus alpukat yang berada di bibir nya dan memolesnya ke lidah.
"Makasih lho untuk jus nya!" Ucap Alvi santai.
Alana hanya heran menatap cowok di hadapannya ini dan berpikiran bahwa cowok ini sudah gila. Baru saja tadi pagi ia beranggapan bahwa Alvi cowok cuek yang memiliki sejuta rahasia dalam hati nya yang membuat Alvi bersikap demikian. Tapi siang ini semua anggapan nya itu ia hapus dan buang jauh-jauh, karena sekarang ia bisa lihat sendiri bahwa Alvi memang cowok gila yang suka memaksakan kehendak nya pada orang lain.
Perlahan Alvi mendekatkan bibirnya ke telinga Alana, dan membuat para gadis di kantin merasa iri pada Alana. Dalam kebisingan kantin Alvi berbisik pada Alana. "Perlakuan Lo yang begini, gak akan mengubah pikiran gue untuk tetap menjadikan Lo babu!" Ucap Alvi pelan dan memberikan senyuman pada Alana.
"Kamu ..."
"Besok jam 6 pagi! sudah harus ada susu kotak dan juga roti isi di meja gue!" Ucap Alvi memotong.
"Aku bilang, aku gak mau jadi babu kamu, maksa banget sih."
"Gue gak perduli, gue gak terima penolakan!" Ucap Alvi dan pergi begitu saja.
Dua teman Alvi mengikuti di belakang dengan memegang seragam Alvi yang basah karena jus. Sasa mendekat ke Alana dan matanya masih tak terpejam karena kelakuan temannya ini.
"Alana! Lo hebat!" Ucap Sasa memberikan dua acungan jari jempol nya pada Alana.
"Hebat apaan! Kesel deh."
"Lo tenang aja, selama Lo gak buat Kak Alvi emosi. Lo gak akan kena masalah kok, kalau Lo sampai di apa-apain sama dia. Gue..... "
"Bakal bantu aku kan?" Ucap Alana cepat dan yakin.
"Ya gak lah! Mana mungkin,"
"Tau ah ngeselin."
Alana menghembuskan nafasnya kasar, ia pasrah dengan hidupnya yang sekarang. Besok pagi pertempuran pertama sebagai seorang babu Alvi akan di mulai, semoga saja Alvi selalu bersikap baik pada nya selama 3 bulan. Dan semoga saja Alana tidak terbawa emosi agar tidak membuat Alvi marah, karena dari cerita Sasa kalau Alvi marah tatapan nya sangat menakutkan bahkan sikap nya jauh lebih menakutkan dari tatapan nya. Alana merasa dirinya menjadi gadis sial saat ini karena harus masuk dalam kehidupan Alvi, sedikitpun ia tidak merasa senang sepeti para gadis yang memimpikan hal ini akan terjadi pada mereka. Ia pun mendudukkan tubuhnya dan menyanggah kepalanya untuk berfikir, setelah ini apa lagi yang akan terjadi pada hidupnya?
.
.
.
.
.
.
I'am Back!!! Happy Reading Sobat:)Semoga suka dengan chapter ini yah, tunggu next chapter selanjutnya:)
See you
Jakarta, 01-05-20
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIANO
Teen FictionIni tentang bagaimana seorang lelaki yang tak memiliki perasaan cinta dalam hidupnya, bahkan tak mengenal adanya bahagia dalam dunia nya. Hingga ia bertemu dengan seseorang! Seseorang yang merubah semua perasaan dalam hatinya, seseorang yang dapat m...