Masa Depan

26 2 0
                                    

[CLARA MAUREEN]

Penat, nak rehat .
───────────── · ·
Gadis itu menatap jam tangannya berkali-kali.

Ia merapikan poni rambutnya dan menatap sekeliling dengan tatapan waspada.

Para mahasiswa berlalu-lalang dengan cepat. Menghindari terlambatnya kelas, namun beda halnya dengan gadis berhoodie hitam yang sedang berdiri di depan gerbang.

Matanya terus melihat sekeliling, seolah mencari sesuatu tapi nggak. Dia memasangkan topi kekepalanya, topi hitam bertuliskan Crazy Girl di depannya.

Mulutnya mulai berkomat-kamit mengucapkan sesuatu. "Kali ini pasti datang!"

Lagi-lagi dia menatap jam tangannya, sudah satu jam dia berdiri disini.

Ting!

Ponselnya berbunyi, ada notifikasi masuk. Dia tersenyum lebar, buru-buru menyalakan layar ponselnya.

Ada pesan masuk, seketika senyumannya pudar.

Awal: gue jemput lo sekarang.

Tidak ada niatan gadis itu membalasnya, dia malah mematikan ponselnya dan memasukan kedalam tas gendongnya. Wajahnya menekuk, tidak ada wajah gembira sama sekali.

Tidak lama, mobil mewah berwarna hitam berhenti di depannya. Kaca mobil itu turun, seorang laki-laki menyuruhnya untuk masuk. "Cepet masuk, gue lihat ada Pak dosen kelas pagi jalan kesini."

Gadis itu tidak terlalu mengkhawatirkan ucapan laki-laki itu. Masa bodo jika dirinya berpapasan dengan Pak Dosen, belum tentu juga dia mengenali wajahnya.

Gadis ituㅡClara mau tidak mau masuk kedalam mobil warna hitam. Senyumannya tidak terlihat sama sekali. Wajahnya begitu suram, bahkan tatapannya saja dingin.

"Mana Dipta?"

Laki-laki itu menyunggingkan senyuman, tangannya sibuk mengemudi mobil. "Kenapa tanya Dipta?" Katanya, mulai ingin mempermainkan Clara dengan kata-katanya.

Clara memutarkan bolamatanya malas, tidak mau beradu argumen dengan laki-laki yang sedang bersamanya ini. Itu laki-laki ini selalu menggodanya.

"Dipta gak ada, Arik ada."

Sunggingan laki-laki itu semakin mengembang, "terus?"

"Terus, gak ada terusannya Rik!"

Arik malah tertawa, padahal tidak ada yang lucu. "Lo itu nyariin Dipta mulu, padahal gue disini lo. Gue yang salalu ada buat lo, kok Dipta mulu yang ditanyain?"

Clara mendengus mendengar ucapan temannya ini. Memang, mau bagaimanapun jika berdebat dengan laki-laki yang satu ini pasti akan kalah.

Meski tahu akan kalah, Clara terus saja menjawab apa yang Arik katakan. Siapa tahu dia bisa menangka? Meski menangnya tak dapat penghargaa apa-apa.  "Dipta gak ada, Arik ada."

Arik menggeleng, "kalau gue gak ada, lo nanya ke Dipta?" Clara menggeleng. Lagi-lagi Arik tertawa.

"Kok malah makhluk kaya gini yang anter gue. Ya gusti, apa salah hambamu ini." Clara mulai bermonolog, dia menutup wajahnya menggunakan tas. "Banyak ya."

Arik melirik Clara yang terlihat frustasi, dia tersenyum samar. "Lagian lo gak tau Dipta kaya gimana aja."

Tema obrolan Arik kali ini didengar Clara, dia menoleh mengangkat alisnya. Ekspresinya seolah minta jawaban dari Arik.

Arik mengangkat bahu. "Dia itu tipikal orang yang gak suka ninggalin pekerjaannya yang bersangkutan dengan masa depan." Clara masih mendengarkan Arik berceloteh, dia enggan untuk komentar.

"Sekarang dia ada kelas, jadi kesimpulannya..."

"Gak mau anter gue kemasa depan." Itu Clara yang bicara, wajahnya begitu polos membuat Arik tertawa. Arik melepaskan topi yang sedari tadi nempel dikepala Clara.

"Dia aja belum antar masa depannya sendiri, Clara."

"Oke, gue kalah ngomong sama lo. Tapi," kalimatnya digantung. "Dia bilang hari ini gak ada kelas tuh."
───────────── · ·

Instagram;
_salmitisme

Biasa! Tulisa nama IG kalian dikolom komentar!
Hehe...

Penat, Nak RehatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang