Koala terbang

20 0 0
                                    

[RAFAEL DEWANTARA]

Penat, nak rehat.
───────────── · ·
Dipagi yang cerah.

Tinggalah seorang laki-laki tampan.

Meski matanya tertutup rapat, penampilannya acak-acakan. Tetap saja, sisi tampannya terlihat begitu jelas. Bahkan jelas sekali.

"DEWAAAA!!! ASTAGA, LO ITU YA." Seorang wanita masuk begitu saja kekamar laki-laki tampan yang sedang tertidur pulas di atas ranjang yang empuk.

Gadis dengan rambut yang dibaluti handuk itu menendang pantat laki-laki yang Dewa itu tak berperasaan. "BANGUN GAK LO! KOALA, DASAR!" Emosinya tak bisa lagi terbendung. Dia benar-benar emosi oleh adik laki-lakinya itu.

"Eeuummm!" Dia mengerang, meninju pelan kaki yang masih menempel dipantatnya. Mengambil selimut, kemudian menyelimuti semua tubuhnya.

Wanita ituㅡRaissa, dia berjalan entah kemana. Tak lama dia muncul, berjalan sambil membawa ember berisikan air ditangannya.

Raissa memandang Dewa sebentar, tanpa fikir lama dia menumpahkan air kewajah Dewa yang tertutup selimut.

Sesuai dengan harapan Raissa. Dewa seketika bangkit dan bangun sambil melemparkan selimut basahnya kesembarang tempat.

"ICCCHHHHAAAAAAA!!!"

Pekik Dewa geram karena ulah kakaknya yang tidak waras.

Raissa masih tidak puas dengan penderitaan adik laki-lakinya itu. Dia mengangkat embernya, "bangun gak lo!" Seru Raissa dibaluti dengan emosi, "atau gue siram lagi muka suram lo itu, supaya tumbuh bersinar meski seupil?!"

Malah tidur lagi!

Dewa kembali tertidur sambil duduk, dia memejamkan mata nampak melanjutkan mimpinya.

Raissa gemas, dia menaruh ember kosong yang dipegangnya di kepala sang adik.

"Lo mau lebih menderita? Gue panggil Mommy sekarang!" Ancam Raissa sambil mengetuk-ngetuk ember itu dari luar.

"Mau tau gak azab seorang Kakak yang mengusik Adiknya yang dengan tertidur tenang?" Dari dalam sana Dewa berbicara datar. Nampak malas untuk melepaskan ember itu dari kepalanya.

Raissa malah semakin keras mengetuk-ngetuk luar ember. "Tidur aja selamanya!" Serunya. Raissa jadi kesal sendiri, dia pergi dari kamar Dewa dengan penuh kekesalan.

Dewa kembali terpejam dibalik ember yang menutupi wajahnya.

"RAFAEL DEWANTARA!"

Sontak Dewa beranjak dari ranjangnya, dan berlari keluar kamar tanpa melepaskan embernya.

Hanya kekuatan sang Ibu untuk membangunkan seekor koala itu.

Hanya kekuatan sang Ibu agar seekor koala itu patuh pada perintahnya.

Hanya kekuatan sang Ibu agar seekor koala ituㅡ

Gubrraaakkk!

Karena penglihatannya itu terhalang oleh ember hitam jahanam. Tubuh Dewa mencium lantai, dan tak bergerak sama sekali.

Tubuhnya tergeletak lemah dilantai. Keadaannya yang basah kuyup, dan kepala ember. Sungguh malang nasib manusia yang satu itu.

Ibu dan Kakaknya itu berlari melihat keadaan Dewa.

Dewa tak kunjung bangkit.

"Dew.."

"Dewaaa..."

"Dewa tidur Mom, Cha."

"MATI AJA LAH KOALA GOBLOK!"

Mommy dan RaissaㅡIcha, mereka kompak menendang Dewa keneraka jahanam.

[Readers yang baik, tidak meniru]

Keadaanya masih seperti orang yang selesai dibully. Dewa duduk di depan meja makan, matanya masih tertutup rapat-rapat. Dia menganggurkan makanan yang sudah disediakan Mommy dan Icha.

Tak!

Mommy memukul sendok kepiring. Giginya menggertak, wajahnya sudah seperti cabai dipinggir jalanㅡcabai pasaran bukan bawah lampu merah.

Dewa langsung memejamkan mata secepat kilat, kemudian dia melahap apa saja yang dia ambil. Piringpun jadi.

"Makananya enak Mom."

"Sekarang jam berapa?" Tanya Mommy disela-sela suapannya. Emosinya sudah mulai terkontrol.

Dewa tidak melirik kanan kiri untuk mencari jam. Dia ngomong asal ceplos, "dua belas malam Mom. Mangkannya Dew masih ngantuk."

TAK!

Pukulannya kini makin keras.

"Ralat, dua belas siang." Ucap Dewa sambil menundukan kepalanya.

"Lo ada kelas Dew?" Tanya Icha kali ini.

Dewa hanya menatap Icha lempeng, tidak ada niatan untuk menjawabnya. Pikir Dewa, apa urusannya jika Icha tahu jika hari ini ada kelas atau tidak.

TAK TAK TAK!

Mommy udah kesetanan.

"Dew ada kelas tadi pagi."

BLETAK!

Akhirnya centong mendarat tepat dikening Dewa.

"Aduh, salah Dew apa lagi?" Ringis Dewa sambil memegangi kepalanya yang mulai muncul benjolan kecil kemudian membesar.

"Lo kenapa bolos lagi si?" Suara Mommy berusaha untuk tidak berteriak sedikitpun.

"Malas jalan kaki." Jawab Dewa membuat wanita di depannya itu geleng-geleng kepala. "Mangkannya Mom." Lanjut Dewa dengan wajah memelas.

"Apa?"

"Beliin Dew sayap, supaya Dew gak jadi pemuda tampan yang pemalas."

Dewa tersenyum, membuat matanya hilang tak terlihat.

Mata Mommy dan Icha melotot, hampir keluar dari tempatnya. Mereka berdua mengangkat sendoknya masing-masing siap untuk melemparkan kekening Dewa.

"MATII AJA LO DEWWWAAA!"

PLETAK!
───────────── · ·

Seneng gak bacanya? Ketawa gak pas lagi nangis?
Eh? Gak kok cumaㅡapaan lah.

Penat, Nak RehatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang