Hidup

8 2 0
                                    

[AKSA MAHARAJA]

Penat, nak rehat .
───────────── · ·
Hidup memang tidak bisa ditebak.

Mungkin saja kamu meninggalkan dunia ketika sedang berjalan, atau bahkan baru bangun tidur. Mungkin saja kerabat terdekat kamu meninggalkan dunia tanpa diduga-duga.

Siapapun itu, tidak akan ada yang tahu kejadian seperti apa selanjutnya.

Takdir sudah ada ditangan tuhan, tidak ada yang mengetahui takdir dirinya dimasa depan seperti apa.

Yang tak terduga-duga, bahkan bisa diduga-duga tanpa sepengetahuan kamu.

Seperti kehidupan seorang pemuda berumur 20 tahun ini.

"Udah Ak, ikhlasin, Ibu lo disana udah tenang." Seorang pemuda seumuran dengannya, menenangkan Aksa yang tengah bersedih atas meninggalnya Ibu kandungnya.

Nama Aksa Maharaja, mahasiswa semester tiga. Anak yatim piatu pada saat ini juga. Ayahnya meninggal pada saat dia berumur 6 tahun. Dan Ibunya.. baru saja meninggalkan Aksa.

Aksa terus menyembunyikan wajahnya didekapan lututnya. Tidak mau ada seorangpun yang melihat wajahnya yang banyak bekas jejak air mata.

Laki-laki yang statusnya teman Aksa dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia berdiri di samping Aksa sambil bergeming. Wajahnya menatap lurus kepada Aksa yang terus menyembunyikan wajah.

"Lo butuh waktu sendiri buat nenangin lo." Kata Rayhan, akhirnya dia memutuskan untuk memberikan Aksa waktu menenagkan dirinya.

Rayhan berjalan keluar kamar Aksa. Perlahan dia membuka pintu, juga perlahan menutup pintu.

"Ray, Aksa gimana?" Tanya seorang gadis dengan wajah cemas. Nampaknya dia sudah menunggu lama di depan kamar Aksa.

Ray tersenyum manis kepada sahabat sejak lamanya itu. Memegangi pundaknya, dan mendorong Kreysa pergi menjauh dari depan kamar Aksa.

"Kita ngobrol jangan disini."

Kreyㅡdia hanya terdiam. Rasa cemas terus menyelimuti dirinya. Dia menunduk, sambil memegangi ujung baju hitamnya.

Mereka sama-sama memakai baju serba hitam. Karena baru saja mengantarkan jasad Ibu Aksa kepengistirahatan terakhirnya. Rasa ikut sedih yang mengalir, merasakan apa yang Aksa rasakan.

Keduanya duduk berhadapan disebuah taman.

"Aksa butuh waktu sebentar buat menenangkan dirinya, Krey."

.

.

3 hari kemudian.

"Ray, udah tiga hari Aksa gak masuk kuliah."

Rayhan sibuk membereskan alat tulisnya kedalam tas, sore ini kelas sudah berakhir. "Jadi maunya apa?"

Kreysa mondar-mandir di depan meja Rayhan. Seperti setrikaan panas yang siap melicini berbagai macam pakaian. Wajahnya yang mulai memanas efek berpikir keras.

Kalimat yang ada diotak Kreysa sekarang bagaimana keadaan Aksa sekarang.

Tiga hari dia tidak mendapatkan kabar dari Aksa. Bagaikan sudah tiga abad dia tidak bertemu dengan laki-laki yang membuat perasaannya gusar itu.

Sehari-harinya dia terus diselimuti rasa cemas, hanya bisa berdoa dan berdoa, berharap Aksa baik-baik saja disana.

Tidak ada kegiatannya dengan benar dilakukan. Bahkan kuliah hari ini saja, dia tidak fokus. Beberapa kali ditegur oleh dosen yang masuk kelas hari ini.

"Kita temui Aksa sekarang!" Serunya, dia langsung berjalan cepat meninggalkan Rayhan.

.

.

Tok tok tok

Kreysa mengetuk pintu rumah sederhana dengan perasaan cemas yang teramat. Dia terus mengetuk pintu dengan tak sabarnya.

"Yang sabar Krey."

"Gak bisa Ray, ini darurat."

Lama. Pintu tak kian juga dibuka. Kreysa yang menunggu, sudah tak sabar lagi. Dia mencoba membuka pintu, dan ternyata pintunya tak terkunci.

Tanpa ba-bi-bu lagi, Krey langsung masuk kedalam.  Dia mencari-cari keberadaan Aksa namun tak kunjung bertemu.

"Aksa!"

Panggil Kreysa terus, sedangkan Rayhan mengikutinya dari belakang.

Didapur, Kreysa tak melihat batang hidung Aksa.

Dikamar mandi, pintunya terbuka lebar.

Di belakang rumah, tak ada Aksa sedang menyiram tanaman.

Kreysa dan Rayhan belum mengeceknya dikamar. Saking cemasnya Krey, dia tak kepikiran untuk mengecek keruangan tersebut. Ruangan yang paling biasa orang-orang sekedar beristirahat atau bersembunyi dari kenyataan yang begitu kejam.

"Ray! Aksa gak ada." Kreysa menunduk, dia menyembunyikan wajahnya didada Rayhan.

Kreysa terisak, "Aksa kemana? Ray."

Rayhan bisa mendengarnya, Kreysa menangis.

"Kita belum cari dia dikamarnya kan?"

Kreysa langsung memperlihatkan wajahnya. Benar saja pikir Rayhan, dia menangis.

Kreysa lagi-lagi meninggalkan Rayhan sendiri. Dia dengan cepat berlari kekamar Aksa.

"Ak...sa.."

Diambang pintu Kreysa berdiri mematung, melihat keadaan Aksa yang sedang duduk di atas ranjang. Diikuti Rayhan dari belakang, dia ikut mematung juga namun tak kaget seperti Kreysa.

"Kalian."

Senyuman sendu diperlihatkan Aksa kepada dua sahabatnya. Sambil mengobati luka-luka yang ada disekujur tubuhnya. Dia memasukan baju-baju kedalam tas besar.

"Aksa kenapa?" Itu suara Kreysa, masih tak berani untuk mendekati Aksa.

"Aksa?" Dia menunjuk dirinya sendiri. "Gapapa Krey, gak usah khawatir." Lagi-lagi dia tersenyum dibalik deritanya yang teramat banyak.
───────────── · ·

Hallo!
Jangan lupa VOTE, KOMEN, SHARE!

Mau tau kelanjutan story AKSA MAHARAJA?

Penat, Nak RehatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang