╬ hasiera ╬

1K 60 5
                                    

Bel sekolah sudah berbunyi, membuat para murid berhamburan keluar dari kelasnya untuk segera menemui kasur kesayangan mereka. Hal yang sama dilakukan oleh para murid dari kelas XI-C.

"Kamu yang bakalan bawa peralatan mandi kan?" celetuk seorang murid.

Ia memutar badannya yang mungil ke belakang untuk melihat sang lawan bicara. Sang lawan bicara hanya menganggukan kepalanya. Murid mungil tersebut mengambil ponselnya yang ada di atas meja.

"Listnya udah lengkap? Ga ada yang kurang?" tanyanya lagi. Sang lawan bicaranya mengangguk lagi. Mereka berdua segera keluar dari kelasnya setelah dirasa tak ada barang yang tertinggal.

"Udah semua, Jihoon sayang. Coba cek lagi sana," ujar sang lawan bicara. Jihoon mengangkat kedua bahunya, ia memainkan ponselnya sambil berjalan di samping sang lawan bicara.

"Mastiin aja Wonwoo, sapa tau gitu ada yang kelupaan. Mampir ke minimarket ga? Ngelengkapin barang yang kurang gitu?" tawar Jihoon. Wonwoo menyatukan kedua alisnya sambil berpikir apakah ada barang yang belum dia siapkan.

"Ayolah, lupa kalau aku belum beli sikat gigi sama odol. Eh, sama bak kecil juga. Keliatannya banyak yang belum aku beli deh Hoon," Wonwoo tersenyum menampilkan kedua taring kecilnya sambil menggaruk kepalanya. Jihoon memutar kedua bola matanya sambil mendecih.

"Kebiasaan deh, cerobohnya ga diilangin. Telpon Haechan sana, ajakin sekalian. Kuotaku habis," Jihoon menyandarkan badannya ke dinding samping gerbang sekolah, ia melipat kedua tangannya di depan dada.

Wonwoo yang mendengarkan perkataan Jihoon segera menyalakan ponselnya dan menelepon Haechan. Tidak begitu lama, karena pada dering kedua sudah diangkat oleh Haechan. Wonwoo mengatakan apa yang dikatakan oleh Jihoon, setelahnya ia menutup panggilannya.

"Lima menit lagi, kelasnya masih rapat bahas buat besok," kata Wonwoo. Jihoon menganggukkan kepalanya paham.

Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki mendekati mereka. Wonwoo dan Jihoon melihat seorang pemuda dengan kulit caramel mendatangi mereka. Pemuda yang baru saja datang itu langsung mengajak mereka berdua untuk segera ke minimarket.

Selama di perjalanan menuju minimarket, mereka mengobrol ringan tentang bagaimana serunya esok hari saat mereka camping di Hutan Lauby. Ya, sekolah mereka mengadakan kegiatan tersebut setiap tahunnya untuk kelas XI untuk melatih karakter muridnya, katanya.

"Kita jadi satu tenda kan? Haechan udah bilang ke kelasmu?" tanya Wonwoo kepada pemuda berkulit caramel-Haechan. Haechan menganggukan kepalanya. Ia tersenyum lebar sambil membuka pintu masuk minimarket.

"Aku bagian bahan makanan kan bang? Mau makan apa empat hari disana?" tanya Haechan. Tangannya mengambil sebuah trolley dan didorongnya menuju rak bahan makanan.

"Yang sekiranya ga ribet, tumis-tumisan gitu. Serah kamu Chan," kata Jihoon. Haechan mengangguk, matanya menatap bahan makanan yang ada disana.

"Tumis sawi, tumis kangkung, tumis kacang panjang, hari keempat makan nasi goreng aja, enak," ujar Wonwoo yang mendapat anggukan dari kedua sahabatnya. Hechan dan Jihoon mengambil beberapa sayuran, bumbu, dan beberapa telur serta tahu untuk lauk. Sedangkan Wonwoo mengambil ponselnya dan memvideocall sahabatnya yang satu lagi.

"Bang Taeyong," sapa Wonwoo semangat. Jihoon dan Haechan yang mendengarnya segera mendekati Wonwoo dan menyapa seseorang seperti yang dilakukan oleh Wonwoo.

"Halo, adek-adekku. Lagi ngapain?" tanya Taeyong. Pemuda yang memiliki pipi tirus dan mata bulat tersebut tersenyum lebar melihat ketiga sahabatnya bersama.

"Belanja bang. Haechan beli bahan buat besok, aku mau beli sikat gigi, kalo Jihoon mau beli plester. Besok makanannya tumis-tumis bang biar ga ribet," jelas Wonwoo. Taeyong tersenyum dan mengangguk. Ia merasa senang saat melihat orang yang ia sayangi merasa senang.

Nire Patua (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang