╬ lau ╬

466 43 0
                                    

Sesampainya di rumah sakit, Wonwoo, Jihoon, dan Haechan langsung di bawa ke ruang UGD. Taeyong duduk di kursi panjang yang berada di depan ruang UGD, di kanannya ada Jaehyun lalu teman-temannya, di kirinya ada Jeonghan yang menenangkan Taeyong. Kaki Taeyong tak bisa berhenti bergerak untuk mengurangi kegelisahannya.

Setelah hampir satu jam mereka menunggu, pintu di depan mereka pun terbuka, menampilkan seorang dokter dengan sarung tangan yang terpercik darah membungkus tangannya. Mereka mendongakkan kepala saat melihat seorang dokter keluar dari ruangan, Mark hendak berdiri untuk menanyakan kondisi Haechan, namun di tahan oleh Jaehyun. Mark hendak potres kepada Jaehyun, tapi sudah di dahului dengan bisikan Jaehyun yang mau tidak mau membuat ia menurut.

"Keluarga korban?"

Taeyong langsung berdiri diikuti oleh Jeonghan. Ia menggenggam tangan Jeonghan untuk menenangkan dirinya sendiri dan Jeonghan membantunya dengan mengusap punggungnya pelan.

"Saya sahabat mereka bertiga, Dok. Gimana mereka bertiga?"

"Baik. Yang pake jaket cuma syok aja, terus yang mungil itu kehabisan tenaga makanya pingsan. Yang lukanya parah, ada beberapa lukanya yang kami jahit terus sisanya diperban. Yang dua boleh langsung pulang ketika udah sadar nanti, kalau yang luka di rawat disini sampai jahitannya dilepas, ya."

"Gabungin mereka bertiga di satu kamar, Dok. Nanti saya urus untuk biaya berobatnya."

"Kalau itu hubungi resepsionis aja ya Mas. Saya permisi dulu, mari."

Dokter itu meninggalkan tempatnya berdiri. Taeyong menghela napasnya berat, ia melihat ke arah Jaehyun dan tiga temannya yang sedari tadi menjadi pusat perhatian di lorong rumah sakit. Mereka semua melihat ke arah Taeyong, Taeyong yang ditatapi mereka menjadi bingung harus berbuat apa.

"Emm.. anu. Kalian sama Jaeonghan ke kamar mereka aja dulu, nanti gue nyusul. Gue mau nunggu nyokapnya Wonwoo di depan. Kalau udah sampe di kamar, jangan lupa bilang ke gue kamarnya di sebelah mana."

"Aku ikut."

Taeyong mengiyakan ucapan Jaehyun. Mereka berdua berjalan ke gerbang rumah sakit. Mobil pengawas hutan sudah tidak terlihat di parkiran, mungkin orangnya tadi terpaksa makanya sudah pergi begitu saja tanpa menanyakan kondisi yang sahabatnya. Taeyong tidak peduli, toh mereka saja tidak peduli dengan sahabatnya yang terluka parah itu.

"Jaehyun bawa hp?"

Jaehyun mengangguk, ia mengeluarkan ponsel pintarnya dari dalam tas ranselnya. Ia memberikannya kepada Taeyong, lalu melihat ke jalanan yang dipenuhi oleh pengendara. Taeyong menyuruh Jaehyun untuk membuka kunci di ponselnya. Namun, bukannya Jaehyun membuka kunci layarnya, Jaehyun malah memberi tahu sandinya kepada Taeyong. Taeyong lagi-lagi hanya mengiyakan saja, otak Taeyong sudah lelah untuk berpikir apa alasan Jaehyun.

"Jaehyun masih ada kan kuotanya?"

"Masih."

"Minta kuotanya sama pinjem hpnya ya."

Jaehyun terkekeh kecil, ia menganggukkan kepalanya. Tak habis pikir dengan Taeyong yang meminta izin kepadanya, padahal ponselnya sudah berada di tangannya sedari tadi. Taeyong mulai mengetik sesuatu di ponsel Jaehyun, setelahnya ia meletakkan ponsel Jaehyun di telinga kanannya.

"Halo," ucap seorang wanita di seberang sana.

"Halo bunda, ini Taeyong."

"Owalah, Taeyong toh. Bunda kira siapa. Kamu ganti nomer, Yong?"

"Ga bunda. Ini Taeyong pinjem hp orang, hpnya Taeyong ada di tenda. Lupa ga Taeyong bawa."

Jaehyun menarik tangan Taeyong untuk duduk di warung makan. Jaehyun menunjukkan menunya pada Taeyong, agar Taeyong bisa memilih. Taeyong menunjuk nasi goreng dan jus melon. Jaehyun mengangguk, ia lalu memanggil pelayan untuk memesan. Taeyong kembali memfokuskan pendengarannya, sedangkan Jaehyun menyebutkan pesanan mereka.

Nire Patua (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang