ALFA (2)

312 137 22
                                    

Hello guys..
Apakabarnya?

Ready untuk part 2?

Mohon maaf jika sebelumnya cerita ini kurang bagus atau apapun itu, aku nerima dengan kritik saran kalian untuk cerita ini agar kedepannya aku akan perbiki.

Typo bertebaran, harap dimaklumi!
Enjoy...

Jangan lupa klik tanda bintangnya juga...

****

Keesokan paginya Al sudah bersiap-siap untuk berangkat sekolah.

Melupakan kejadian semalam dan bangkit kembali dalam menjalankan kehidupannya itu.

Langkahnya terhenti tak kala melihat sosok bundanya yang sudah berada di meja makan.

Merry, Bunda Al menyambut nya dengan senyuman seperti biasanya.

"Sarapan dulu sini al, " Ucap Merry

Detik itu juga Al melangkahkan kakinya menuju meja makan yang sudah diisi oleh bunda dan ayahnya.

Ferry, Ayah Al melihat putra tunggalnya yang sudah duduk di sebelah kananya hanya bisa menghela napas saat melihat wajah anaknya itu yang terlihat menyedihkan.

Ferry dan merry sangat tau bagaimana keadaan sikisnya Al dari hari demi hari. Harus bangkit saat hati dan jiwanya tidak ingin bangkit kembali.

Ferry melihat putranya hanya bisa pasrah karena ferry tidak bisa berbuat apapun sekarang. Kebahagiaannya telah direnggut olehnya. Bahkan tujuan hidupnya itu juga.

"Hari ini ada latihan basket gak kak?" Tanya Ferry yang berusah mencairkan suasan meja makan itu.

"Ada bun, " Balas Al singkat dan jelas.

Ferry menghela napas. Putranya itu selalu membalas perkataannya singkat dan dingin bahkan kini ferry tidak pernah melihat lagi putranya tertawa apalagi tersenyum.

Merry yang sendari tadi berada di antara ayah dan anak itu hanya bisa diam tanpa mengeluarkan kata patah pun.

Ibu mana yang tidak sedih melihat anaknya yang begitu menderita?

Ibu mana yang tidak menginginkan anaknya kembali bahagia?

Merry hanya sosok ibu yang selalu mendokan putranya itu mendapatkan kebahagiaannya kembali. Kebahagiaan yang telah direnggutnya.

"Kalau begitu bunda bawaain bekal buat kakak, ya?"

"Gak perlu bun. Aku bisa makan di kantin."

"Tapi kakak kan pulangnya sore. Bunda siapin bentaran aja kok bekalnya."

"Gak perlu bun, aku bisa makan di luar kok. Bunda jangan khawatir."

Penolakan lagi yang harus Merry terima dari anaknya itu. Dan merry sudah terbiasa dengan itu semua semenjak 2 tahun yang lalu.

Al merupakan anak tunggalnya. Anak pewaris dari keluarga wijaya bahkan Merry dan Ferry sering memanggil Al dengan sebutan kakak. Karena dulu saat Al berumur 5 tahun Al kehilangan Adiknya yang masih dikandung merry.

Setelah selesai sarapan Al langsung bergegas pergi ke sekolah dan tak lupa al berpamitan terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya.

Merry dan ferry masih diam di meja makan dan kedua mata mereka hanya bisa melihat punggung putranya itu perlahan menghilang dari pandangannya.

Suasana tangis pun pecah dari meja makan itu. Siapa lagi bukan merry yang menangis saat kepergian putranya itu. Ferry pun hanya bisa menenangkan istrinya.

Sementara tanpa sepengetahuan merry dan ferry, Al kembali masuk ke rumah untuk mengambil kunci mobilnya yang tergeletak di meja ruang tamu. Dan betapa terkejutnya saat Al melihat bundanya menangis seperti itu.

"Maafin Al ya bun, yah. Al belum bisa melupakan masa lalu itu. Al butuh waktu." Ucapnya langsung meninggalkan ruangan itu dan bergegas ke sekolah.

Sesampainya Al di sekolah, Al langsung bergegas ke kelasnya yang berada tidak jauh dari parkiran.

Al kini duduk dibangku sekolah kelas 11. Al merupakan sosok pemuda laki-laki yang cerdas dan tak salah juga Al selalu mendapat peringkat satu di sekolahnya.

Al juga merupakan siswa yang cukup populer dari kalangan teman-temannya. Tak hanya Cerdas Al juga mempunyai wajah yang begitu sempurna, serta badan yang begitu ideal membuat semua teman-teman perempuannya itu tergila-gila denganya.

Saat dalam perjalanan kearah kelasnya Al mendapat banyak tatapan dari kalangan teman-teman perempuannya yang menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Membuat Al risih dan tidak enak untuk melangkahkan kakinya ke kelasnya itu.

Al berhenti sejenak di tengah-tengah kerumunan teman-teman perempuannya itu. "Kalau punya mata tolong dipergunakan untuk melihat yang bermanfaat." Sindiran Al membuat semua teman-teman perempuannya itu mendengus kesal.

Setelah mengatakan itu Al dengan begitu tidak berdosanya melanjutkan jalannya kembali untuk ke kelasnya itu.

Sesampainya di kelas Al disambut oleh kedua sahabatnya itu yang sudah berada di sisi Al 5 tahun lamanya.

Dan kedua laki-laki itu pun saksi hidup Al dan perempuan itu yang bernama FANYA.

"Mukanya gak usah gitu ngapa sih." Celetuk Andi, sahabat Al.

"Tau nih kayak anak kecil habis dimarahin maknya gara-gara gak mau mandi sore." Timbal Doni, Sahabat Al juga.

"Gua lagi gak mau bercanda. Jadi lo berdua diam aja." Balas Al dengan tatapan begitu tajam.

Andi dan Doni hanya bisa diam tanpa berkomentar kembali. Bagi mereka saat Al sudah begitu berarti Mereka harus diam. Karena Andi dan Doni sudah sangat tau bahwa Sahabatnya sekarang ini menjadi sensitif banget semenjak kejadian 2 tahun yang lalu.

Al Sudah duduk di meja yang di susul oleh Kedua sahabatnya itu.

5 menit kemudian Bel masuk pun berbunyi.

Pelajaran pertama pun dimulai siswa kelas XI IPA mengikuti pelajaran dengan diam dan tenang.

Pukul 09.30 terdengar suara lonceng berbunyi bertanda istirahat pertama.

Selanjutnya, siswa kelas XI IPA 1 pun segera berhamburan ke kantin. Terkecuali AL yang tengah memegang tas miliknya itu. Andi dan Doni pun menyadari sahabatnya itu dan langsung berjalan kearah Al berada.

"Mau Kemana lo?" Tanya Andi

"Bukan Urusan lo berdua." Jawab Al cepat.

"Kenapa sih akhir-akhir ini lo cabut sekolah?"

"Kan gua bilang bukan Urusan lo berdua. Jadi jangan pedulikan gua."

"Tapi Al lo itu sahabat kita berdua, mana mungkin kita berdua gak peduli sama lo. Jangan jadi bocah mulu napa sih. Udah itu otak lo itu coba sejenak lupain itu orang gua yakin hidup lo pasti akan lebih baik lagi gak akan yang gini!"

AL menatap intens kedua sahabatnya itu. "yang lo bilang ORANG ITU adalah orang yang berharga dalam hidup gua bahkan gua akan pernah lupain yang lo anggap ORANG ITU karena gua terlalu cinta mati sama dia. Jadi jangan mengharapkan gua hidup lebih baik daripada semenjak kematin DIA!" Pungkas Al menahan Amarah kepada kedua sahabatnya itu.

Al sensitif banget kalau ada yang mengatakan sosok yang selama ini dia cintai dengan tidak sopan apalagi menyuruhnya melupakannya karena hal itu mustahil untuk Al lakukan..

Setelah mengatakan itu semua Al pun bergegas untuk kehalaman belakang untuk bolos sekolah.

Andi dan Doni hanya diam membiarkan Al melakukan bolos sekolahnya Lagi.

"Gua kasihan lihat Al kayak gitu terus sejak 2 tahun yang lalu. Kasihan bokap dan nyokapnya lihat keadaan Al yang tiap hari kayak gak ada gairah untuk hidup." Celetuk Andi.

"Iya ndi seandainya juga dia gak meninggal mungkin Al gak kayak gini bahkan Al malah hidupnya akan bahagia bersamanya." Timbal Doni.

TBC.....

ALFA (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang