Awal Baru (1)

7 4 1
                                    

Happy Reading,
Enjoyy....

❤❤❤❤

Sebelum mengenalmu aku tak lagi pernah merasakan perasaan yang sama sejak dia pergi entah kemana. Apakah perasaanku untuk dia telah hilang saat ku mengenal dirimu?

****

Matahari telah menyapa pagi-nya. Manusia telah kembali memulai aktivitas sehari-hari, ada yang mencari nafkah, mencari ilmu bahkan ibu rumah tangga pun melakukan tugasnya.

Begitupun dengan Anya yang sudah bangun sejak pukul 5 pagi lebih tepatnya dibangunkan oleh Gio untuk jogging bersama.

Kini terlihat Anya dan Gio berada disalah satu taman yang dekat dari Apartemen mereka.

Singkat cerita, Gio sudah menyewa salah satu kamar Apartemen yang sama dengan Anya. Bahkan Gio sudah berencana untuk datang ke Indonesia seminggu lalu, tetapi kerjaanya di Australia masih banyak sehingga dirinya harus menunda kedatangan-nya ke Indonesia.

Sesampainya di Indonesia Gio langsung ke Apartemen Anya tetapi saat dirinya sampai disana ternyata Anya tengah dekat dengan laki-laki lain yang mungkin umurnya 2 tahun diatas Anya.

Gio penasaran dengan sosok laki-laki itu bahkan dirinya menunda bertemu dengan Anya.

Hingga hari dimana dia tau bahwa Anya telah mencintai laki-laki itu dan lebih menyakitkan lagi dirinya melihat secara langsung bagaimana Anya berharap cintanya terbalas juga oleh laki-laki itu nyatanya cinta Anya bertepuk sebalah tangan.

Hingga akhirnya Gio pun memutuskan untuk menemui Anya dan membantu Anya untuk mendapatkan cinta laki-laki itu walaupun dihatinya itu sangat menyakitkan.

"Gio pulang yuk." Ajak Anya yang sudah kelelahan jogging.

"Masih jam 7 pagi ini, kita pulangnya nanti aja jam 8."

"Sejam lagi dong, lama itu mah."

"Enggak lama sejam itu."

"Lama tau, keburu cacing diperut ini semakin meronta-ronta untuk dikasih makan." Ucap Anya yang kemudian mengelus perut-nya yang mulai terasa lapar.

Gio melihat Anya memegang perutnya pun hanya bisa tertawa, Anya yang melihatnya mulai merasa kesal.

"Malah ketawa, aku serius Gio."

"Lapar? Ayok ikut." Ucap Gio yang langsung menarik tangan Anya untuk berjalan kesuatu tempat.

Anya yang ditarik tanganya secara tiba-tiba pun memberontak tetapi lama kelamaan dirinya pasrah hingga mereka tiba disalah satu tempat makan didekat taman.

"Mang bubur ayam-nya 2 mangkok." Ucap Gio.

Penjual bubur ayam langsung membuat 2 mangkok bubur ayam pesanan Gio.

"Aku kira tadi kamu mau ngajak aku kemana."

"Memangnya kamu pikir kemana?"

"Hmmm... Pulang ke Apartemen setelah itu aku masak mie instan udah itu aku makan deh."

"Masih pagi kok makan mie instan sih enggak baik buat kesehatan."

"Jarang juga makan mie instan dipagi hari, kecuali persediaan makanan di Apartemen habis."

"Nanti habis dari sini kita ke Supermarket."

"Untuk?"

"Numpang buang air kecil."

"Ngapain kesana buat buang air kecil mendingan belanja nemenin aku beli persediaan makanan."

Gio menghela napas, "Kamu kalau pintar kebangetan kan makin sayang."

Anya membuang muka saat Gio sudah mode on seperti ini.

Gio pun tertawa kecil saat melihat Anya membuang muka-nya.

"Yaelah dibilang sayang malah buang muka."

"Jijik tau pas kamu bilang makin sayang."

"Lah kok jijik sih? Kan memang kenyataan kalau makin sayang."

"Ya pokoknya jijik aja kalau kamu selalu bilang begituan. Aku kan udah tau kalau kamu sayang sama aku."

"Aku akan selalu sayang sama kamu, ingat itu." Ucap Gio penuh keyakinan.

"Iyaaa, aku selalu ingat akan hal itu." Balas Anya dengan senyuman seperti biasanya.

Kemudian, 2 mangkok bubur ayam pun telah selesai dibuat dan mereka berdua menikmati sarapan pagi dengan bubur ayam.

****
Di Apartemen ada sosok laki-laki yang memakai seragam sekolahnya menunggu didepan kamar unit disebelah kamar unitnya. Mengetuk pintu sudah berpuluh kali nyatanya yang punya kamar unit itu pun tak menanggapinya.

Perasaan khawatir-nya membuat dirinya menunggu didepan kamar itu sehingga dirinya harus membolos sekolah kembali.

"Anya, are you okay?"

"Nya.."

"Anyaa kamu dimana?"

"Anya angkat telponnya."

"Anya jangan bikin khawatir."

"Nyaa..."

Begitulah sekian isi chatan Al untuk Anya tapi tak satu pun chatan itu terbalas bahkan telponnya pun tak di angkat.

Sudah lama menunggu akhirnya orang yang ditunggu-tunggu datang juga bahkan dengan laki-laki lain.

"Dari mana aja?" Tanya Al langsung saat Anya sudah berada didepannya.

"Dari taman sama Gio. Kenapa memangnya?"

"Kenapa enggak bilang?"

"Kenapa harus bilang ke kamu?"

"Aku khawatir kamu kenapa-kenapa didalam."

"Selagi ada Gio aku enggak papa. Jadi jangan khawatir."

"Tetap aja aku khawatir sama kamu kalau kamu enggak kabarin aku kemana-mana. Kamu itu tanggung jawab aku."

"Sejak kapan aku tanggung jawab kamu? Bahkan aku enggak pernah merasa aku tanggung jawab kamu."

Skak, Al tak bisa lagi menjawah pertanyaan Anya itu. Bahkan dirinya bingung dari mana dia bisa mengatakan itu semua.

Anya melihat kebingungan Al pun langsung masuk begitu saja ke kamar unitnya.

Meninggalkan Gio dan Al yang masih dalam diam.

"Dia itu wanita baik-baik bahkan hatinya sangatlah lembut. Jadi, jangan  bikin hatinya sakit." Ucap Gio tepat dikuping Al.

Al tersadar dalam lamunannya pun melihat kearah Gio yang memandangnya secara lekat,

"Buka hati lo buat dia kalau memang enggak bisa tinggalin dia." Ucap Gio Lagi.

Lalu, Gio meninggalkan Al seorang diri.

"Apakah sudah saatnya aku membuka hati ini kembali?"

TBC...

ALFA (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang