Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•°•°•
Tahun demi tahun berlalu begitu saja.
Adakah diantara kalian yang bertanya bagaimana keadaan mereka berdua?
Mark dan Jeno
Kisah mereka belum selesai sepenuhnya
Masih ada jutaan huruf, ribuan kata dan ratusan paragraf yang sudah siap tersusun untuk menceritakan kelanjutan kehidupan mereka, kalian ingin membacanya?
Baiklah
Ayo mulai,
Dari yang termuda dulu, Lee Jeno
“selamat pagi direktur”
“batalkan semua jadwal untuk hari ini” tanpa adanya keinginan membalas sapaan sang sekretaris, direktur utama Lee Group itu langsung memberi perintah dengan nada yang selalu terdengar dingin.
Si wanita yang sudah menjadi sekretaris semenjak enam bulan lalu mulai terbiasa akan tingkahnya, wanita cantik berambut coklat gelap yang di ikat rapi itu hanya bisa mengangguki perintah sang atasan.
“akan saya lakukan”
“dan kamu saya liburkan. Silahkan pulang kembali”
Dua alis si wanita bertemu, menyiratkan kebingungan “maaf?”
“apa perkataan saya kurang jelas sekretaris Lee chaeryeong?” tanya sang direktur balik.
Si wanita meneguk ludah, kalau nama lengkapnya sudah di ucapkan, itu pertanda buruk,kan?
Chaeryeong membungkuk minta maaf, dan tentu langsung pamit undur diri dengan cepat.
Memang sudah begitu. Direktur bernama Lee Jeno itu memang lumayan menyebalkan bagi chaeryeong. Kata orang Jeno itu baik dan ramah. Tapi bagi Chaeryeong, Jeno tak lebih dari atasan yang tidak bisa membedakan mana urusan pribadi dan mana urusan kantor. Bohong sekali jika chaeryeong tidak tau kalau dimasa lalu Jeno sempat menyukai kakaknya, Lee Chaeyeon.
Dunia memang sempit, saking sempit nya, Jeno merasa sesak tinggal didalamnya. Jujur, Jeno sudah lupa akan rasanya terhadap Chaeyeon dimasa lalu, sudah tak ingat lagi bagaimana bodohnya ia menyukai gadis orang lain. Jeno lupa akan semuanya. Dan dirasa hidupnya baik-baik saja.
Ah, itu tak bertahan lama.
Enam bulan lalu, kenangan seperti sengaja digali lagi oleh seorang wanita yang melamar kerja menjadi sekretarisnya.
Garis wajah yang hampir menyerupai Chaeyeon, membuat kilasan-kilasan kenangan itu menyeruak lagi kepermukaan.
Lee Chaeryeong, adik kandung Lee Chaeyeon. Dengan polosnya melamar kerja.
Rasanya sakit, seperti takdir sengaja melarangnya untuk bahagia.
Ah, sudahlah
Sepeninggalan chaeryeong, Jeno memasuki ruangannya, dan selang beberapa menit ponsel berdering keras. Lekas ia angkat saat membaca nama yang terukir di sana.
“kenapa?”
Itu dari saudara kandungnya Bukan Haechan sang kembaran, bukan juga Taeyong sang kakak tertua.
Telpon itu tersambung dengan Mark, namja yang hidupnya bisa dibilang lebih menyedihkan dibanding Jeno.
“yaudah tunggu” secepat itu, panggilan pun dimatikan dari pihak Jeno.
Omong-omong soal Mark, haruskah sekarang waktunya untuk menceritakan keadaan si namja Kanada?
Ah, terlalu berat untuk di cerita. Kapan-kapan saja ya
•°•°•
Disisi lain kota
“Yak Park Jisung” teriakan menggema di pinggir jalan raya, seorang gadis berponi dengan pipi bulat menatap kesal seorang pria yang lebih tinggi darinya.
“kembaliin buku kakak” perintah nya lagi.
Dari nadanya, simpulkan saja si wanita lebih tua dibanding si pria.
Jisung menggeleng, ia angkat tinggi-tinggi buku bercorak merah muda yang di dalamnya berisi curhatan sang kakak. Jisung memang jahil, dari kecil memang hobi sekali mengganggu kakak perempuannya itu. Ia suka, kekesalan dan teriakan sang kakak terdengar menggemaskan, Jisung tak pernah bosan akannya.
“balikin. Kalo enggak nanti kakak aduin nenek ya”
“yah kak Yewon nggak asik. Mainnya ngadu”
“biarin. Cepet balikin” tuntutnya. Ya mau tidak mau Jisung mengembalikan.
Namanya Park Yewon, gadis polos yang baru menginjak usia 18 tahun, berada di kelas 12, sebentar lagi ia akan tamat.
“kata temen aku kalo cewe suka ngadu nanti jodohnya sama om om”
Yewon tak menghiraukan ucapan sang adik, sudah biasa kalimat itu ia dengar.
“aku doain moga kak Yewon jodoh ya sama Om Om” ancamnya lagi
Yewon mendengus, “amin” finalnya dan langsung menuntun kembali langkahnya menuju halte.
Entah sadar atau tidak, kata 'amin' yang di lontarkan sepertinya di setujui tuhan.
•°•°•
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
|
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.