dua

450 79 11
                                    

caffeine

dua: bukannya itu pelecehan?





"bukannya itu pelecehan namanya?"





Yohan menoleh, begitu pula Seungyoun yang kini mengerutkan dahinya menatap pemuda tinggi yang berjalan ke arah mereka dengan nampan kosong di tangannya.





"tatapan, cara bicara, juga menunjuk.." ujar pemuda itu lalu menarik tangan Yohan untuk ia bawa ke belakangnya.




"maaf mengganggu waktu bersantai anda, kami pamit.." lanjutnya dan pergi meninggalkan Seungyoun yang menatap kepergian mereka dengan kebingungan.






.
.
.




"Yunseong.."





Pemuda yang berjalan lebih dulu tidak menoleh. Ia masuk ke dalam dapur dan menaruh nampan kosongnya.






"Yunseong!"





Yunseong menghela napas, menoleh Yohan dengan wajah datarnya.






"lo salah paham, dia ga gituin gue. Gue cuma mau ngobrol aja sama dia,"






"hyung.."





Yohan terdiam. Yunseong kembali menghela napas. Ia menyisir pelan rambutnya ke belakang.






"hyung, di sini posisi kita pelayan kafe. Kalo hyung mau ngobrol, liat situasi. Hyung ga sadar diliatin banyak orang tadi?"






Yohan merapatkan bibirnya. Ingatannya kembali pada kejadian tidak terduga tadi, yah, mana mungkin mereka tidak dilihat oleh pengunjung lainnya.






"kita punya sesuatu untuk dijaga di kafe ini, hyung. Hyung boleh mengobrol, menyapa, tapi lihat tempat.." ucap Yunseong pelan namun tajam, sukses membuat Yohan bungkam dan bersalah.








Ah, lagi-lagi. Yohan selalu begini jika suka seseorang, perasaannya tidak terbendung. Makanya dia lebih memilih melihat dari kejauhan.





Yunseong menghela napas melihat Yohan yang menunduk, merasa bersalah.







Tangannya terulur, menepuk pucuk kepala Yohan pelan.





"jangan diulangi. Lagi pula, siapa yang tahu dia punya niat baik atau tidak dengan hyung.." ucap Yunseong lebih lembut kali ini.







Senyumnya terukir, membuat Yohan ikut tersenyum. "eum, maaf.."






.
.
.





Meja terakhir yang Yohan lap hari ini menandakan kafe siap untuk ditinggalkan. Hangyul sudah duluan, untuk menjemput adiknya sekolah. Pula Yunseong, Hyeop, Sihun, dan Wonjin yang duluan karena ada urusan menyisakan Yohan dan sang manajer kafe, Seungwoo.






"terima kasih kerjanya hari ini, han.." ucap Seungwoo setelah mengunci kafe.






Yohan mengangguk, "maaf.." ucar Yohan pelan.






Seungwoo tersenyum, ia sudah dengar kisah Yohan tadi siang. Seungwoo maklum, toh itu juga salahnya karena meminta Yohan yang mengantarkan pesanan.






"engga apa-apa Han, kan udah Hyung bilang.."






Yohan mengangguk, walaupun begitu dia masih merasa tidak enak dengan Seungwoo.






Akhirnya mereka berpisah di tengah jalan ketika Seungwoo pamit untuk mampir ke supermarket.







Yohan menjalankan kakinya pelan. Entah apa yang ada di pikirannya sehingga dia bisa bertingkah memalukan di depan tamu, apalagi itu orang yang ia taksir selama empat bulan ini.






"ah, Yohan bodoh.." cibir Yohan pelan sambil memukul kepalanya.







"jangan dipukul.."







Yohan berhenti berjalan. Dengan cepat menoleh ke belakang.







Tubuhnya kembali meremang begitu menemukan siapa di belakangnya.







Seungyoun, dengan senyumnya yang menawan, menatap Yohan yang terpaku di tempatnya.






"a... a.... h-huh?"






"k-kok...?"





Seungyoun tersadar, ia menujuk restoran yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.






"baru selesai makan, kebutulan arah kita sama dan aku lihat kamu.."







Yohan menelan ludah kasar. Jantungnya benar-benar tidak bisa diajak bekerja sama. Ia tetap membeku, matanya menatap milik Seungyoun dengan dalam.








Seungyoun mengedipkan mata beberapa kali, "halo?" panggil Seungyoun sambil mengayunkan tangannya.






"kamu tampan.."





Yohan mengatup bibirnya begitu sadar apa yang dia ucapkan. Dengan cepat ia berbalik, menepuk bibirnya dan berjalan menjauhi Seungyoun dengan cepat.





"h-huh?"







caffeine


tbc

[✔️] caffeine ; younhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang