3 bulan telah ku lalui di pesantren ini. Memang sulit untuk melupakannya. Bahkan aku sering melamun di balkon asrama. Meski begitu, untungnya aku di sini mendapat seorang teman yang mau kuajak berbagi cerita.
"Kamu mikirin dia lagi?" Tanya seseorang dari arah belakangku. Sontak aku menoleh keasal suara.
"Entahlah. Aku juga bingung dengan perasaan ku" Jawabku. Wanita itu duduk di sampingku.
"Kenapa kamu ngga usaha move on dari dia aja sih?" Mendengar pertanyaan Nayla, aku menghela nafas.
"Aku udah coba Nay. Tapi semakin aku ingin melupakannya, semakin rasa ini ngga mau hilang" Jawabku yang semakin fruatasi dengan perasaan yang tak jelas ini. Kurasakan tangan lembut Nayla mengelus punggungku.
"Aku tau bagaimana rasanya menjadi kamu." Hening. "Kamu hanya butuh doa. Dan usahakan untuk sholat malam." Mendengar saran dari Nayla, aku mulai menata niatku untuk bangun di sepertiga malam, dan menunaikan sholat malam.***
Aku benar benar terbangun di sepertiga malam. Kulihat sekeliling kamarku. Teman temanku masih berada di alam mimpi mereka masing masing.
Aku mulai menuruni anak tangga, berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Hening. Tak ada suara yang menemaniku di dini hari. Para santri masih tenggelam dalam mimpi indah mereka.
Setelah ku ambil wudhu, aku segera menuju kamar dan mengenakan mukenaku. Ku tunaikan sholat malamku dengan khusyuk. Ku tuangkan bebanku selama ini pada rabbku. Biarkanlah ia sang maha kuasa menuliskan sekenario yang rumit pada hambanya. Aku, yang hanya manusia biasa hanya bisa ikhlas dan sabar menjalankan tugasku di dunia ini.***
"Dimana ini? Kenapa disini sepi sekali? Dan disini juga gelap" Aku merasa asing dengan tempat ini. Aku tak tau ini tempat apa. Dan aku hanya bisa pasrah dengan keadaan.
Tiba tiba kulihat cahaya di depanku. Cahaya itu begitu menyilaukan mataku hingga aku memejamkan mataku dan menutupnya dengan lenganku. Dan perlahan ku buka mataku dan ku lihat ke arah cahaya itu. Aku melihat seorang laki laki berdiri mengenakan baju putih dan menatapku dengan senyum yang mengembang pada bibirnya. Aku sedikit terkejut ketika melihat wajahnya.***
"Astagfirullah!" Tiba tiba aku terbangun dari tidurku."fuhh tenyata cuma mimpi." Aku melihat jam dinding sudah hampir jam 4. Dan aku bergegas pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu lagi dan berangkat di aula untuk menunaikan sholat subuh berjamaah.
Aku masih tak habis pikir. Kenapa waktu ketiduran sehabis sholat malam tadi, aku justru melihat wajah Furqan di sana? Sudahlah seharusnya aku bisa melupakannya saat ini. Karena aku yakin dia tidak akan pernah menaruh hati padaku. Dia sudah punya Velisya yang selalu menemani hari harinya. Dan aku yakin yang ada dalam doanya sekarang hanyalah Velisya seorang.
Mungkin hari ini aku tidak ada kerjaan selain diam di kamar membereskan almari, mencuci baju, baca novel, dan tiduran. Memang seperti itu kegiatan santri ketika hari Jum'at. Padahal kegiatan di sini begitu padat sehingga tak ada waktu untuk santai-santai kecuali jam istirahat pondok. Kadang aku bisa melupakan perasaanku ketika kegiatan pondok berlangsung. Namun ingatan itu akan kembali ketika jam istirahat pondok tiba. Hingga membuatku termenung dengan buku diary dan pena pada pangkuanku di balkon kamar.Entah bagaimana kau bisa merebut perhatianku.
Hingga aku terjatuh dalam jurang cinta yang kau buat. Telah sekian lama aku memendam rasa ini. Namun aku merasa tak mungkin untuk mengungkapkannya. Kau bagaikan magnet dan aku bagaikan besi yang menurutmu lemah. Kau tarik perhatianku hingga melekat sangat kuat pada dirimu. Entah apa yang kau fikirkan sekarang, hanya ingin menitipkan salamku untukmu pada hembusan angin sore. Kuharap kau jaga diri baik baik disana.Ku tutup diary yang dari tadi kucoret untuk menyurahkan semua isi hatiku. Tak ku sadari buliran bening mulai mengalir membasahi pipi dan mukenaku yang sejak selesai sholat asar tak ku lepaskan. Segera ku hapus buliran itu dari kelopak mataku, agar tak ada seorang mengetahuinya kalau aku sedang menangis. Namun, tidak berhasil. Buliran itu terus mengalir membasahi pipiku.
"ZAHRINAAAA!!!!" Sontak aku menoleh ke asal suara. Nayla. Aku sudah hafal kalau ia sampai histeris memanggilku. Pastinya dia punya kabar bahagia UNTUKNYA SENDIRI.
"Zah aku punya kabar bagus!"
"Hmm apa?"
"Kamu dipilih untuk mewakili pondok lomba kaligrafi!" Sontak aku membelalakkan mata, karena tak percaya apa yang dikatakan Nayla.
"Ngga mungkin. Pasti kamu bohong lan?" Kataku tak percaya.
"Iihhhh sejak kapan coba seorang Nayla membohongi sahabatnya?" Aku menyipitkan mata menyelidiki kebohongan di wajah Nayla. Namu tak ku temukan." Pch! Ayo ikut aku sekarang!" Tanpa persetujuanku, Nayla langsung menatik tanganku hingga aku hampir terjatuh. Dia mengajakku menuju mading pondok. Menerjang kerumunan santri yang melihat pengumuman baru.
Nayla mencari cari namaku di kertas yang tertempel di mading itu. Mataki terus mengikuti gerak jari telunjuknya. Ketika jarinya berhenti di satu nama, sontak aku membelalakkan mata tertera nama 'Zahrina Zulfa Naziha'. Aku menoleh ke arah Nayla yang menatapku bahagia.
"Nay ini beneran nyata kan? Ini-ini ngga mimpi kan?" Aku masih tak percaya dengan namaku yang tertera di mading itu. Tiba tiba Nayla mencubit pipiku keras. Hingga aku mengaduh kesakitan.
"Sakit kan?!" Nayla memastikan kalau aku tidak sedang mimpi.
"Ya sakit lah!" Ucapku sambil mengelus pipiku yang merah akibat cubitan Nayla.
"Dan kamu tau lombanya dimana Zah?" Nayla membuatku penasaran. Aku mengerutkan keningku sebagai isyarat untuk menanyakan tempatnya. "Di Pasuruan!" Jawabnya membuat bahagiaku luntur seketika. Pasuruan? Apa aku tidak salah dengar? Pasuruan itu adalah tempat yang ingin ku hindari untuk melupakan semua tentang Furqan. Karena kata teman teman dia sekarang mondok di salah satu pondok di sana.
"Kamu kenapa Zah? Kok jadi lecek gitu muka kamu?" Tanya Nayla yang baru mengetahui ekspresiku berubah.
"Eh! Ngga kok ngga apa apa" Jawabku, menutupi firasat yang ku pendam.
"Hmmm......pasti ada hubungannya dengan Furqan kan?" Ledek Nayla. Kenapa dia selalu benar, ketika menebak tentang Furqan?
"Ng-ngga kok! Kamu mah suka banget ngeledek aku" Nayla terkekeh melihat ekspresi cemberutku."Udah ah! yuk kita siap siap sholat maghrib!" Ajakku mengalihkan pembicaraan.***
'Panggilan ditujukan kepada Zahrina Zulfa Naziha, dimohon menuju ke kantor Maryam sekarang juga'.
Panggilan dari kantor Aminah membuat semua temanku terkejut dan sontak melihatku.
"Kamu di panggil di kantor Maryam Zah?" Tanya Zalfa. Teman satu kamarku. Memang kantor Maryam adalah kantor yang paling di takuti oleh semua santriwati disini. Kantor itu ada lah salah satu kantor untuk menyidang santriwati yang melakukan kesalahan, dan mendapat ta'ziran¹. Aku menghela nafas, menenangkan diri.
"Entahlah apa salahku" Jawabku atas tatapan teman teman.
Aku segera beranjak membawa bukuku untuk berangkat takror². Sebelumaku berangkat takror akumenuju ke kantor Maryam terlebih dahulu. Menemui orang yang memanggilku.
Setelah sampai di depan kantor Maryam, aku melihat ustadzah Syeli melambaikan tangannya dan melempar senyum kearahku. Aku segera menghampirinya. Owh iya! Ustadzah Syeli adalah ketua pondok putri disini. Beliau begitu disegani oleh santriwati seluruhnya.
"Assalamualaikum ustadzah!" Salamku sambil menyalami dan mencium tangan beliau.
"Waalaikumsalam" Jawabnya.
"Apakah ustadzah yang memanggil saya?"
"Iya! Kamu Zahrina Zulfa Naziha kan?"
"Iya ustadzah saya Zahrina. Ada apa ustadzah memanggil saya? Apakah saya melakukan kesalahan?" Bukannya menjawab, ustadzah Syeli justru mengulumkan senyum yang tak ku ketahui maksudnya.
"Zahrina! Kamu sudah baca pengumuman di mading pondok hari ini?" Tanya ustadzah Syeli.
"S-sudah ustadzah. Tentang pengumuman terpilihnya santriwati untuk mewakili pondok se-pulau Jawa kan?" Tanyaku memastikan.
"Iya. Dan mulai nanti malam sehabis takror, kamu sudah harus memulai latihan untuk mempersiapkan perlompaan 3 bulan yang akan datang." Ucap ustadzah Syeli, membuatku terkejut mendengarnya.
"Nanti malam ustadzah? Apa tidak terlalu cepat?" Tanyaku tidak yakin. Ustadzah Syeli mengangguk yakin.
"B-baiklah ustadzah, nanti saya persiapkan"
Setelah berbincang cukup lama dengan ustadzah Syeli, aku bergegas pergi ke kelas takrorku. Aku masih tak habis pikir dengan keputusan dari pondok untuk memilihku untuk mewakili pondok lomba kaligrafi se-pulau Jawa.
Di tengah konsentrasiku belajar, tiba tiba 5 orang temanku datang dengan hebohnya menghampiriku.
"ZAHRINAAA! SELAMAT!" Dasar memang kebiasaan mereka selalu mengejutkanku.
"Kalian....jangan berisik waktu takror. Nanti di samperin sama pengurus pendidikan pondok baru tau rasa kalian!" Mereka langsung menutup mulutnya mengondisikan suara mereka.
"Owh iya, selamat yy Zah kamu kepilih buat mewakili pondok lomba kaligrafi se-pulau Jawa." Ucap Andira. Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Tak ku sangka. Banyak juga yang yang menyemangatiku untuk mengikuti lomba kaligrafi itu. Oh Allah, terimakasih telah mendatangkan teman sebaik mereka dalam kehidupan baruku._______________________
¹ta'ziran (hukuman)
²takror (belajar)
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Dari Pesantren
RomancePerasaan cinta yangku pendam sejak lama. Dan atas kehendak Allah aku harus terpisah jauh darinya, hanya untuk tholabul 'ilmi. Aku sudah berusaha untuk melupakannya. Namun, rasa itu terus berkembang pesat di relung hatiku ini. Aku hanya bisa pasrahka...