6

52 4 4
                                    

Zahrina

Jujur aku tak pernah mengira bahwa aku akan bertemu dengannya kembali. Orang yang pernah mengakui perasaannya padaku dulu. Tapi kenapa dia yang harus terpilih untuk mewakilinya? Akankah tidak ada orang lain? Akh sudahlah biarkan saja.

***

Bahkan Zahrina sendiri bingung ingin berbuat apa untuk menghindari orang yang membuat kisah masalalunya.

Namun, dia juga masih belum bisa melupakan orang yang membuatnya kecewa karena ketidak pekaan orang itu. Bahkan dia masih harus memendam rasa itu sendiri. Rasa yang selama ini tak akan pernah bisa pergi dari dalam lubuk hatinya. Rasa yang membuatnya hampir lupa akan dunia.

Apalah daya, dia hanya bisa menjalankan secenario yang telah di takdirkan oleh sang maha kuasa.

Hari pun juga terus berlalu. Dan setiap harinyapun ia harus bertemu dengan Iqbal lagi. Begitu juga malam ini.

"Zah!" tiba tiba seorang pria memanggilnya, yang ternyata adalah Iqbal. Sontak dia menoleh ke arah Iqbal.

"Ada apa kak?!" tanyanya.

"Kamu kehilangan kuas?" Zahrina berusaha memahami maksud Iqbal. Iqbal menyodorkan sebuah kuas ke arah Zahrina.

"Ini punya kamu kan?" tanya Iqbal sambil mengulumkan senyumnya. Zahrina mengalihkan pandangannya ke arah kuas yang di pegang oleh Iqbal.

"Akh! Iya kak, ini punya aku. Kenapa bisa ada ke kakak?" ucap Zahrina sambil menerima kuas itu.

"Kemarin jatuh waktu kamu mau kembali ke asrama, lah daripada aku kejar, mending aku bawa dulu lh" ucap Iqbal.

"Owh! Makasih ya kak! Kalo kuas ini hilang, entahlah apa yang akan terjadi"

"Iya, lain kali hati hati ya!" ucap Iqbal.

***

"Loh?! Kenapa Umi sama Abi tiba tiba kesini? Kan belum waktunya jenguk Furqan?" ucapnya

"Kenapa? Ngga suka kalo di jenguk lebih awal?" ucap Ayah Furqan.

"Yah ngga gitu maksud Furqan Bi, tapi....."

"Udahlah harusnya kamu bersyukur di jenguk lebih awal. Mendingan kamu ganti baju dulu, trus kita pergi izin keluar yuk" ajak Ibunya.

"Mau ngapain keluar Mi?"

"Nanti kamu juga tau kok" ucap Umi.

Furqan segera melangkahkan kakinya menuju kamarnya untuk berganti seragam pondok. Dia juga heran kenapa tiba tiba kedua orang tuanya mengajaknya untuk keluar pondok?.

Setelah berganti seragam, ia pun segera kembali ke ruang tunggu wali santri untuk menemui kedua orang tuanya kembali.

"Yuk Mi, Bi! Furqan udah siap" ucapnya.

Sesampainya mereka di sebuah mall, Furqan terheran heran karena baru kali ini orang tuanya mengajaknya ke mall tanpa ia minta.

"Mall? Mau apa Mi?" tanyanya kepada Umi.

"Udah ikut saja lah! Nanti kamu juga tau kok" ucap Abi.

Akhirnya Furqan pun mengikuti kedua orang tuanya. Mereka berkeliling mall dari stand satu ke stand yang lainnya. Dan baru kali ini pula Furqan di tawari meski tak memintanya terlebih dahulu. Setelah Furqan puas dengan permintaannya.

Takdir Dari PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang