4

81 4 1
                                    

Iqbal

Tak kusangka aku akan bertemu di kelas ini. Aku benar benar tak menyangka. Orang yang dulu pernah aku hilangkan dari kehidupanku, sekarang aku menemukannya di sini. Dan mengembalikan rasa yang pernah hilang sebelumnya. Sungguh, dunia ini begitu sempit. Hingga tidak ada tempat untukku menjauh dari ini semua.

***

Bal! Nanti pulang bareng yuk!!

Ku buka handphone ku, dan kulihat notif pesan masuk. Ku hela nafas kesal.

Maaf Sya! Aku ngga bisa! Aku masih ada urusan

Ku balas pesan dari Tasya tanpa berfikir panjang. Entahlah kenapa Tasya selalu ingin mengajakku pulang bareng lah, berangkat bareng lah. Sampai-sampai aku di katain sama teman-teman kalo aku tu ngga pernah ngehargain perasaan cewek. Yah.....itu semua karena, aku kalo di ajak pulang atau berangkat bareng sama Tasya selalu nolak. Makanya aku dikatain kyk gitu.

"Gitu amat kamu Bal sama cewe?!" Ucap Zelfan yang melemparkan jitakan ke kepala aku. Mungkin dia juga ikut kesal dengan sikap aku. Aku masih tetap tenang dan sedikit mengaduh karena jitakan Zelfan.
"Akh! Lu mah mentang mentang Tasya itu adik sepupu lo main seenaknya saja sama temen" Sahut Herdi. Mereka adalah sahabat aku dari masa masa MI. Meski sudah begitu lama kami bersahabat, namun mereka tetap ngga mempermasalahkan sikapku yang terlalu cuek terhadap cewek sih.
Kami sudah biasa untuk pergi kemana mana bersama. Mungkin memang sudah terbiasa dengan sikap antara satu dengan yang lainnya, makanya ngga pernah masukin hati perkataan yang di ucapin.
Hingga suatu hari waktu aku lagi ngga bersama mereka. Yah... karena mereka sedang sibuk dengan game masing-masing di kelas, aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan sekolah. Di mana tempat yang di anggap oleh para murid basecamp anak anak berprestasi. Memang bukan untuk kemampuanku, namun hanya sekedar ingin tau ngga papa lah.
Aku mulai menjelajahi setiap rak buku yang ada di dalam perpustakaan ini. Ku lihat sekelilingku, yang di penuhi dengan rak rak yang berisi buku dan tertata rapi. Aku terus berjalan menyusuri setiap lorong rak. Hingga aku menemukan buku sejarah bangsa Indonesia. Aku memang suka sejarah, namun aku tidak begitu pandai dalam mata pelajaran sejarah. Ku raih buku yang tebalnya tiga setengah centi itu. Saat ku tarik bukunya perlahan, ku lihat seseorang di seberang rak buku itu. Auranya begitu memancar. Ia melangkah menuju bangku di dekat jendela. Dan ku sempatkan mengikutinya, dan duduk di depannya. Entahlah apa yang ada di pikiranku saat itu. Wajahnya begitu tenang, matanya begitu sejuk tuk di pandang, bibir tipisnya yang terlihat merona bukan karena polesan lipstik atau sejenisnya, melainkan murni. Hingga tak ku sadari aku sudah begitu lama memandangnya. Mungkin dia tak menyadarinya.

"Maaf kak! Kakak kenapa?" Suara itu memecahkan lamunanku. Kutatap seorang yang memiliki suara yang tenang itu, begitu lembut.

"E-eh ngga papa kok!" Ucapku terbata.

"Mm- boleh kenalan ngga?" Tanyaku gugup.

"Boleh!" Jawabnya. Aku segera mengulurkan tanganku untuk berkenalan dengannya.

"Iqbal!" Ucapku memperkenalkan diri. Bukannya menyambut uluran tanganku, dia malah menelakupkan kedua telapak tangannya di depan dada. Aku mulai bingung dan berfikir sejenak.

"Zahrina!" Ucapnya memperkenalkan diri kembali. Dengan rasa malu, ku ikuti caranya bersalaman dengan lawan jenis.

"Emm k-kamu kelas berapa?" Tanyaku yang tiba tiba canggung.

Takdir Dari PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang