Note: bantuin cari typo ya. Udah dua hari nih dia belum pulang:(
Happy reading!!!
~o0o~
Sontak senyum ketiga remaja tersebut merekah tatkala mendapati sosok yang tengah terbaring lemah di brankar itu telah tersadar dari tidurnya. Pemuda itu terlihat sangat lemas, wajahnya pun kini sangat pucat.
"Syukurlah lo masih bisa hidup."ucap Beni dengan watadosnya seraya bangkit dari sofa untuk menghampiri Trian
Trian kini sangatlah lemas, untuk membalas ucapan Beni pun rasanya sangat berat dan sulit.
Vela sedari tadi bahkan sudah meletakkan kepalanya disisi ranjang Trian. Gadis itu terus menangis melihat kondisi Trian yang beberapa bagian dari tubuhnya terlilit perban.
"Lo tuh bikin khawatir tau gak?" Vela menatap nanar Trian seraya mengusap sisa air matanya.
Aruna masih terdiam, ia sangat yakin Trian bisa terbaring seperti ini pasti ada alasan yang membuat semua ini terjadi. Namun, dengan cepat ia mengenyahkan pemikirannya itu jauh-jauh. Ia harus tetap terlihat biasa saja, jangan sampai ia terlihat mengasihani pemuda itu.
"Sakit gak Yan?"tanya Aruna memegang perban yang melilit di lengan Trian.
"Ya sakit lah pinter,"sahut Beni seraya menoyor pelan kepala Aruna.
Trian mengerang sambil memijit pangkal hidungnya. Ia merasa tubuhnya saat ini sangat remuk. Untuk bergerak saja ia harus merasakan nyeri yang terus berdenyut.
"Apa yang sakit Yan? Gue panggilin dokter ya,"ujar Vela sudah panik sendiri.
"Apa yang lo rasain? yang sakit bagian mana?" Aruna pun tak kalah panik, ia sibuk memegang bagian-bagian tubuh Trian yang kiranya dirasa sakit.
"Udah biar gue panggilin dokter, lo berdua jangan ngerubungin dia dulu. Takutnya dia pusing ngeliat lo pada. Biarin dia istirahat dulu,"tutur Beni lebih bijak.
"Gue panggil dokter dulu." Beni langsung keluar dari ruangan.
Akhirnya kedua gadis tersebut menjauhkan diri dari ranjang Trian. Jujur saja, Aruna dan Vela sangat takut bila Trian kenapa-kenapa.
Kedua gadis tersebut sangat iba melihat Trian yang terlihat sedang menahan sakit. Tak sadar, kedua gadis tersebut menangis tanpa suara.
Tak lama setelah itu Beni datang bersama dengan Dokter Malik. Dengan cekatan dokter Malik langsung mengecek kondisi Trian. Trian kembali mengerang saat dokter Malik memegang lengan kanan Trian. Terdengar helaan napas dari beliau saat membalikkan tubuh untuk berbicara dengan Beni.
"Tulang lengan kanan Trian sedikit bergeser dari tempatnya. Dan benturan ringan dikepalanya membuatnya pusing, wajar jika ia mengerang. Trian masih mengalami shock. Jadi jangan terlalu khawatir. Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuknya."kata Dokter Malik kepada Beni.
"Terima kasih dok."
"Saya permisi dulu,"pamitnya seraya tersenyum kepada ketiga remaja tersebut.
"Iya dok."
Sepeninggalan dokter Malik, Beni langsung mendaratkan tubuhnya pada sofa. Ia terlihat sangat kusut. Helaan napasnya lagi-lagi terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Cerita Lagi
Teen FictionBiarkan sajak bercerita tentang kata yang tak pernah bertemu dengan maknanya. Februari 2020