CHAPTER 16

358 30 17
                                    

"Ngomong apa?" Tanyaku

Ia tersenyum kearahku, senyum yang sangat dalam. Aku menelan ludahku ketika melihatnya. 

"Gue mau minta maaf." Katanya kembali

Aku menatap Key dengan tidak percaya, Apakah ini benar-benar Key yang selama ini menindasku? Jadi selama ini aku salah ketika mengira bahwa ia adalah orang yang menerorku?

"Buat?" Tanyaku, masih dengan tatapan tidak percaya

"Buat semua yang udah pernah gue lakuin ke lo, gue sadar ga seharusnya gue iri sama lo karena Liam juga suka sama lo. Harusnya gue menerima hal itu karena, kata orang kan cinta gak harus memiliki." Jelas Key.

Aku termenung dengan kata-kata yang dilontarkan Key barusan. Aku tersenyum, lalu memeluknya, terlihat dari matanya ia memiliki ketulusan. Salah satu masalahku selesai namun apakah aku masih patut mencurigainya sebagai peneror?

"Gue emang udah dari dulu suka sama Liam, makanya waktu tau dia udah punya pacar dan itu lo, gue iri banget." Kata Key

"Iya, gue ngerti." Jawabku, karena aku juga sudah menyukai Liam sejak lama, dan jujur saja aku juga pernah iri melihat Key dan Liam sangat dekat.

"Oh Iya, satu lagi Sha." Katanya Kembali

"Apa?" Tanyaku, penasaran.

"Emm, sebenernya"

"SHAREEN,KEY, APA YANG KALIAN LAKUKAN PUKUL SEGINI! CEPAT MASUK TENDA DAN TIDUR." Tegur Bu Rika, selaku guru pengawas kami.

Ia melihat kami yang sedang duduk di aula, padahal waktu sudah menunjukan pukul 1 pagi. Aku dan Key yang sudah tertangkap basah, pun langsung masuk ke tenda tanpa membahas apa pun lagi.

***

Keesokan harinya, ini merupakan hari kedua kami kamping, dan tepatnya besok kami akan pulang ke rumah masing-masing.

Aku dan Liam belum berkomunikasi sejak kemarin, dan entah kenapa firasatku masih saja buruk sejak kemarin, seakan-akan ada hal buruk yang akan terjadi.

Lama kelamaan, langit mulai gelap, sudah pukul lima sore, aku mulai lelah setelah melalui banyak sekali aktivitas.

Lalu, para guru memberikan free time, yang boleh kami gunakan untuk bersantai-santai sekaligus istirahat.

"Li" 
Aku menghampiri Liam ketika kita semua sedang Free time. Liam menengok dan ikut menghampiriku.

"Yaaa?" Tanya Liam, dengan lembut.

"Ada waktu gak? Aku mau ngomong." Kataku lagi, sejujurnya aku telah bertekat untuk memberitahunya tentang apa yang kursakan, aku tidak mau merasa jauh lagi dengannya dan tentang peneror ataupun kedekatanku dengan Alex, akan aku jelaskan sejelas-jelasnya.

Aku dan Liam pun duduk di aula, dan menghindari keramaian. Karena, aku memang hanya ingin ngobrol berdua dengannya.

Aku pun menghela napasku untuk memulai pembicaraan

"Aku.. Aku merasa kita beda Li."

"Ha?"

"Aku merasa semakin hari kita semakin jauh, aku ataupun kamu punya kesibukan masing-masing, dan aku gak suka hal itu." Jawabku lagi, dengan suara hampir berbisik.

Namun, karena suasana sangat hening, maka bisikanku dapat terdengar oleh Liam. Liam menatapku dengan tatapan tidak percaya, namun tak lama ia mengusap kepalaku lembut.

"Itu pikiran kamu doang kali."

Huhh, Kata-kata itu yang selalu keluar dari Liam. Dan, itulah yang membuatku merasa cukup kesal, ia selalu menyepelekan segala hal, bahkan hal penting sekalipun.

UNPREDICTABLE - (COMPLETED ✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang