CHAPTER 13

357 27 5
                                    

Aku sudah tidak kuat menahan hal itu. Aku muak dengan hal tidak jelas ini. Dan aku sadar akan sang peneror yang tidak main-main dengan ucapannya. Apa lagi tentang kejadian kemarin.

Namun menurutku, teror kali ini, sangat menyesatkan. Putus dengan Liam? tidak aku harus melakukan sesuatu. Aku harus menjebaknya.

Aku segera bersiap siap menuju suatu tempat, dimana sang peneror tak tau dimana diriku ini.

Setelah beberapa menit, aku sampai di gedung tua. Disana terdapat pedagang-pedagang koran dan buku. Aku memasuki Gedung itu dan menuju ke suatu tempat.

Tepat di bagian belakang gedung, ada sebuah tempat yang sangat menenagkan. Angin sepoi sepoi meniup anak rambutku. Aku melihat pemandangan taman disana.

Jarang sekali orang yang mengetahui tempat ini, karena tempatnya yang tertutupi oleh gedung yang tinggi.

Peneror, peneror, penror, aku memikirkan hal tersebut terus menerus. Hingga, kepalaku rasanya dapat pecah.

Key? tidak mungkin ia setega itu untuk membunuh Valerie. Anya? apa mungkin Anya setega itu denganku.

Jika ini ulah mereka berdua, berarti inti dari semua ini adalah Liam. Mereka membenciku karena Liam dan aku pacaran. 

Pikiranku terus berputar, aku tak mempunyai titik temu. Lalu bagaimana caraku untuk menjebaknya?

Alex? Mungkinkah dia tau jawabannya? aku segera menghubungi Alex. Tak lama dari sebrang sana suaranya terdengar, aku pun memutuskan untuk bertemu dengannya.

***

Suara hujan samar terdengar, di depanku sudah ada seorang pria yang belakangan ini dekat denganku.

"Jadi gimana?" Tanyanya

Aku menjelaskan semua yang ada di pikiranku, Alex mendengarkan dengan saksama, sambil mengetuk-ngetuk jari di meja Kafe.

"Menurut gue, orang ini ada di sekitar lo." Jawabnya

Aku mengangguk setuju

"Dan Gue merasa..."Kata Alex, lalu ia berhenti bicara

"Merasa apa?" Tanyaku

"Orang ini licik, dia pintar bermain drama."

Pikiranku langsung berputar kemali. Satu nama tersirat dalam otakku.

"Pikiran kita sama kayaknya." Jawabku, sambil tersenyum miring.

Dia pasti adalah orang yang selama ini kuanggap baik, Valerie anggao baik, dia mengenalku, aku mengenalnya.

"Tapi gimana, bisa kita jebak dia?" Tanya Alex lagi.

Aku langsung bangkit dari tempat dudukku.

"Gue tau caranya." Jawabku.

Keesokan harinya Di sekolah, Aku memasuki kelas yang masih sepi, hanya ada beberapa orang disana. Aku menaruh tasku dan menuju ke kelas Liam. 

Tak sengaja au bisa melihat Key dan Laura membicarakan beberapa hal. Aku pun mendekat dan bersembunyi di belakang tembok, sambil mendegar pembicaraan keduanya.

"Kemarin gue liat Liam sama Elfan, Elfan kayaknya depresi." Kata Key.

"Ha? Maksudnya?" Tanya Laura

"Ya lo tau kan. Valerie meninggal, kaanya sih bunuh diri" Jawab Key

"Trus dia masih depresi?"

"Iya, tapi kayaknya ada alesan lain selain itu?"

"Apaan?" Tanya Laura, tampaknya ia sangat penasaran

Key membisik kepada Laura. Aku dapat melihat raut wajah Laura yang berubah dari penasaran hingga terkejut.

Aku berusaha mendengar, namun hasilnya nihil. Mereka berjalan ke arahku, aku segera pergi dari situ dan kembali ke kelas.

Tujuanku untuk ke kelas Liam pupus sudah, tergantikan dengan rasa penasaran akan hal yang Key dan Laura bicarakan. Dugaanku semakin yakin, dalang semua ini adalah,

Elfan.

Aku langsung menelepon Alex, dan menceritakan semuanya, termasuk Key dan Laura yang berbisik bisik, maupun Elfan yang sekarang kucurigai.

***


UNPREDICTABLE - (COMPLETED ✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang