Satu

40 4 0
                                    

UPACARA di hari senin itu sangat membosankan sekali, belum lagi panasnya terik matahari, rasanya ingin segera cepat-cepat berhambur pergi dari lapangan yang sungguh membakar kulit.

Hal yang paling sering terjadi saat upacara itu; ada yang berjongkok untuk meneduh, menggosip tentang cogan, dan tangan yang mengibas-kibas untuk menghilangkan rasa panas di bawah teriknya panas matahari. Kesenangan murid saat menjalani upacara berlangsung adalah; mendung yang secara tiba-tiba, guru yang berpidato lama didepan dan memanfaatkan untuk berjongkok seraya meneduh dan bermain handpone.

Tetapi hal yang paling sadis itu, kepergok saat asyik-asyiknya berjongkok untuk meneduh dan memainkan handpone, menggosipi cogan yang sedang trending disekolah dan berakhir maju kedepan untuk diberikan hukuman.

Mendung yang secara tiba-tiba sedang upacara berlangsung, membuat para murid memekik kesenangan.

"Astaga, ini cuacanya mendukung banget dah pas gue lagi gerah-gerahnya gini." ucap cowok berambut coklat itu seraya mengusap keringat yang bercucuran di dahinya.

"Iya nih cuacanya mendukung banget mana kuping gue pegel lagi denger ceramahan si pak tofik," timpal cowok dibelakang mereka yang tengah mengibas-kibaskan topinya untuk menghilangkan rasa panas cowok itu. Namanya Arbian Aderendra cowok cakep yang katanya hitam manis.

"Woy kekantin yok, tenggorokan gue seret banget." ajak Ardi si cowok jangkung berkulit sawo matang itu.

"Buruan, gue juga haus nih," lanjut Raka, kemudian kelima cowok itu berlalu meninggalkan lapangan yang sebentar lagi akan menurunkan air hujan.

Di area kantin, terlihat beberapa cowok-cowok jangkung tengah bergerumbul. Raka beserta keempat cowok yang ikut bersamanya tengah duduk di bangku yang biasa mereka tempati. Seketika mata Raka melihat seseorang cewek yang sangat ia kenal, yaitu. Firly, cewek yang begitu amat Raka inginkan.

"Bos lu ngeliatin siapa?" tanya Arbian yang mengikuti arah tatapan cowok itu, "Bos firly bos!" sentak Ardian membuat ketiga cowok itu mengikuti arah Ardian dan Raka.
"Sikat bos!" titah Brian, tanpa aba-aba Raka langsung menyusuli keberadaan Firly yang sedang membeli air mineral bersama teman-temannya.

"Neng sendirian aja neng," goda Raka sembari mencolek dagu Firly,  Firly mulai merasa risih, ia menepis tangan Raka dan menatap tajam bola mata hitam pekat Raka.

"Ngapain sih lo disini! Kurang kerjaan banget lo jadi orang."

"Disini ada kita kali." ucap salah satu gadis berambut panjang bewarna hitam legam.
Namanya Natalie Arkas.

Raka menghendikkan bahunya acuh.
"Mau temenin kamulah." jawabnya yang sempat tertunda seraya menaik turunkan alis tebalnya.

"Gue gabutuh! Mending lo pergi." tak mau mendengar apa-apa lagi Firly melangkahkan kakinya segera untuk pergi dari tempat itu, ia sudah bosan diganggu terus-menerus oleh laki sialan itu, tidak bisakah sehari saja cowok itu tidak menganggu hidupnya? Ia benar-benar sangat risih.

"Ketus banget si yawloh, untung cinta, untung sayang," gumamnya sambil tersenyum manis.

"Bos, sabar ya." ejek Arbian dkk yang ikut tertawa meratapi nasib cinta seorang Arka Ardana.

"Diem lo pada!"

-o0o-

Saat ini mereka tengah berkumpul di kantin paling pojok, yang sudah menjadi tempat faforit mereka saat beristirahat.
Sebenarnya mereka memilih tempat itu karena selain bisa untuk bersandar mereka bisa mencari cewek-cewek cantik dan sexy untuk mencuci mata mereka, kecuali Raka, dia hanya mau melihat seorang Firly Sandana saja tidak mau yang lain, karena baginya yang hanya sempurna dimata Raka itu hanya Firly Sandana seorang. Terkadang Raka selalu dijodoh-jodohkan oleh temannya, sebetulnya ia sudah bilang 'tidak usah' karena ia hanya menginginkan Firly saja. Lagi pula ia kurang srek dengan pilihan cewek yang diberikan oleh teman-temannya itu.

"Bos! Mau kemana?" tanya Rijal yang melihat Raka berdiri dari tempat duduknya dan sesekali merapihkan rambut jambulnya dengan tangan cowok itu.

"Gue mau ke kelas Firly, kalian lanjut aja makannya," teman-temannya itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, mereka cukup kagum atas perjuangan besar sahabatnya itu, tetapi bisa dibilang cukup prihatin juga karena Firly selalu tidak bisa menerima Raka dihidupnya.

Raka melangkahkan kakinya menuju koridor kelas Firly, diperjalanan koridor kelas 12 IPA 3 Raka sempat digoda oleh cewek-cewek cabe yang menurutnya sangat menjijikan dalam hal berpakaian seolah menggoda dirinya untuk mencicipi. Sama sekali ia tidak tertarik oleh wanita  manapun, terkecuali Firly Sandana.

"Hai." Firly yang mendengar suara bariton yang ia kenali hanya mengacuhkan saja dan kembali berbincang bersama teman-temannya.

"Kok, aku dicuekin sih sayang," goda Raka seraya mengacak-acak rambut halus yang dimiliki Firly. Firly yang menyadari rambutnya sedang diacak dengan telapak tangan cowok sialan itu. Ia cepat- cepat menepis lengan kokoh Raka dengan kasar, ia benar-benar sangat risih setiap adanya kedatangan Raka.

Firly menatap tajam bola mata Raka dengan penuh emosi, "Ih lo! Ikut gue!" kini emosinya sudah tidak bisa ia tahan lagi, selama ini ia hanya bisa sabar dengan cowok yang sedang ada di hadapannya, ia mengambil paksa tangan kokoh Raka dengan cepat dan menariknya kesebuah tempat, yaitu parkiran. Ia sengaja mengajak Raka ketempat itu agar ia dan raka tidak menjadi tempat tontonan gratis. Yang merasa ditarik pun menarik senyuman lebar dibibirnya, Raka bukannya kesal ia malah tersenyum, Firly yang melihatnya hanya memutar bola matanya jengah, "lo bisa gak sih? Hah! Gak ganggu hidup gue terus! Gue risih tau gak!" Raka menarik bibirnya membuat sebuah senyuman manis disana.

"Gak bisa, karena gue suka sama lo," jujurnya seraya mencubit hidung Firly dengan gemas, ia memutar bola matanya jengah, "Gue gak peduli! Tentang rasa suka lo ke gue!" desisnya tanpa menatap wajah tampan Raka.

Firly harus sabar menghadapkan cowo keras kepala yang sedang ada dihadapannya ini, "Sebenernya lo mau apasih? Hah! Dari gue?" tanya Firly sontak membuat Raka teriak kesenangan seraya melompat kesenangan. Firly yang melihat tingkah laku aneh Raka mengernyit heran, mengapa cowok yang sedang berhadapan dengan dirinya malah memekik kesenangan, apakah ia salah berbicara?

TBC

Raka ArdanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang