Lima

16 1 0
                                    

KINI Raka meratapi kesunyian malam yang amat hening, kencangnya hembusan angin yang menerpa tubuhnya.
Sekilas melirik kearah gitar yang selalu ia simpan ditepi ranjang kasurnya.
Mengambil napas dalam-dalam, menjulurkan tangannya untuk mengambil gitar tersebut.

"Nyanyi apaan ya gue" Raka mencari lagu-lagu yang berada di ponselnya.
"Nah lagu ini aja dah" ucapnya seraya mengangkat gitar ke pangkuan pahanya, memetik gitar itu pelan-pelan, dan mengingat wajah cantik yang selalu memutari otaknya.

Tak main main hatiku...

Apapun rintangannya, kuingin bersama dia...

Kumau dia, tak mau yang lain...

Kuingin dia bahagia hanyalah denganku...

Wooo, huuuuu....

-o0o-

Dengan langkah kantuk Firly keluar dari ruangan kamarnya. Mengucek salah satu matanya, menutup mulut yang masih terus saja menguap sedari tadi, mengumpulkan nyawa yang yang masih setengah dan menuju kearah mandi.

Setelah mandi, Firly mengambil bahan-bahan makanan yang berada di dalam kulkas. Memotong sayuran dengan langkah hati-hati.

"Selalu aja begini tiap pagi" gumamnya sambil tersenyum paksa.

Tok tok.
Firly mengerutkan dahinya.
Siapa yang datang pagi-pagi kerumahnya?
Firly melangkahkan kakinya hati-hati, membuka knop pintu dengan pelan.
Firly memutar bola matanya jengah, ternyata yang datang sepagi ini itu cowok sialan yang selalu mengganggu hidupnya, siapalagi kalau bukan si most wanted sekolah, Raka.
"Ngapain sih lo kerumah gue pagi-pagi begini" ucapnya dengan nada sedikit ketus. Raka tersenyum manis.

"Mau jemput kamulah beb" ujarnya.

"Lo daripada berdiri terus kaya gitu mending lo masuk terus duduk" Raka melangkahkan kakinya menuju kearah sofa. Menatap kearah langit-langit ruang tengah yang kini di injaknya. Menurutnya rumah ini tidak terlalu kecil sih dan masih layak ditempati.

"Fir ortu lo pada kemana?" tanya Raka yang sedang memutar-mutar kepalanya seperti mencari orang selain Firly.
Deg.
Firly meratapi pertanyaan Raka yang begitu menohok di hatinya.
"Ortu gue udah meninggal" jawabnya pelan. Namun masih bisa terdengar oleh Raka, Raka merasa bersalah setelah menanya pertanyaan yang mungkin membuat gadis yang ia sukai sakit hati.

"Maaf" gumamnya sambil menunduk menyesal.

"Gak papa kok" ucapnya sambil melenggang pergi menuju dapur yang sempat ia tinggali.
Firly melihat sayur yang ia buat ternyata sudah matang.

"Lo udah sarapan belum?" tanya Firly seraya menuangkan nasi ke piringnya.
Raka menggelengkan kepalanya.
"Yaudah lo ikut sarapan sama gue aja" Raka mengangguk.

"Kenapa lo diem? Katanya mau ikut sarapan?" Raka menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.
"Ambilin dong Hehehe" Firly menatap tajam kearah Raka yang tengah tersenyum polos.

"Lo punya tangan kan? Tangan lo gak lumpuh kan? Ambil sendiri!" Raka mengerucutkan bibirnya beberapa senti, terpaksa ia mengambil piring dan nasi lauk pauknya sendiri.

"Fir gue..." ucapan Raka terhenti saat Firly menatap tajam kearahnya, Raka menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

-o0o-

"Makasih" ucap gadis itu sembari melangkahkan kakinya meninggalkan parkiran, Raka menghela napasnya berat.
"Makasih doang, peluk kek, cium kek ini mah makasih doang. Untung sayang, untung cinta" celotehnya seraya melepas helm.

Raka ArdanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang