Five.

4 2 0
                                    

For love, you use your heart, not your head

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Bacot" ucap Ethan kesal setelah mendengar ajakan Ansen kepada Carol. "Lu gausah sok sokan mau ngurusin orang deh. Ngurus diri sendiri aja gabisa" ucapnya lagi

"Lu juga keluar sana, tidur di kelas lu. Disini lu cuma ngabisin oksigen" ucap Carol ketus

"Maaf, lu siapa ya? Sok kenal, cih" ucap Ethan merendahkan

Tak!

Sebuah jitakan telah mendarat mulus di kening Ethan. "Daripada gue tonjok mending lu keluar dulu deh" ucap Carol 

"Cih! Gitu doang ga sakit kali" ucap Ethan sembari berdiri dan berjalan keluar. Saat ia berada di depan pintu UKS, tiba tiba ia mengerang kesakitan. "Anjir, tu cewek manusia atau beruang sih? Tangan kayak batu!"


*Skip kelas

"Woy Ansen kampret! Mana si Carol? Udah bell lho! Panggil gih!" ucap Sahun sedikit panik karena guru yang akan mengisi jam pelajaran mereka kerap disebut guru killer. "Mana gue tau anjir. Panggil sendiri gih!" balas Ansen

"Baik anak-anak, mulai hari ini guru yang biasany mengajar kalian akan mengajar di sekolah lain" suara sorakan pun terdengar dari seluruh kelas "Mohon simpan selebrasinya. Sekarang saya akan memperkenalkan guru baru kalian. Silahkan masuk Mrs.  Gwen" sesaat setelah beliau mempersilahkan guru baru tersebut, seorang wanita paruh baya yang mengenakan kemeja hitam dan rok selutut hitam berjalan memasuki ruang kelas dengan senyum ramah

"Halo semua, saya Gwendoline Archer. Mulai hari ini saya akan menjadi guru Bahasa Prancis kalian" ucap Gwen dengan sebuah senyuman yang memberi kesan keibuan

"Mohon maaf saya telat mister, saya dari UKS. Ini suratnya" tiba-tiba Carol memasuki kelas dan menatap Gwen. "Dasar kau manusia kurang ajar. Setelah membuangku dari rumahku dan mengambil anak lain, sekarang kau mengikutiku kesini? BERANINYA KAU!" teriakan Carol membuat kepala sekolah yang membawa Gwen ke kelas itu hanya melihat Carol dengan tatapaan meminta penjelasan

"Dia adalah ibu, maaf, seorang jalang yang memungut saya dari jalanan dan memperlakukan saya sebagai pembantu lalu membuang saya kemarin malam. Benar kan nyonya?" ucap Carol menekankan kata nyonya. Perkataannya membuat sekelas terdiam. Muka Gwen seketika menegang. 'Mengapa dia disini'  batin Gwen yang sama terkejutnya dengan sang kepala sekolah

"Gwendoline! Apakah ini benar?" tanya sang kepala sekolah marah. "T-tentu saja tidak ma'am! Carol sayang! Kemana saja kau semalam? Apakah bekas tamparan semalam sudah hilang?" tanya Gwen berpura-pura khawatir sembari mendekati Carol dengan tangan terentang hendak memeluknya. Tanganya pun ditepis oleh Carol.

"Kalau aku semalam tidak pulang, bagaimana kau tau bahwa aku mendapat luka tamparan nyonya? Ohya, karena ENGKAULAH YANG MENAMPARKU BRENGSEK!" teriakan Carol sekali lagi membuat seluruh kelas terpaku. "Tunjukkan pipimu" Ansen berkata singkat yang tanpa Carol sadari, dituruti. Semua orang hanya bisa membelalak melihat pipi Carol yang sudah membengkak dan berwarna biru. "Sekarang sudah terbukti Carol tidak berbohong. Apakah ada kata-kata terakhir sebelum anda dikeluarkan?" tanya Ansen tiba-tiba. "Yah, karena sudah ketahuan sekalian saja. Kau hanyalah seorang anak kecil yang dibuang orang tuanya karena tak cukup baik untuk menjadi anak. Ingatlah, kau tidak akan memiliki masa dep-"

Sacrifice for LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang