To the world, you may be one person,
but for that one person, you may be the world
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Dalam perjalanan ke rumah Ansen, Carol masih merutuki dirinya sendiri dan menyesali pilihannya. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang merangkul mereka berdua sekaligus. Secara refleks, Carol langsung membantingnya ke atas jalanan. "Hey! Wah, pacar barumu?" tanya laki-laki yang tidak asing itu. "Wah, ternyata lu maunya sama anak sok polos gini ya" tanyanya pada Carol. "Anda siapa?" tanya Carol benar-benar bingung
"Kenalin, gue Augustus. Orang yang lu banting kemaren kemaren" ucap laki-laki itu sembari mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Carol yang tetapi tidak diterima oleh Carol. "Oh, bocah kurang ajar kayak elu masih berani ketemu gue? Ga takut dibanting lagi? Nanti lu nangis lagi lapor mama" ucap Carol dengan nada mengejek. "Bacot! Lu kira gue takut sama anak kayak elu? Denger ya, lu udah salah langkah bermasalah sama gue!" ucap August berapi-api. "Eh sori ya, gue masih disini. Bisa cari topik yang semuanya bisa ngerti?" ucap Ansen "Udah. Pulang" ucap Carol singkat
"Eh, jangan kabur dong cantik. Ntar gue kesepian deh" ucap August sembari menahan tangan dan menunjukkan senyum nakalnya. Secara reflek Ansen langsung melepaskan genggaman August di pergelangan tangan Carol. "Wah, seorang Ansen Beckett bisa cemburu, ataukah, jatuh cinta?" Tanya August dengan nada jahil "Bukan urusanmu" ucap Ansen sedingin es "Wah, aku takut sekali, seorang Ansen Beckett yang sedang jatuh cinta memang menyeramkan" ucap August diakhiri dengan tawanya. Ansen yang sudah cukup lelah meladeni bocah ini langsung saja mencengkeram kerah hoodie yang dipakai August dan bersiap siap untuk memukulnya "Sudah, Ansen" ucap Carol tiba-tiba
"Carol, tolonglah, sekali saja" ucap Ansen kapada Carol, tatpi matanya masih menatap lekat mata August. "Setelah aku" ucap Carol dingin lalu berjalan menuju keduanya. Ansen pun langsung melepaskan genggamannya di kerah August sementara August tetap tersenyum licik. Dalam waktu singkat, sebuah pukulan telah mengenai wajah August yang mengakibatkan hidungnya mengeluarkan darah. "Sudah?" tanya Ansen yang hanya dijawab oleh sebuah gelengan dari Carol
Wajah August sudah babak belur setelah menerima pukulan-pukulan dari Carol. "Nah, sekarang giliranku" ucap Ansen dingin lalu memukuli August lagi.
Setelah beberapa waktu, mereka akhirnya selesai dengan acara memberi pelajarannya. "Pergilah sekarang sebelum kau pingsan" ucap Ansen dingin. Ucapannya yang terdengar mengancam langsung membuat August berlari ke motornya dan melaju dengan kecepatan diatas normal. "Udah? Ayo, jalan lagi" ucap Ansen dengan senyuman lembut. Carol pun menjawab dengan sebuah anggukan. "Kamu tau? Kau kebih menyeramkan dari yang ku kira" ucap Carol tiba-tiba.
"Well, aku jauh lebih menyeramkan saat marah" ucap Ansel.
Seketika perjalanan pulang mereka ditemani oleh keheningan dari keduanya. "Kau tahu, ini pertama kalinya aku berbicara sebanyak ini" ucap Carol tiba-tiba. Ansen yang terkejut karena perkataannya hanya melihatinya dengan bingung. "You know, aku tidak pernah punye teman selama aku tinggal dibawah atap si brengsek Rowan itu" lanjut Carol. "Ia tak suka apabila aku memiliki banyak teman. Bisa-bisa orang itu akan langsung disingkirkan." ucap Carol lagi.
"Yang penting kau sekarang sudah memiliki aku dan Shaun. Kita tidak akan membiarkan rowan atau siapapun itu untuk melukaimu" ucap Ansen. carol hanya menjawab dengan kekehan kecil. "Huh, kau tau aku bisa menjaga diriku sendiri" ucapnya dengan senyuman. "Kau lebih cantik saat tersenyum" ucap Ansel tiba-tiba. "Wow okay, apakakh kau mengatakan ini pada semua wanita yang kau temui?" ucap Carol bercanda. "Tidak, aku tidak pernah memiliki teman selain Shaun" ucap Ansel sambil melihati Carol. "Oh ya? lalu bagaimana dengan Pan?" tanya Carol dengan nada jahil. "Dia hanyalah seorang fans yang tidak terima bahwa aku dekat denganmu. Dia berkali-kali menembakku, tetapi tidak pernah ku terima. Ada kalanya ketika ia putus asa dan bahkan membayarku untuk jadi pacarnya" Ucap Ansel dengan kekehan kecil. "Kau kurang pintar" ucap Carol "Sehrusnya kau terima saja uangnya dan tetap mendiamkan dia" lanjutnya
Kata-katanya berhasil membuat Shaun tertawa "Bagaimana kalau dia mara dan menuduhku mencuri uangnya?" tanya Ansen. "Bilang saja kau tipe pacar yang cuak. Perempuan dengan otak dangkal sepertinya akan percaya" ucap Carol yang membuat Ansen semakin terbahak
"Wow, kutinggal sebentar dan kalian sudah jadian?" tanya seseorang dari kejauhan
"Shaun, kau tahu itu tidak benar" jawab Ansel sambil melempar kerikil yang ada di dekatnya ke arah Shaun
"Whoah, calm down dude, aku hanya bercanda" ucap Shaun. "Hei sudahlah, sebelum ku memukul kalian berdua, berhantilah bertengkar" ucap Carol "Kau kenapa kesini? Rumahmu kearah sini juga?" lanjut Carol. "Tidak. Aku hanya ingin bertemu kalian. Lagian, aku ingin mentraktir kalian. Kita belum merayakan hari pertama kita bertemu Carol" ucap Shan sembari berlari kearah mereka.
"Aku tidak punya uang" ucap Ansel cepat "Kan aku yang membayar" ucap Shaun lagi "Aku malas bersih-bersih" Ansen memberi alasan lagi "Akan ku bantu membersihkan rumahmu" ucap Shaun lagi "Yasudahlah" Ansn pun menyerah dan mereka bertiga lanjut berjalan ke arah rumah Ansen.
TBC
hiya gw lama ga publish
dateng dateng bawa chapter pendek
:)
maafkan cerita yang gajelas ini:)
anyways
jangan lupa vomment
yang sider gw doain jadi pacarnya miper
sekian
babay

KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifice for Love
RomanceSometimes we do things beyond our league for love- author bucin 2020