***
Sesampainya ditoko aku langsung mencari kebutuhan projek ku. Berjalan kesana-kemari mencari sesuatu di Toko Besar ini. Aku hanya menyebutnya toko karena ini satu-satunya toko terbesar di Distrik 21 yang ada ditengah keramaian kota ini. Tapi didalamnya tidak hanya berisi satu gerai saja, banyak yang berjualan di Toko Besar ini. Mirip-mirip dengan Pasar Swalayan kan? Yang kutahu mengenai Toko ini, dulu ini hanya milik Walikota saja. Setelah setahun berganti orang karena sang walikota pertama meninggal, Walikota berikutnya meminta izin kepada pihak keluarganya untuk mengisi toko nya menjadi beberapa gerai. Dengan alasan penduduk di Distrik ini agar memiliki usaha nya masing-masing untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tak lama, pihak keluarga Walikota pertama pun mengizinkan permintaan itu dan sekarang toko ini sudah sangat ramai penjual dan pembeli.
"Yashh..." akhirnya barang yang kubutuhkan sudah kudapatkan, walaupun masih ada beberapa material yang kubutuhkan dan buruknya material-material itu tidak diperjual-belikan. Aku harus mencari, ada dimana. Sudahlah, lebih baik ku jalan pulang saja. Sudah terlalu lama aku diluar rumah, dan sepertinya sebentar lagi akan malam hari.
Pemberitahuan siang-malam disini di kondusifkan dengan para penjaga menara menuju permukaan, tiap ketinggian 200 meter ada penjaga-penjaga yang berjaga. Di pos paling atas (diatas permukaan tanah) didirikan pertahanan untuk menjaga wilayah masuk ke Distrik 21, semua distrik pun begitu. Aku yakin Distrik 1 sampai 10 sudah memiliki sistem pertahanan yang canggih.
***
"Aku pulang..." ucapku saat tiba dirumah.
"Heiii darimana saja kau Kak!! Persediaan air kita sudah habis tau!" sambutan yang indah dari Joe.
"Haha maaf Joe, aku sedang berbelanja dari siang. Sekali-kali kau dong yang harusnya mengambil"
"Nah iya Joe, bener kata Kak James. Kamu juga harus mau bantu ambil air" kata Ibu yang tiba-tiba datang.
"Nah tuh kan...Ibu aja bilang gitu wlee. Gantian deh sama aku"
"Yasudah iyaaa...Besok aku akan mengambil air deh. Tapi besok lusa kau harus yang mengambil ya! Awas saja kabur.." ucap Joe
"Iya bawel..."
Setelah obrolan tadi, Joe langsung kembali ke kamarnya mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Joe sekarang menduduki bangku kelas 12 disekolahnya. Dia bisa dibilang jenius, dalam umur segitu saja dia sudah menjadi anak termuda di kelasnya. Saat aku berumur 16 saja aku masih di kelas 10. Gak ngerti lagi, emang anak itu yang terlalu pintar. Mengambil Teknik Mesin disekolahnya, terkadang dia membantuku di Lab, mengerjakan sesuatu, kusuruh-suruh untuk mengambil ini-itu, menyelesaikan pekerjaanku yang sudah hampir selesai. Beruntung sekali aku bertemu keluarga seperti ini, aku akan benar-benar berterimakasih jika aku sudah berhasil mengerjakan projekku ini.
Aku pun beranjak masuk ke Laboratorium pribadiku, tempatnya dibawah rumah ini. Dulunya ini sebuah gudang dan tempat kerja Ayah Joe untuk mengerjakan tugas-tugasnya dirumah. Semenjak aku diterima dikeluarga ini, ruangan itu sudah kosong, tak terpakai. Lalu Ibu Joe meminta Ayah untuk memberu tempat ini untukku, sekali lagi aku berterimakasih. Laboratorium ini adalah tempat kerjaku, kesibukanku sehari-hari. Mengerjakan benda yang paling sulit, untuk ku buat sendirian. Aku terus mencoba walaupun aku sudah gagal membuat mesin itu sekali.
Aku berpikiran untuk membuat mesin ini, bermula dari novel yang dimiliki oleh ibuku. Ia sangat senang sekali membaca, apalagi cerita-cerita tentang fiksi ilmiah, fantasi dan semacamnya. Karena itu, aku rindu dengannya, ingin bertemu lagi. Maka aku harus gigih dalam membuat mesin ini.
Di abad ke-19, tepatnya pada tahun 1895. Seorang penulis bernama Herbert George Wells menerbitkan novel fiksi ilmiah nya yang berjudul The Time Machine. Novel yang beliau tulis menceritakan tentang Penjelajah Waktu yang berhasil menciptakan Mesin Waktu lalu terdampar di sebuah dunia yang jauh dari bayangannya. Di sana manusia terbagi menjadi dua ras, yaitu Eloi yang hidup di atas permukaan bumi dan Morlock yang hidup di bagian bawah bumi. Hampir mirip dengan dunia pada jaman ini bukan? Bedanya kaum Eloi yang hidup dipermukaan tanah itu tidak ada. Joe pernah bercerita kalau kakeknya bilang "Manusia saat ini sudah seperti Kaum Morlock Joe...kau harus gigih dalam bekerja seperti ayahmu agar bisa hidup sukses dan berguna untuk semua orang suatu saat nanti. Ingat Joe, jika kau sudah sukses buatlah masyarakat bahagia, janganlah kau bersifat sombong". Menurutku, kakek Joe bilang seperti itu, karena Kaum Morlock yang ada di novel karya Wells itu kaum yang sangat bekerja keras untuk Kaum Eloi yang tidak berguna di atas permukaan tanah. Kaum Morlock menjadi budak bagi kaum Eloi, dan beberapa waktu kemudian Kaum Morlock memakan Kaum Eloi saat mendapatkan kesempatan pertamanya untuk membalas dendam. Cerita yang sungguh Ironi. Sang penulis, Wells membuat cerita itu untuk mengkritik kondisi masyarakat Inggris di abad ke-19.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Shrink
Science FictionKetika aku terjebak di waktu yang penuh petualangan dengan pengetahuanku tentang teori-teori di dunia pada masanya. Fee Yui