Tahun 2021 : Memori (Part 1)

16 8 0
                                    

"Jean...ayo bangun. Ibu sudah menyiapkan sarapan di meja makan. Kita tidak boleh telat sekolah" ucapku setelah mematikan alarm dari handphone-ku.

"Sebentar kak...5 menit lagi" jawabnya pelan sambil mengucek-ngucek mata yang masih sulit terbuka.

"Kau jangan kebiasaan Jean, nanti kita telat lagi"

"Iya 5 menit lagi Kak...aku masih mengantuk tau. Jangan mengganggu" jawabnya dengan nada sedikit jengkel.

"Hah? Mengganggu?"

"James!! Jean!! Cepat turun ke lantai bawah. Ini sudah jam setengah tujuh" teriak Ibu dari lantai bawah menyuruh kami turun.

"Iya Bu...Jean nya susah dibangunin" teriakku menjawab Ibu. "Hei bangun dong!"

"Iya nanti aku menyusul!" jawabnya membentakku. Aku yang sudah terlanjut kesal dibuatnya, sengaja ku tarik kakinya sampai ia terjatuh. Dia berdiri, bergumam tidak karuan, langsung berjalan ke kamar mandi. Setidaknya itu membuatnya bangun. Aku turun ke lantai bawah, disapa dengan pertanyaan ibu "Jean mana?"

"Baru mandi" jawabku dengan nada datar.

"Astaga anak itu susah sekali, percuma kalau dinasehati. Tidak sepertimu yang dari kecil kalau dibilangin langsung paham dan gak di ulangi"

"Ahaha biarin Bu, tidak baik kalau membanding-bandingkan anak sendiri. Nanti dia juga paham kok, wajar baru memasuki masa pubertas. Aku juga pernah tidak mendengarkan omongan Ibu, semua anak pasti begitu"

"Ah iya benar juga, kamu samaannya dengan almarhum ayahmu. Kalau ibu mengomel sedikit saja langsung balik dinasehati. Untung ibu mu ini sangat pengertian" ucap ibu dengan senyuman kecilnya. Langkah kaki Jean yang terdengar menuruni anak tangga membuat obrolanku dengan ibu terhenti.

"Morning Mom..." ucap Jean menyapa ibu, ia selalu melakukan itu bila telat bangun tidur. Bertingkah manis agar ibu tidak semakin kesal.

"Morning too Jean. Nih sarapanmu, cepat langsung habiskan. Sekarang sudah jam tujuh kurang lima, lima menit lagi jemputan kalian datang" balas Ibu sambil menyodorkan sarapan dan mengingatkan untuk segera bergegas.

Lima menit berlalu, suara klakson bus sekolah sudah memanggil-manggil dari depan pintu pagar. Atap bus yang berwarna kuning terlihat mengintip dari pagar rumah kami yang cukup tinggi. Aku bergegas merapihkan baju, mengambil tas sekolah, memakai sepatu. Jean lupa dengan tas sekolahnya yang tertinggal di kamar, aku beranjak pergi duluan ke bus sekolah. Tak lupa berpamitan dengan ibu, berterimakasih atas sarapannya tadi, mencium tangannya, "Aku berangkat. Dah Bu..."

"Kak James mana?" tanya Jean tiba-tiba disamping ibu dengan keadaan yang tergesa-gesa.

"Udah naik duluan, cepat sana nanti ditinggal" jawab ibu datar dengan senyum tipis.

"Oh oke Bu...aku berangkat ya..."

"Ya hati-hati..." ucap ibu sambil melambaikan tangannya, aku membalas mealambaikan tangan juga dari kaca jendela bus yang terbuka.

***

Bus kuning ini melaju dengan landai, duduk didalam bus sambil mendengar obrolan anak murid lainnya sudah menjadi hal yang sangat sering ku alami, Jean duduk di belakang bus bersama teman-temannya, adik kelasku. Karena dia 2 tingkat dibawahku. Sementara itu, perbincangan di bus semakin ramai, ada yang membahas pekerjaan rumah, ada yang membahas tentang film-film terseru. Aku tak sengaja mendengarnya saat beberapa murid membahas tentang film Money Heist. Film yang mempunyai judul lain dalam bahasa aslinya La casa de papel, bahasa spanyol. Awalnya film itu hanya ditayangi di Netflix, aplikasi streaming film anak muda jaman sekarang. Tak lama kemudian film serial drama yang membahas tentang perampokan terbesar dalam sejarah Spanyol itu muncul di saluran televisi Inggris dengan waktu tayang tengah malam karena kontennya.

ShrinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang