Tahun 2045 : 5 Tahun Setelahnya (Part 5)

17 8 0
                                    

Suara lonceng raksasa bernyanyi, suaranya memenuhi langit-langit kota bawah tanah ini. Tanda dari para penjaga bahwa ini sudah pagi hari. Sulit nyatanya membayangkan suasana pagi hari di bawah tanah seperti ini. Hanya tanda, atau sebuah pemberitahuan. Bukan kenyataan yang bisa kami lihat langsung, hanya orang-orang tertentu. Bahkan tidak hanya orang-orang tertentu, tapi juga kaum tertentu.

Gemericik air yang keluar dari keran kamar mandi, memenuhi sebuah drum berukuran sedang. Aku baru saja selesai mandi, naik ke lantai dua, kamar Joe. Membuka lemari baju, aku mengambil kaos hitam polos, satu satunya bajuku yang paling nyaman dipakai. Membuka jendela kamar, berharap akan disapa oleh udara segar, sangat mustahil. Aku turun lagi ke lantai dasar, bergabung ke meja makan. Sarapan bersama keluarga ini adalah hal yang dilakukan setiap pagi.

"Ayah mau Ibu buatkan segelas kopi?" Ibu Joe bertanya lembut

Ayah Joe menjawab pendek "Boleh". Sambil mengangkat koran harian yang terletak diatas meja

"Aku juga mau Bu..." sahut Joe meminta segelas kopi buatan ibunya

"Kemarin kau sudah minum kopi Joe...nanti jatah kopi ayahmu kau habiskan" jawab ibu sambil sibuk memutar sendok di gelas kopi milik ayah.

"Yah yaudah deh...kalau begitu aku berangkat duluan saja ya Bu" Joe beranjak bangun dari kursi, mencium tangan Ayah dan Ibunya. "Aku berangkat..." ucap Joe perlahan meninggalkan ruang depan.

"Ayah juga berangkat duluan ya, Pak Walikota sudah menunggu" Ayah Joe melipat koran yang tadi dibaca nya, beranjak bangun dari kursi. Ibu Joe menghampirinya, sambil memberikan jas yang biasa dikenakan oleh Ayah Joe. "Ayah berangkat..." persis seperti Joe setelah mengucapkan kalimat itu, perlahan meninggalkan ruang depan. Menyisakan aku dan Ibu Joe, aku ikut membantu membereskan meja makan, mencuci beberapa piring yang dipakai sarapan tadi.

"Bu, aku pinjam koran ayah ya"

"Iya" jawab Ibu Joe pendek.

"Sekalian aku ingin keluar lagi, sekedar jalan-jalan"

"Iya James, hati-hati" jawabnya.

Aku mengambil jaket yang kugantung di stand hanger. Melangkah keluar pintu, sudah disambut keramaian orang berlalu-lalang. Berjalan kaki menuju kedai tempat Ainsley bekerja sambil membawa koran yang Ayah Joe baca tadi. Waktu dijalan aku malah bertemu dengan Ainsley, sepertinya dia juga baru saja ingin ke kedai.

"Hai!" ucapku saat tiba-tiba di sampingnya.

"Eh! Hai!" jawabnya sedikit terkejut dengan nada bingung. "James, kamu suka sekalli mengejutkan orang ya!?"

"Ah, tidak tuh"

"Terus kenapa dari kemarin kamu bikin orang kaget mulu...hobi yaa!?" kata Ainsley sambil berjalan terburu-buru. Aku mencoba mengikuti langkahnya.

"Heu mana ada hobi, hobi ku berguna tau. Kenapa buru-buru sekali sih jalannya? Memang kedai harusnya buka jam berapa?"

"Jam sembilan" jawabnya.

"Tapi ini kan baru jam tujuh"

"Ada yang ingin mengangkut koran bekas di kedai, sudah menumpuk dari 2 tahun yang lalu. Dia bilang kalau dia dateng jam 7, bahkan blm ku rapihkan lagi koran-korannya, masih bercampur aduk dengan barang-barang yang lain digudang" jawabnya sambil sedikit menjelaskan.

"Ouh begitu, tenang saja...ada orang yang siap membantumu"

"Siapa?"

"Ya aku lah, siapa lagi kalau bukan orang yang sedang berjalan disebelahmu ini". Dia melamun sejenak, tidak menjawab omonganku. Banyak sekali suara obrolan orang-orang, blm lagi anak-anak yang berlarian kesana kemari.

ShrinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang