Tahun 2045 : 5 Tahun Setelahnya (Part 4)

30 8 0
                                    

Ting Tong! . . . Ting Tong! . . . Ting Tong! . . . Suara bel Rumah berbunyi, seseorang datang.

"Joe...tolong buka pintunya, Ibu sedang memasak" teriak Ibu menyuruh Joe dari dapur.

"Iya bu..." jawab Joe. Berlari ke arah pintu, membuka, melihat siapa yang datang, diam sejenak. "Hmmm, Hai. kakak siapa? Apa ada perlu dengan ibu?" sapa Joe sembari bertanya.

"Oh, anu...tidak. Aku ingin bertemu James, tetanggamu bilang kalau rummahnya disini. Apa kau adiknya?" jawab seorang gadis cantik yang sedang mencari Joe.

"I-Iya aku adiknya... jawab Joe" dengan gugup karena tak kuat melihat wajah Gadis itu.

"Bisakah kau panggilkan James untukku?" ucap Gadis itu.

"S-Sebentar ya kak, akan ku panggil...T-Tunggu disitu jawab" Joe dengan ucapan yang terbata-bata. Joe berlari lagi dari Pintu depan ke tangga Basement, memanggil-manggilku. "Kak...Kak James..." suaranya sudah terdengar saat menuruni tangga, tapi aku tidak peduli. Suaranya semakin mendekat, menghampiriku. "Kak! Kau tuli ya? Ada yang mencarimu tuh, seorang Gadis" ucap Joe dengan nada sedikit kesal.

"Gadis? Diwaktu seperti ini siapa yang mau mencariku Joe..."

"Dih...gadis itu sedang mencarimu, sepertinya ada perlu kalau tidak percaya ya sudah...akan ku bilang Kak James sudah tidur" Joe melangkah kembali ke arah tangga, berteriak, meledekku. "GADIS ITU SANGAT CANTIK LOH...."

"HEI TUNGGU!" jawabku, lalu berlari ke arah pintu depan, lebih cepat dari langkah kaki Joe.

"Tuh giliran dengar kata Cantik saja kau langsung bergegas menghampirinya" ucap Joe saat selangkah-dua langkah menaiki anak tangga, mengejekku, lalu berjalan menuju kamarnya, tidak jadi ke pintu depan.

Aku bergegas merapihkan pakaianku yang berantakan saat di laboratorium, menyeka dahiku yang penuh keringat, menyisir rambutku dengan jari, menghampiri gadis itu. Melihatnya, diam sejenak. "Eh? Kamu yang tadi di kedai kan?". Hening, gadis itu melihatku, berdiri. "Oh iya kamu kan pelayan di kedai itu, aku hampir lupa. Kalo boleh tau, mengapa kamu kesini?"

"Ini milikmu kan?" ucap gadis itu sambil menunjukkan sesuatu padaku, dan itu sebuah arloji.

"Arloji ku?" aku langsung mengecek kantong bajuku, tidak ada. Apa benda ini tertinggal di kedaimu?

"Iya. Kamu buru-buru tadi, saat mematikan alarm itu kamu taruh di meja dan pergi begitu saja" jawab gadis itu.

"Ohh begitu, maaf ya jadi merepotkan. Kamu mau masuk dulu? Akan kubuatkan teh hangat"

"Tidak, terimakasih...aku mau langsung pulang saja, orangtua ku menunggu"

"Kalau begitu, akan ku antarkan pulang"

"Eh!? T-Tidak per.." ucap gadis itu ingin menolak, aku keburu masuk ke dalam mengambil jaketku. Keluar lagi, siap mengantarkannya.

"Ayo kita jalan..." kami berjalan berdua. Dia terdiam, gugup. Sepertinya mau mengucapkan terimakasih, bibir nya yang kaku ingin mengucapkan sesuatu dan...

"James...anu, maaf jadi merepotkan. Terimakasih ya" dia memanggil namaku.

Sesuai dugaanku, dia berterimakasih. Dan aku terpikirkan oleh satu hal. Dia memanggil namaku?. Aku teringat, tadi dia juga ingin menyebut namanya, tapi aku keburu pergi.

"Iya tidak apa, kau juga sudah mengantarkan arloji ku. Tak baik juga jika gadis sepertimu jalan sendirian ditengah kesepian kota ini. Ngomong-ngomong namamu siapa? Tadi aku keburu pergi saat kamu ingin menyebut namamu"

"Oh iya, namaku..."

"Tunggu! ucapku tiba-tiba memotong omongannya. Biar kutebak dulu, pasti huruf depan namamu itu huruf A kan?"

"I-Iya, kok kamu tau?" dia diam sejenak, teringat. "Oh iya aku kan sudah menyebut huruf depan duluan, tapi kau pergi begitu saja, menyebalkan"

"Hehe, yaudah...jadi siapa namamu?"

"Ainsley" jawabnya singkat.

"Hmmm...Ainsley...nama yang lucu"

"Apa lucunya!?"

"Lucu saja, seperti orangnya" mendengar aku bicara begitu, dia tersipu malu. Beberapa langkah lagi kami sampai dirumahnya

"Ah biasa saja...lebih baik kau putar balik sekarang." Kami berhenti berjalan, dia menatapku, menunjuk sebuah rumah "Di depan itu sudah rumahku. Terimakasih James"

"Baiklah, aku akan pulang. Aku akan mampir ke kedai besok. Dah Ainsley" aku memutar balikkan badan, berjalan. Setelah dia berjalan beberapa langkah, aku memutarbalikkan badan lagi, melihatnya, mengumpat dibalik pagar rumah seseorang. Dia berhenti saat satu-dua langkah tiba di depan pintu rumahnya, menoleh kebelakang, memastikan jika aku sudah berjalan jauh. Dia melamun, cukup lama. Aku berniat mengerjainya, menggelindingkan sebuah kaleng minuman, dia pun melihatnya, menghampiri kaleng itu di tempat kami berdua berhenti tadi.

"Dorr!!!" teriakku mengejutkannya, dia sangat kaget, memasang wajah sebal. Meneriaki ku "Jamess!!!". Aku tertawa, kabur, berlari kecil sambil melambaikan tangan kepadanya.

Berjalan. Sendiri di tengah kesepian kota yang kurang pencahayaan. Menikmati heningnya kota, orang-orang sudah beristirahat dirumahnya masing masing, atau ada yang masih berkumpul dengan keluarganya. Sungguh jaman yang sangat menyulitkan. Sesampainya dirumah aku langsung disambut oleh celotehan Joe yang sedang duduk sendiri di meja makan.

"Kak! Kau darimana saja....aku disuruh ibu menunggumu untuk makan malam nih. Ayah dan Ibu sudah tidur. Perutku sudah keroncongan nih menunggumu!"

"Uhh kasian...maaf Joe aku mengantarkan gadis itu pulang. Kalau kau lapar ambil saja setengah jatah makan malamku, agar perut bandelmu itu tidak mengaung-ngaung lagi haha"

"Ya sudah, akan ku makan. Cepat kau bersihkan kaki dan tanganmu Kak, aku kan disuruh Ibu untuk makan bersamamu."

"Iya aku juga ngerti, kenapa kau lama-lama bawel sekali. Melebihi mulut perempuan saja" ucapku sambil melepas jaket dan mencuci tangan di wastafel dekat meja makan.

"Dih, enak saja. Ngomong-ngomong soal perempuan. Gadis tadi itu siapa Kak? Pacarmu ya?" tanya Joe penasaran.

"Bukan" jawabku pendek.

"Terus siapa? Tunanganmu?" tanya Joe lebih penasaran, sampai menanyakan yang berlebihan.

"Yeee...mana ada. Dia bukan siapa-siapaku, kami baru berkenalan hari ini. Tadi dia hanya ingin mengantarkan arlojiku yang tertinggal di kedainya" jawabku menjelaskan.

"Oalah seperti itu...tapi dia pacarmu kan?"

"Bukan Joe!" Aku melotot sebal. Mengambil jatah makanku yang ingin Joe makan. "Jatah makanku tidak jadi kuberikan padamu. Makananmu sudah habis kan!? Cepat kembali ke kamar sana sebelum ku jewer telingamu itu"

"Dih, ngambek. Heuuu..."

Joe kembali ke kamar, suara kota ini makin hening. Aku menyelesaikan makan malamku. Kembali ke laboratorium, membereskan beberapa alat yang tadi kupakai. Sikat gigi, Cuci muka dan...istirahat di sofa empuk laboratoriumku. . .

***

ShrinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang