"Ternyata, kita tetangga"
Aku yang hendak keluar dari pagar rumahnya, kembali berbalik dan menatap sinis mahluk luar angkasa itu.
Kembali ku lanjutkan langkahku namun dia kembali memanggil.
"Raliaaa"
"Ada apa, Pak?"
Lihat, dia tidak menjawab dan hanya senyum-senyum. Dikiranya aku tergoda dengan tatapan mata belekannya.Kembali kulanjutkan langkah kaki menuju rumah yang memang hanya berjarak sepuluh CM dari rumahnya. Ia rumahnya. Kukira itu kontrakan ternyata rumah itu adalah milik pribadinya.
"Raliaaa"
Nadanya semakin lembut. Ada apa sih dengan pria itu? Aku paling benci di panggil kayak gitu.Ampun deh!
Sebelum masuk ke rumah, aku kembali menoleh kesamping. Kuberi dia jurus pelototan superku. Tapi, tidak mempan dia malah tertawa terbahak-bahak.
"Bapak kenapa sih? Manggil-manggil mulu'! Ralia enggak suka, tau."
Kuucapkan itu dengan nada sekesal-kesalnya.Dia mengakhiri tawanya dan kini tersisa senyuman.
"Kamu enggak suka?"
Dia melangkah mendekat dan sekarang berpangku dagu pada pembatas rumah."Udah tau, malah nanya lagi."
Ucapku lalu segera masuk kedalam rumah dan menutup pintu. Membantingnya mungkin agak lebay. Kalau pintu rusak, bakalan dapat jurus Kak Ros dari Mama.
Kan enggak lucu.*****
Cek cek ada yang nungguin ini enggak yah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Dosen
Teen FictionRalia bergidik ngeri saat pria yang menjadi dosen pengganti itu mengedipkan sebelah mata padanya. Memang tampan. tapi Ralia tidak suka.