2 || Shena Acilia

2.4K 269 121
                                    

Pukul sepuluh pagi, seorang wanita paruh baya tidak berhenti menggeleng sekaligus berdecak kesal dengan kelakuan anaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul sepuluh pagi, seorang wanita paruh baya tidak berhenti menggeleng sekaligus berdecak kesal dengan kelakuan anaknya. Anak gadis yang demi apa pun kelakuannya jauh dari kata anak gadis.

Di saat teman-temannya mulai sibuk dengan kuliahnya, dia malah masih dengan entengnya menyembunyikan diri dalam selimut. Di pagi yang sudah hampir siang ini.

"Mama nggak ngerti lagi, ngidam apa Mama dulu sampai punya anak modelan begini," ucapnya. Ia beralih menyibak selimut yang menutupi tubuh gadisnya itu, kemudian dengan tidak manusiawinya menarik lengannya. "Acil! Bangun! Anak gadis macam apa kamu jam segini masih di kasur? Mama bilangin ke papa baru tau rasa kamu, biar sekalian dilempar ke negara orang."

Shena Acilia. Senang dipanggil Acil yang kadang-kadang sering meleset ke bocil. Gadis yang baru saja lulus dari masa SMA-nya. Beranjak mendudukkan tubuh, dengan tangan yang bergerak guna meregangkan otot. "Masih pagi, ayam tetangga udah berisik banget."

"Kamu samain Mama sama ayam?" Wanita bernama Delia itu dibuat geleng-geleng dengan ucapan Acil--anaknya. "Kualat kamu ngatain Mama sendiri."

Acil membuka mata, menatap mamanya dengan mata yang memicing. "Wujudnya beda, suaranya hampir nggak ada perbedaan sedikitpun."

Delia mendengus kesal, ia bergerak merapikan tempat tidur Acil meski gadis itu masih duduk di kasurnya. "Kapan kamu warasnya, Cil?"

"Acil nggak stres, Ma."

"Kalo gitu, kapan kamu hidup normal?"

Acil menutup mulutnya yang tengah menguap. "Sebenernya hidup Acil udah normal kalo Mama nggak bilang kalo hidup Acil nggak normal."

"Makin ngawur kamu. Bukannya mikirin kuliah malah hidup nggak jelas gini," cibir Delia.

"Acil nggak mau kuliah, capek."

"Terus mau jadi apa kamu?"

"Jadi istri om-om yang banyak duitnya."

Delia dibuat melongo dengan ucapan anaknya. Demi apa pun, ia sangat menginginkan anak perempuan yang lembut, anggun dan berperilaku seperti perempuan pada umumnya. Tetapi yang ia dapat adalah wujud dari seorang Shena Acilia, gadis yang tidak memikirkan masa depan sedikitpun. Bertindak semaunya, dan sangat malas-malasan.

Terkadang Delia berpikir, dosa apa yang ia buat di masa lalu sehingga harus mendapatkan putri macam Acilia?

"Mama semakin yakin kalau kamu ada kelainan."

Acil masih bersikap santai dengan muka bantalnya. "Emang Mama pernah liat Acil kejang-kejang?"

"Kelainan nggak selalu ditandai dengan adanya kejang-kejang."

Acil menarik sudut bibirnya, menatap mamanya dengan sorot mata yang mencurigakan.

"Ngapain kamu liatin Mana kayak gitu?"

Acil menggeleng cepat. "Nggak ada. Acil cuman mikir, jangan-jangan Mama yang ada kelainan."

Delia menahan napas sejenak, sebelum akhirnya benar-benar emosi dengan gadis di hadapannya itu. "Astagfirullah ... Acilia! Cukup!"

Acil mengangguk pelan, sok polos dengan kelakuannya sendiri. Tiga detik berikutnya, gadis itu beranjak dari duduknya dan mulai melangkah menuju kamar mandi.

Bukannya apa, jikalau melihat mamanya sudah beristighfar seperti itu, hal yang harus ia lakukan adalah kabur. Sebelum wanita itu menelpon seseorang dan berakhir dia yang kena amukan.

"Pokoknya besok kita cari universitas buat kamu!"

Belum meraih gagang pintu, Acil berbalik dengan tampang malasnya. "Nggak, Ma. Acil nggak mau kuliah. Titik, nggak ada penolakan!"

"Terus kamu mau jadi apa, Acilia?" Suara Delia mulai mereda, seakan putus asa dengan anaknya sendiri.

"Udah dibilangin, Acil mau jadi istri om-om berduit."

"Om-om seperti apa yang kamu incar?"

Acil berdeham, memikirkan bagaimana sosok yang sedang ia idamkan saat ini.

Setelah menemukannya, ia mengangkat senyum lebar, dengan tangan yang dilipat di depan dada. "Nggak perlu neko-neko, yang penting tampan, mapan, dan beriman. Oh, ya, satu lagi, seksi juga masuk dalam kriteria."

Delia geleng-geleng di tempatnya. "Butiran debu kayak kamu hanya memiliki 1 dari 100% kemungkinan untuk mendapatkan serbuk berlian seperti yang kamu omongin barusan. Bangun! Kebanyakan tidur bikin otak kamu tidak berfungsi sesuai porsinya."

Acil mengangkat bahu, tidak begitu menanggapi ucapan mamanya barusan. "Tapi doa seorang ibu bisa mengalahkan teori Mama barusan. Jangan lupa didoain, ya, Bu, biar Acil yang aamiinkan."

Setelahnya Acil segera masuk ke kamar mandi, meninggalkan Delia yang sudah frustrasi di tempatnya.

Belum sampai dua menit, pintu kamar mandi kembali terbuka, menampilkan anak gadisnya yang masih sama seperti semula.

"Ngapain keluar lagi? Ada yang lupa atau udah sadar?"

Acil berjalan mendekati mamanya, atau lebih tepatnya menuju kasurnya. "Iya, lupa, kalau prinsip seorang Shena Acilia itu; hanya mandi ketika ada rencana pergi, kalo nggak ada rencana, ya, nggak usah mandi. Mending tidur lagi."




























To be continue...


Yeayy, dua tokoh utama udah selesai. Next langsung ke ceritanya, maksudnya part yang lebih panjang.

Kalo maminya Rara kelewat gaul, mamanya Acil malah terlalu sensian🤣

Cocok lah ya jadi besanan:v

Jadi gimana?

Next atau berhenti baca dan cari cerita yang lain?

Tim mami mana?

Tim mama mana?

Kebayang gak sih, Shena sama maminya bonek itu kalo ketemu gimana?🤣

Jangan lupa komen sebanyak-banyaknya. Biar cepet up.



 Biar cepet up

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



See u!
Bu bos

Perjodohan GilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang