Bagaimana jika....

1.5K 206 27
                                    

Edit ini sambil dengerin Someone you Loved - lewis Capaldi

*****

Forth POV

Aku menamainya Beam karena dia terlihat bersinar ketika aku menemukannya pertama kali. Dia terlihat mungil dan ringkih tapi tatapan matanya memperlihatkan betapa kuat dirinya. Dan bagiku dia juga seperti cahaya yang menerangi hidupku yang gelap tanpa arah. Dan lama kelamaan, cahaya itu semakin kuat. Hingga aku berpikir, jika aku kehilangan dia mungkin aku tidak akan bisa melihat segalanya lagi.

"Kamu mau makan apa?" Tanyaku pada Beam sambil memandang menu di restoran cepat saji. Beam menunjuk pesanan yang dia mau. Aku menyebutkan pesanan Beam begitu juga denganku ke kasir. Aku menyuruh Beam untuk mencari tempat duduk selagi aku menunggu pesanan kami. Beam memilih tempat duduk di dekat jendela.

Aku meliriknya. Tidak akan ada yang menyangka jika aku mengatakan bahwa dia anakku. Dia dan aku jelas terlihat berbeda. Kulit Beam begitu putih bahkan jika dia berjemur di terik matahari tidak akan bisa membuatnya gosong sedangkan aku tidak perlu berjemur untuk membuat kulitku kecoklatan. Orang akan berkata bahwa Beam pasti terlihat seperti ibunya. Ibunya pasti sangat cantik jika dia bisa melahirkan anak setampan Beam.

Aku berdecak ketika seorang wanita mendekati Beam. Dia benar-benar populer. Tapi seperti biasa, Beam menatap wanita itu dingin. Dia menggeleng dan menunjukku. Wanita tersebut menatapku terkejut dan pergi meninggalkan Beam. Dia kembali ke mejanya dan sekarang ada empat wanita menatapku tajam.

"Pak. Pesanan anda sudah selesai"

Aku tersadar dan mengambil pesanan kami. Aku berjalan ke arah Beam dan meletakkan pesanan di meja.

"Apa yang kamu katakan pada wanita itu?" Tanyaku "kenapa kamu menolaknya? Dia terlihat cantik" Ujarku.

Beam mendengus dan memakan burgernya "Aku mengatakan kalau aku gay dan kamu sugar daddyku"

Preffffff....

Aku menyemburkan minumanku ke meja. Beam tertawa melihat reaksiku

"Lucu? Apa itu lucu?" Tanyaku kesal sambil mengelap meja dan bajuku yang basah.

"Ehm.. Lucu" Jawab Beam sambil memandangku "jika aku katakan aku tidak menyukai mereka maka mereka akan bilang itu karena aku belum mencoba untuk mengenal mereka. Mereka akan terus memaksa. Jika aku bilang aku menyukai seorang wanita mereka akan bertanya wanita seperti apa yang aku sukai. Dan jika aku menyebut nama seseorang mereka akan mengikuti wanita tersebut kemanapun. Intinya mereka begitu menyebalkan"

Aku menggeleng mendengar penjelasannya.

"Jadi aku menggunakan strategi ini. Mengatakan aku gay dan kamu sugar daddyku. Lagi pula aku tidak bohong. Kamu memang daddyku" Jawabnya sambil menekankan suaranya di kata "daddy"

Arghhhh....

Dia membuatku berpikir yang tidak-tidak. Aku menggelengkan kepalaku dan memukul kepalanya keras "sugar daddy dengkulmu"

"Bagaimana jika gosip ini menyebar!" Protesku. Beam tersenyum "kenapa? Bukankah Pho bilang tidak ingin menikah" Tanyanya

"Bukan Pho, tapi bagaimana denganmu? Kalau kamu bertemu orang yang kamu sukai dan dia salah paham bagaimana?" Protesku.

Beam menatapku dan tersenyum tipis "jadi Pho mengkhawatirkan Beam?" Tanyanya dengan suara lembut dan wajah memerah.

Ya! Apa yang terjadi dengannya? Bulu kudukku sampai berdiri. Biasanya dia akan selalu melawan ucapanku dengan nada dingin dan kasarnya.

"Te-tentu saja. Kalau kamu menjomblo seumur hidup, siapa yang akan menjagamu jika aku tidak ada nanti" Ujarku. Beam terdiam. Dia memandangku lekat .

A Home For Me & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang