Forth POV
Sudah sebulan sejak Beam pindah ke Bangkok. Aku mencoba hidup seperti orang normal lainnya, makan, bekerja, membersihkan rumah, dan bersosialisasi. Tapi tidak peduli berapa kali aku berusaha, rasanya seperti ada bagian hidupku yang hilang. Aku merasa kosong setiap aku pulang dan tidak ada seorang pun yang menyambutku di rumah. Jika aku sangat merindukan Beam, aku akan tidur di kamarnya. Berada di tempat dimana aku bisa mencium aroma Beam membuatku tenang. Seperti dia ada bersamaku. Kini aku bahkan merindukan omelannya.
Anak brengsek itu
"Apa yang kamu lakukan? Belum pulang?" Tanya Lam saat dia masuk ke ruang kantor.
"Ehm... Aku ingin menyelesaikan laporan ini sebentar" Ujarku.
"Ckckck...."
Tiba-tiba Lam memencet tombol power. Aku tercengang saat komputerku mati total.
"Apa yang kamu lakukan brengsek!" Teriakku sambil mencoba menarik Lam.
"Oh ayolah. Kenapa kamu lembur demi membuat laporan pencurian kecil? Aku akan membantumu membuatnya nanti" Janjinya sambil mencoba menghindariku.
"Ayo minum" Ajaknya.
Aku berhenti mengejar Lam dan menatapnya kesal. Dia tersenyum lebar kepadaku. Aku tahu aku tidak bisa marah padanya.
"Ok"
Lam tersenyum lebar mendengar jawabanku. Aku mengambil jaketku dan berjalan bersamanya ke bar dekat kantor polisi. Tidak banyak orang disana karena besok masih hari kerja.
"Kamu kehilangan anak tapi kenapa terlihat seperti kehilangan istri" Goda Lam sambil menuangkan bir ke gelasku
"Karena rasanya seperti itu. Dia adalah satu-satunya keluargaku. Kehilangannya seperti kehilangan separuh hidupku. Rumah terasa tidak sama lagi" Jawabku sambil meminum birku
"jadi itu alasan kenapa kamu mencoba menenggelamkan dirimu dengan kerjaan? Karena kamu kesepian?" Godanya
Aku mengangguk mendengar pertanyaannya. Lam mendesah dan meminum birnya.
"Aku bahkan mendengar kamu hendak mengajukan pindah ke Bangkok" Ujarnya tak percaya. Aku hanya tersenyum tipis.
"Kamu tahu kamu terlihat seperti apa?" Tanyanya yang tentu saja tanpa aku jawab dia akan menjawabnya
"Seperti mantan pacar yang tidak bisa melepaskan mantan kekasihnya" Ujar Lam tanpa menunggu jawabanku. Aku hanya bisa tertawa.
"Lepaskan dia dan hiduplah seperti yang kamu mau. Mungkin ini baik untuknya dan kamu"
Aku menatap Lam lekat. Seperti yang aku mau? Aku menatap ke arah pintu masuk. Jika aku bisa melakukan yang aku mau maka Beam saat ini sudah berada bersamaku bukan di Bangkok. Dia adalah satu-satunya keluarga yang aku ingin miliki. 13 tahun bersamanya adalah saat terbaik dalam hidupku. Tapi tentu saja Lam benar. Perpisahaanku dan Beam adalah yang terbaik. Beam berhak mendapatkan yang terbaik.
"Pacaran lah, lalu menikah, dan miliki anakmu sendiri"
Aku menggeleng mendengar nasehat Lam.
****
Aku pulang pukul 11 setelah mengantarkan Lam yang mabuk berat ke rumahnya. Aku membersihkan diriku dan mengganti baju, lalu mengambil bir di dalam kulkas, dan kembali ke kamarku. Aku mengambil kado pemberian Beam dan duduk di balkon. Sudah sebulan jadi aku sudah bisa membacanya seperti yang dia mau.
"Apa ini?" Aku tertawa ketika melihat sebuah mesin cukur.
"Agar kamu terlihat semakin tampan" Tulis Beam di atas sebuah stick note yang dia tempelkan di mesin cukur. Aku memoto pemberiannya dan mengirimkan foto tersebut pada Beam. Aku dan Beam masih berkomunikasi lewat dunia maya. Aku mencoba untuk tidak terlalu menganggunya, seperti dengan tidak menelponnya terlalu sering. Aku tahu dia sibuk mempersiapkan dirinya untuk masuk perguruan tinggi. Aku hanya ingin tahu keadaannya dan sesekali mendengar keluh kesahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Home For Me & You
FanficIni tentang tempat dimana kamu ingin menghabiskan waktu bersama dengan orang yang kamu sayangi. Tempat dimana kamu bisa menyebutnya sebagai rumah. karakter milik chiffon_cake BL story jadi dibawah umur 21 dilarang baca.