AN EMOTIONAL MORNING

1 0 0
                                    




Sara terbangun karena sesuatu yang menindih kakinya yang mulai terasa kesemutan. Ia mengerjapkan mata dan shock mengetahui objek pertama yang ia lihat saat matanya terbuka adalah wajah asing seorang pria dengan alis tebal, hidung mancung yang simetris dan bibir berisi dengan bentuk yang unik - kalau tidak bisa dibilang menggoda yang sedang  terlelap hanya berjarak 10 senti dari wajahnya. Mata Sara membulat dan seketiga dadanya bergemuruh menyadari posisinya dengan si pria di depannya yang sangat intim ini.

                   Kaki pria itu membelit salah satu kaki Sara hingga berada di antara kedua kaki pria tersebut, tangan si pria dengan kurang ajarnya menempel pas di bulatan pantat  miliknya yang tertupi hotpans yang ia kenakan. Sara menggeram dengan ledakan amarah yang sudah memuncak di ubun-ubun , disingkirkannya tangan pria itu dengan kasar lalu ia menendang kedua kaki si pria untuk melepaskan lilitan pada kakinya. Pria itu hanya bergerak sebentar untuk menyesuaikan posisinya yang terganggu tendangan Sara dan kembali terlelap dengan damai membuat Sara semakin geram.

                   Ia turun dari ranjang dan meraih botol minuman yang berada di buffet samping ranjang yang memang disediakan oleh pihak Hotel. Segera setelah tutup botol minuman itu terbuka tanpa tendeng aling-aling Sara menumpahkan isinya ke wajah si pria bajingan yang terlelap ini.

"WHAT THE FUCK!" Pria itu kontan berjingkat dari posisi tidurnya begitu air mengguyur wajahnya. Pria itu menatap Sara dengan dahi mengernyit. "Hey kamu gila ya?" Serunya seraya turun dari ranjang.

"LO YANG GILA ! LO NGAPAIN GUE SEMALEM?" Sara berteriak sambil dengan jarinya menujuk si pria didepannya yang baru Sara sadari hanya menggunakan boxer dan kaos singlet. Mata melototnya seolah menujukan betapa marah dan emosi dirinya saat ini.

"Whaaat? Are you kidding me? Saya ga ngapa-ngapain kamu sama sekali" 

"OH YA? KENAPA GUE BISA DI RANJANG SAMA LO BRENGSEK! " Teriak Sara sambil melemparkan botol minuman yang masih ia genggam sedari tadi dan mengenai bahu kiri si pria dengan telak.

"Please calm down ! Sumpah saya ga ngapa-ngapain kamu kalo yang kamu maksud adalah menyentuh atau berbuat lebih dari itu" Kata si pria itu sambil menaikan kedua tangannya membentuk tanda kutip. "Look. You still on your clothes" lanjutnya mencoba menjustifikasi ucapannya sambil menunjuk Sara.

"LO BUDEG ATAU GIMANA SIH, KENAPA GUE BISA SATU RANJANG SAMA LO ? HAH !" Dada Sara sudah naik turun efek berteriak , tenggorokannya tercekat dan ia masih tetap menatap pria yang sok innocent di depannya ini dengan bola mata yang nyaris keluar dari tempatnya.

"Saya hanya pindahin kamu dari sofa ke Bed karena kasihan dengan posisi tidur kamu yang tidak nyaman. Saya tidak bermaksud apapun selain yang saya jelaskan kalau itu yang kamu pikirkan tentang tindakan saya"

"FUCK THIS OFF !" Sara tidak bisa memikirkan kata-kata apapun saat ini, kepalanya sudah berdenyut dan ia merasa tidak bisa mengontrol emosinya lebih jauh kalau masih berhadapan dengan pria ini, ingatan saat mendapati posisinya yang sangat intim dengan pria itu  saat bangun pagi tadi membuat dadanya kembali berdetak kencang dan membuatnya emosional.

Alhasil ia memutuskan untuk segera pergi dari hadapan si pria brengsek di depannya ini sebelum emosinya menguasai akal dan pikiran dan membuatnya bertindak gegabah. Sara menyambar tasnya di meja lalu dengan cepat mengambil ponsel pria tersebut, melemparkannya ke meja buffet dan segera berlali keluar kamar, Ia bahkan sudah tidak peduli niat awalnya menemui pria itu untuk mengambil ponselnya.Sudahlah, ia akan menganggap ponselnya hilang. Ya itu lebih baik baginya.

Sara tak bisa membendung cairan hangat yang mulai keluar dari pelupuk matanya. Ia mulai terisak didalam lift yang berisi seorang kakek tua dengan anak kecil sekitar 8 tahun yang mungkin adalah cucunya. Mereka pasti sedang menatapnya heran saat ini namun ia memilih tak peduli, bahkan kalaupun orang yang di dalam lift adalah Presiden Jokowi ia tetap tak bisa membendung air mata yang sejak didalam kamar hotel berusaha ia tahan dengan sekuat tenaga.

Kalau saja Sara bisa mengulang waktu, Ia akan dengan tegas menolak saran dari perempuan bernama Claris  dan lebih memilih kembali keesokan harinya. Ia mengutuki keputusannya menunggu di dalam kamar hotel pria brengsek yang membawa ponselnya hingga membuatnya jatuh ketiduran di Sofa itu. Lagian kenapa sih pria brengsek itu tidak membangunkannya dan malah memindahkannya seranjang dengannya? Brengsek.

Ini kali pertama bagi Sara tidur bersama dengan pria , walaupun mereka mungkin tidak melakukan apapun tapi Sara merasa ia telah dilecehkan, terlebih saat itu posisinya sedang tidak sadar karena tertidur, tidak ada yang bisa menjamin apa yang telah pria itu perbuat kepadanya saat tertidur kan? Ia juga tidak akan seemosional ini kalau saja posisi mereka saat bangun tidak seintim tadi.

Lupain. Lupain Sara. Lo harus lupain.

OH. I'M FUCKED UP !

CONSTELLATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang