NEGATIVE THINGKING

1 0 0
                                    




"Yee lo mah gitu ga beliin yang Kou Cuisine, gue kan pengen banget selai caramel susu nya" Seru Raisa yang tengah menggeledah kantong plastik berisi oleh-oleh di ruang tamu Apartemen Sara.

"Sama-sama Raisa" jawab Sara ketus dan beranjak kembali ke kamar untuk melanjutkan tidurnya yang terganggu kehadiran si kampret Raisa .

Sepagi ini Raisa sudah memencet bel apartemennya dengan bar-bar dan mengganggu ritual saat weekendnya yakni tidur sampai siang. Demi Tuhan ia baru mendarat di Soetta semalam pukul 23.00 dan baru sampai di Apartemennya lewat tengah malam, tak bisakah Raisa membiarkannya  paling tidak menikmati tidur  lebih dari 8 jam seperti anjuran para dokter ? Beberapa hari ini ia tidur kurang dari lima jam karena load pekerjaan yang seolah tak ada habisnya.

Dan tolong salahkan kejadian sialan di Bali yang membuat ia memilih bekerja seperti sapi gila untuk mengenyahkan pikirannya dari ingatan di kala pagi itu.

"Dih lagi PMS lo?"

Sara belum menceritakan kejadian saat ponselnya tertukar dan bagaimana ia berakhir di ranjang seorang pria asing pagi harinya kepada siapapun. Ia hanya memberitahu Raisa dan keluarganya bahwa ponselnya hilang saat di Bali.

"Tolong ya plis gue mohon banget nih lo jangan ganggu gue dulu, gue mau tidur. Gue ngantuk banget" Sara mengibaskan tangannya meminta Raisa keluar dari kamarnya yang dituruti oleh temannya itu.

"Kasian banget sih lo pasti dibuat romusha ya sama si Bos. Yaudah bobok cantik ya cintaku, eyke mau bajak netflix lo dulu"

Begitu Raisa melenggang dari kamarnya, Sara mencoba untuk melanjutkan tidurnya kembali namun tak berhasil, Alhasil ia menuju kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi lalu keluar kamar dan menemukan si kutu kupret Raisa yang tengah bersandar nyaman di kepala sofa dengan kaki ia tumpukan ke meja sedang menonton acara TV bertema jalan-jalan yang dipandu para host ganteng itu.

"Enak bener ye, berasa di rumah sendiri" Sindir Sara sambil berjalan menuju dapur untuk membuat teh chamomile hangat kesukaannya.

"Hahaha gajadi bobo cantik lo? Takut gue obrak-abrik apart lo ya" katanya terkekeh dengan mata masih tertuju pada host tv yang sudah topless dan sedang memamerkan ABS nya.

Pantes nih bocah anteng

"Terakhir gue tinggal lo tidur di Apartemen gue, sepatu sophia webster gue lenyap tuh" sindir Sara seraya menjatuhkan pantatnya ke sofa ikut bergabung menonton para Host yang topless itu sedang bermain di Pantai.

"Ungkit aja terus ampe alam kubur sist. Orang gue minjem, lo aja yang lupa pas gue ngomong"

"Hmmmm"

"Eh iya gue tuh kesini mau ngasih tau lo sesuatu sist, lupa kan gue jadinya"  kata Raisa berbalik duduk menghadap Sara.

"Jadi gue hari ini kan niat mau ke sini, gue nelpon lo akhirnya sumpah gue ga inget sama sekali kalo ponsel lo ilang sist secara gue kan baru bangun tidur tuh jadi nyawa gue belum komplit" Kekeh Raisa yang hanya Sara tanggapi dengan deheman agar ia melanjutkan ceritanya.

"Nah telpon gue diangkat dong, yang angkat cowo sist. Suara nya serak-serak basah sexy gitu lagi ulalala"

Jantung Sara mulai berdetak lebih kencang dari biasanya begitu mendengar arah cerita Raisa.

"Gue dengan bloonnya nanya dong dia siapa kok beraninya jawab ponsel lo, Gue udah mikir yang iya-iya aja antara lo sama doi kan, secara itu gue nelpon lo jam 6 pagi. Masih kepagian lah buat bangun kalo malemnya habis olahraga yekan" Kata Raisa sambil memainkan alisnya naik turun.

"Njiiir kok lo nimpuk gue sih" Raisa mengusap kepalanya yg ditimpuk menggunakan bantal sofa. Lebay banget deh orang ga sakit juga.

"Mulut sama otak lo tuh minta di sekolahin "

"Lo jangan emosian mulu sih ah, gue lanjutin ya. So pria bersuara sexy itu bilang katanya doi yang nemuin ponsel lo gitu, baru gue inget kan kalo ponsel lo ilang"

"Hmmm lanjut"

"Yaudah terus dia minta alamat lo buat balikin ponsel lo katanya "

"Dan lo kasih?"

"Iyalah kan doi berniat baik buat balikin ponsel lo" Jawab Raisa menampilkan muka polos "Emang ada yang salah?"nya.

Detik berikutnya Sara tak bisa menahan emosinya kepada makhluk cantik tapi agak bego didepannya ini. Ia tangkup wajah Raisa dan menarik kedua pipinya dengan kencang.

"Aaaaaak sakiiiit anjir, lepasin woy. Saraaa lo apaan sih" Raisa meronta sambil tangannya mencoba melepaskan tangan Sara yang masih menarik  pipi bulat Raisa dengan sekuat tenaga.

"Kalo niat dia bukan balikin ponsel gue tapi niat ngerampok gue , lo mau tangggung jawab heh?" Sara melepaskan tangannya dari pipi Raisa dan terduduk lemas di sofa.

"Mulai lagi kan over negative thingking lo keluar"

"Rasional aja deh, mana ada sih jaman sekarang nemu ponsel terus dibalikin?"

"Ya bisa jadi dia orang tajir jadi pas nemu ponsel lo berasa nemu HP Nokia 3310 makanya kasian sama yang punya dan berniat ngebalikin. Make sense kan?"

"Pokoknya gue gasuka ya lo ngasih tau alamat gue ke sembarang orang ! Gue bisa tuntut lo tau"

"Dih apaan deh. Lagian lo tuh harus ngurangin negative thingking lo dan mulai percaya sama orang"

"Gue engga..."

"Lo selalu nolak kalo gue kenalin cowo atau ada cowo deketin lo. Yang bilang dia udah keliatan brengsek lah, yang pake alasan kurang ini itu, belum lagi terakhir gue kenalin temen gue yang dosen lo bilang terlalu pinter ..."

"Itu gue postive kan? Terlalu pinter " Sela Sara yang dihadiahi timpukan bantal sofa oleh Raisa.

"Sadar ga sih lo, Pikiran-pikiran buruk yang belum pasti benernya itu bakal ngerugiin diri lo sendiri. Your life will be ruined by those thought"

Sara terpaku dengan omongan sahabatnya barusan, tak perlu menunggu esok untuk membuktikan bahwa omongan perempuan didepannya ini ada benarnya. See? Ia menghancurkan rencananya extend di Bali sehari untuk liburan cantik dan alih-alih memilih kembali ke jakarta begitu agenda dinasnya selesai karena pikirannya yang tidak bisa lepas dari kejadian bangun tidur itu. Benarkah karena negative thingkingnya? Bisakah  ia percaya pada kalimat pria itu bahwa ia hanya berniat baik membaringkannya ke tempat tidur? Tanpa ada maksud lain seperti yang Sara pikirkan di kepalanya saat itu.

"Dikit aja sist, Gaperlu banyak-banyak cukup lo mulai belajar membuka diri untuk percaya dengan orang tanpa ekspektasi atau pikiran buruk apapun tentang orang itu"

"Heem" Jawab Sara karena saat ini tenggorokannya tercekat, ia mengambil cangkir tehnya dan menyesapnya perlahan.

"Jangan haam heem aje lo, berasa guru BP nasehatin preman SMA kan gue"

"Emberan"

CONSTELLATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang