"Jadi kau bekerja di rumah Hyunjin, dan tidak di gaji? Lalu kau menjadi Tutor adik kelasmu itu, begitu?" Bangchan menoleh sekilas kearah Jeongin, lalu kembali fokus menyetir.
"Iya, kalau tidak dilakukan, dari mana aku bisa makan?" Jeongin memperhatikan jalanan yang ramai karena saat itu adalah jam orang-orang selesai dari kesibukannya.
Bangchan mengangguk kecil, lalu menaikkan sebelah alisnya.
"Kalau ada lowongan pekerjaan, bagaimana?"
"Aku akan minta izin kepada Tuan Hyunjin terlebih dahulu, karena aku takut urusan rumah akan terlantar." Jeongin mengerucutkan bibirnya.
"Nanti kalau ada lowongan pekerjaan, aku akan mengabarkanmu." Bangchan tersenyum kearah Jeongin.
"Terimakasih, Hyung~" Jeongin tersenyum lebar dengan kekehan kecil.
"Hyung, disana. Turunkan aku disitu saja." Jeongin menunjuk salah satu sisi disamping gerbang utama rumah Hyunjin.
"Disini? Kau yakin?" Bangchan memberhentikan mobilnya.
Jeongin membuka sabuk pengamannya, kemudian menoleh kearah Bangchan.
"Terimakasih ya Hyung, sudah mengantar aku pulang."
Bangchan mengulurkan tangannya, mencubit pipi Jeongin.
"Dari pada kau harus pulang dengan bus atau taxi, nanti keluar uang lagi."
Jeongin keluar dari mobil Bangchan, Ia sangka mobil itu akan langsung pergi, namun Bangchan membuka jendela mobil. Jeongin sedikit merunduk, dengan wajah kebingungan.
"Satu lagi, kalau kau butuh sesuatu, hubungi aku. Jangan sampai kau menyulitkan dirimu sendiri." Bangchan tersenyum tulus, Jeongin hanya mengangguk.
"Aku pergi dulu, sampai bertemu lagi~"
Bangchan akhirnya pergi, sedangkan Jeongin langsung berjalan memasuki halaman depan yang sangat luas. Menuju ke pintu utama, mungkin butuh waktu 3 menit dengan berjalan santai untuk sampai.
Di dalam pikiran Jeongin, menurutnya selama ini dirinya baru menemukan manusia sebaik Bangchan, yang bahkan baru saja saling mengenal.
Kalau Jeongin menjadi Bangchan, mungkin Ia harus mengenal orang lain lebih jauh dulu, baru bisa mempercayainya.
Tetapi Bangchan tidak, meskipun wajahnya sedikit menyeramkan— bagi Jeongin, tetapi hatinya sangat lembut.
Ketika sampai di dalam rumah, baru saja Ia berbalik badan setelah menutup pintu, sudah bertemu lagi matanya dengan sorotan mata tajam Hyunjin dari lantai atas.
***
Hyunjin melihat bayangan Jeongin sekilas, tapi Ia belum memastikan bahwa bayangan itu benar Jeongin atau bukan.
"Apa yang kau lihat?" Jari lentik dari wanita yang berada di pangkuannya itu membawa Hyunjin untuk menatapnya.
"Tidak ada." Hyunjin menggeleng kecil, "mungkin hanya salah lihat saja."
"Makanya jangan terlalu banyak bekerja, bagaimana kalau nanti kita pergi jalan-jalan?" Hyunjin hanya mengangguk.
"Memangnya kau ingin kemana lagi? Kita sudah sering berbelanja kan? Aku sudah banyak mengeluarkan uangku untukmu, Yeji." Hyunjin mengerutkan keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Has Changed [HYUNJEONG]
Fanfiction[Selesai]Semuanya berubah, tidak ada lagi yang namanya kehangatan, persahabatan, apalagi perasaan. Semuanya berganti menjadi PERBUDAKAN. Hapus senyuman palsu dan wajah lugumu itu! Aku muak melihatnya! -Hwang Hyunjin Aku tidak ingin menikah, aku tida...