"Nah, itu cara mudahnya. Kau mengerti kan?" Jeongin menatap wanita disampingnya.
Ia terlihat berfikir keras, sambil menggarukkan pensil yang Ia pegang ke kepalanya. Tidak lama wajahnya terlihat kembali bersinar karena merasa puas akan otaknya yang langsung mendapat sinyal.
"Aku mengerti! Wah, ternyata mudah juga ya..." Ia membolak balik kertas soal dan jawabannya.
"Dasar kau ini, padahal itu sangat mudah." Jeongin merapikan buku-buku yang ada di meja taman itu.
"Bukan seperti itu~ Guru di sekolah saja yang selalu memberikan cara sulit, padahal ada yang mudah, huft!"
Jeongin yang melihat itu hanya bisa menggeleng.
"Kalau kau bisa menggunakan rumus yang dipakai di sekolah atau yang aku ajarkan, itu akan semakin keren, kau juga bisa menyelesaikan dengan banyak cara kan?" Jeongin mendelik kearahnya.
"Tetap saja! Kalau keluar kelas rasanya kepalaku panas!" Ia menggebrak meja, membuat orang yang ada di sekelilingnya menoleh.
"Jangan keras-keras Ryujin! Malu tahu!" Jeongin menatapnya tajam, kemudian meminta maaf kepada orang di sekitarnya yang sudah terganggu.
"Ehehe, maaf~"
Jeongin menggelengkan kepalanya. Meskipun kelakuan Ryujin seperti itu, Jeongin sudah menganggapnya seperti saudaranya sendiri.
"Kak..." Panggil Ryujin sembari memasukkan buku-bukunya kedalam tas. Ia hanya mendapat tatapan 'apa?' dari Jeongin.
"Kakak tidak mau melanjutkan kuliah apa?" Ryujin bertopang dagu.
Jeongin mengerutkan keningnya, kemudian menggeleng cepat.
"Loh? Kenapa? Kakak itu pintar~ pasti nanti jadi mahasiswa yang di pandang!"
Jeongin hanya mengedipkan matanya perlahan, kemudian menghela nafas.
"Tidak perlu, aku lebih baik bekerja saja. Lagi pula aku takut tidak bisa membagi waktu ku." Jeongin menggaruk pelipisnya.
"Padahal Kakak kuliah saja, atau nanti saja! Tunggu aku lulus lalu kita kuliah bersama! Bagaimana?" Ryujin mendekatkan tubuhnya kearah Jeongin yang ada disampingnya itu.
"Aku tidak bisa janji." Jeongin mengerucutkan bibirnya, begitu pula Ryujin.
Jeongin menyimpan tas berisi beberapa kotak makanan itu diatas meja, Ryujin yang melihat itu mengintip apa yang dibawa oleh Jeongin. Tapi Jeongin langsung menutupnya.
"Eiy, tidak boleh~" Jeongin menatap Ryujin jahil, lalu Ia menunjuknya, "Pasti penasaran~".
"Kata siapa?" Ryujin mengalihkan pandangannya.
"Aku bercanda~ Ini aku buatkan untukmu. Supaya belajarmu lebih serius dan bersemangat." Jeongin memberikan kotak itu kepada Ryujin.
"Wah! Kau membuatnya sendiri?" Ia terperangah, melihat sayur dan teman-temannya itu tertata rapih.
"Tentu saja, kau belum tentu bisa membuatnya kan?" Jeongin meledek Ryujin, membuatnya mendapat pukulan di lengan yang cukup keras.
"Aku kan tinggal beli~ hehehe, terimakasih~ baik sekali Kakak ku yang satu ini~" Ryujin mencubit pipinya.
"Usia kita tidak jauh berbeda, ingat itu!" Jeongin menatap Ryujin datar.
"Hanya beda sedikit, oh iya, yang lain lagi untuk siapa?" Ryujin menegakkan tubuhnya berusaha melihat isi tas Jeongin.
"Ada saja, yang pasti bukan untukmu~" Ryujin melotot, tidak mempercayai apa yang baru dikatakan Jeongin.
Jeongin pergi meninggalkan Ryujin yang menghentak-hentakkan kakinya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Has Changed [HYUNJEONG]
Fanfiction[Selesai]Semuanya berubah, tidak ada lagi yang namanya kehangatan, persahabatan, apalagi perasaan. Semuanya berganti menjadi PERBUDAKAN. Hapus senyuman palsu dan wajah lugumu itu! Aku muak melihatnya! -Hwang Hyunjin Aku tidak ingin menikah, aku tida...