Pada tiap kelopak mawar yang berguguran tergerus sang waktu. Tengoklah gumpalan di balik rongga dada ini.
Hati, yang baru saja--selalu menyebut namamu.
Ia terluka, tanpa sosokmu yang menjelma. Rindu yang dahulu seakan candu, lalu melebur tatkala bait-bait sapa membentuk senyum, kini bak ribuan belati menusuk tiada henti.
Sakit. Perih.
Malam ini kudendangkan pada aksara. Bahwa hadirmu, kian melebur semu. Namun sejumput asa, tak pernah kuasa beranjak dari tepiannya. Membentuk sayatan-sayatan yang mengukir pedih, tanpa tetes darah. Saat logika tersadar, kini kau hanya sekadar bayang.
Rindu yang membunuh. Cukupkah menjelaskannya padamu?
2019.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROSA
PoetryBerisi tentang rasa yang diuntai dalam bait-bait aksara. Ada prosa sedih, dan prosa yang membuat tersipu. Beberapa prosa sudah dibukukan.