Suasana Mall yang semakin ramai membuat kepala Veyla semakin pening dan memilih untuk menunggu kelima temannya tersebut di dalam mobil milik Yadi.
Saat ini is menyandarkan tubuhnya di bangku belakang mobil untuk merehatkan pikirannya sejenak yang entah mengapa sedari tadi campur aduk. Veyla kehilangan mood-nya sedari kemarin, tepatnya semenjak Jevan pergi begitu saja tanpa pamit padanya. Bahkan sepucuk surat pun tak memberikan kesan tenang untuk dirinya.
Veyla membuka matanya perlahan. Ternyata mencoba tidur disaat pening seperti sekarang adalah pilihan yang tidak tepat. Perempuan berambut coklat itu kini memalingkan wajahnya ke kiri tepatnya ke arah jendela mobil yang tak menyuguhkan pemandangan apapun kecuali deretan mobil yang berjejer rapi.
Ia merenung sejenak ditengah tatapan kosongnya.
"Stay with me.."
Seketika suara Jevan terngiang-ngiang di telinganya. Kalimat itu selalu diucapkan Jevan saat keduanya masih berada di masa SMA yang penuh problematika cinta remaja. Veyla Ingat betul ketika Jevan berucap kalimat tersebut dan berjanji tak ingin melepaskannya lagi.
Namun, kelakuannya kali ini membuat Veyla berfikir kembali apakah Jevan itu benar-benar mencintainya? Apakah hatinya memang benar untuknya? Selama pernikahan mereka yang beberapa bulan lagi setahun ini memang ada perubahan dari sikap Jevan, caranya memperlakukan Veyla dan lain-lain. Tapi Veyla merasa hubungan mereka masih seperti yang dijalani saat SMA. Veyla masih merasa ada sebuah perantara diantara mereka berdua. Entah apa itu yang jelas membuat fikiran Veyla kembali berkecamuk terlebih lagi sampai sekarang Jevan tak memberi kabar padanya.
"Salah aku apa, Van? Kenapa aku selalu merasa sakit saat kita mulai membaik?" Lirih Veyla dengan mulut yang sedikit bergetar dan pelupuk mata yang mulai dipenuhi dengan genangan air mata.
Terkadang Veyla berfikir, mau sampai kapan dirinya seperti ini? Sampai kapan ia harus merasa bahwa dirinya lah yang paling tersakiti di dalam kisah cinta ini? Trauma dengan masa lalu itu pasti. Bahkan ia masih ingat betul bagaimana rasa sakitnya ketika orang yang kita sayang lebih memilih orang lain hingga kita harus mengorbankan sesuatu agar seseorang tersebut bahagia.
Ia fikir dengan kehidupan yang baru ia mulai dengan Jevan saat ini bisa mengubah masa lalunya menjadi lebih baik, tetapi sepertinya tidak. Veyla menghembuskan nafas beratnya sambil mengusap air mata yang sudah membasahi pipinya. Saat ini yang ia tahu hanyalah cara mencintai Jevan, bukan membencinya. Namun, tak tau untuk besok ataupun lusa?
Veyla kini mulai memejamkan matanya kembali. Menangis dalam diam membuat emosinya sedikit mereda hingga ia memilih untuk merehatkan pikirannya sejenak dengan tidur sambil menunggu teman-temannya kembali. Veyla tertidur dengan damai hingga tak sadar jika seseorang yang ia tunggu-tunggu kabarnya telah memberikan sedikit kabar untuknya.
***
Sekitar pukul 11:30 Veyla beserta teman-temannya baru pulang dari kegiatan berbelanja di salah satu Mall yang jaraknya cukup jauh dari rumah Veyla.
Veyla yang kala itu memilih untuk pulang bersama Yadi dan Fika, kini menuruni mobil milik Yadi dengan raut wajah lelah. Padahal selama satu jam kelimanya berbelanja disana, Veyla hanya tiduran di dalam mobil Yadi.
Ia turun dari mobil dengan tangan hampa karena memang ia sama sekali tak berminat dengan apapun yang ada di salah satu pusat perbelanjaan tadi sekalipun itu adalah novel yang bergenre action-romance.
"Vey, yakin gak papa?" Tanya Fika memastikan sekali lagi setelah beberapa kali dirinya bertanya hal itu pada Veyla namun jawabannya hanya gelengan kepala lemah seraya tersenyum yang sangat kentara dengan senyum biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay
Romance-SEKUEL DARI "Cool Boy VS Ratu Judes"- "Kata stay mungkin sudah terlalu lumrah di telinga kita hingga mungkin kamu merasa bosan dan memilih untuk mengingkari janji kamu kembali." Veyla menatap bola mata hitam milik Jevan lekat-lekat lalu tersenyum t...