1

143 23 3
                                    

"Iya slow, nanti gua tikung"

Sampai akhirnya hal yang ditunggu - tunggu tiba, bel tanda pulang sekolah pun berbunyi. Semua murid berhamburan keluar kelas dengan tergesa - gesa.

Tangga lantai dua disekolah ini memang sering sekali penuh saat bel pulang sekolah berbunyi. Tak heran para murid sampai guru – gurunya bergegas pergi setelah bel berbunyi untuk turun terlebih dahulu.

“Ya.. Yaya.. ayodong cepetan..! nanti kita ketinggalan filmnya..” Sera berlari kencang di kolidor yang mulai ramai dengan sesekali menengok kebelakang sambil berteriak memanggil sahabatnya itu.

Mereka memiliki janji dengan Karin, sahabat mereka untuk menonton film romance keluaran terbaru. Karin sudah membeli tiket untuk 3 orang sejak dua hari yang lalu. Tentu saja Yaya dan Sera tidak ingin melewatkan kesempatan ini.

“Aduh Ser.. Seraa.. tungguin dong..!” Suara Yaya tetap saja terdengar pelan walau sudah berteriak.

Sera sama sekali tidak menghiraukanteriakan Yaya. Atau mungkin teriakannya itu tidak terdengar sampai kepada Sera. Sifat Sera memang selalu begitu, acuh tak acuh. Ia terus saja berlari untuk sampai ke gerbang lebih awal. Yaya pun terus berlari mengejar Sera yang masih jauh dari hadapannya.

“Yasha Alodya, hati – hati ya!” Berkali – kali teman – taman dan para guru mengingatkan Yaya untuk berhati – hati supaya tidak membahayakan diri sendiri dan juga orang lain.

Brukkkkk

Baru saja Bu Tati mengingatkannya, hal yang tak diingankan terjadi

“Aw.. sakittt..” Spontan Yaya pun meringkih kesakitan.

“Hanya sedikit kejadian kecil. Ahsudahlah..”

Yaya kembali mengejar Sera yang sudah menunggunya digerbang. Lariannya tak sekencang sebelumnya, mengingat kejadian tadi.

“Ra, lu lari cepet banget si.. Tadi gua sampe nabrak kakak kelas tau.. untung gak kenapa – kenapa.” Sesampainya di gerbang sekolah Yaya langsung memberitahu kejadian tadi kepada sahabatnya itu.

“Lihat noh! Kalo kita gak buru- buru pasti kita masih disana.” Jawab Sera sambil menunjuk kearah tangga. Benar saja tangga lantai dua sudah penuh dengan para murid dan guru – guru yang menuruni Gedung. Kalau saja mereka terlambat sedikit, pasti mereka masih terjebak disana.

Tiba - tiba Sera teringat perkataan Yaya tadi. “Apa kata lu tadi?? nabrak kakak kelas?.”

“Iya”  Sera menjawabnya dengan wajah tanpa dosa.

“Terus gimana?”

“Ya, biasa aja.”

“Hah? Terus lu gaminta maaf? Ayo cepetan minta maaf! Tadi lu nabrak siapa? Terus dia pergi kemana?” Sera menyerang Yaya dengan bertubi - tubi pertanyaan

“Itu tuh, kakak yang itu. Kayanya namanya ka Farel deh.” Yaya menunjuk kearah Kakak kelas yang sedang berjalan menuju lapangan futsal.

Perilaku Yaya yang terlalu polos lama kelamaan membuat Sera geram. Sera pun segera menarik tangan Yaya untuk mengejar Kak Farel. Mereka memang tak begitu mengenal kak Farel, mereka hanya sekedar mengetahui nama dan sedikit tentangnya.

Walaupun sera seringkali acuh tak acuh, namun dia adalah anak yang sangat baik. Baginya, ucapan maaf dan terimakasih sangatlah penting. Sopan santun harus diutamakan, apalagi kepada yang lebih tua. Sampai sampai ia memaksa sahabatnya untuk meminta maaf kepada salah satu kakak kelas, yang mungkin bagi yaya itu adalah hal sepele.

Mau tak mau Yaya pun mengikuti perkataan Sera. Ia memutuskan untuk meminta maaf kepada kakak kelas yang tidak sengaja ditabraknya. Memang sudah seharusnya ia meminta maaf kepada kakak kelas itu.

Teka Teki SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang