6

65 18 2
                                    

"Gausah rin, ra. Gua mau liat mading dulu aja" kata Yaya.

"Yaudah yu." Ucap Karin, dan sera serempak.

Senior pembimbing :
1. Aldeara fatya
2. M. Fahri arza
3. Sefia alda.
4. Ainilhaq
5. Bitasya hesa
6. Kena wardhana.

"Jadi lo mau milih apa, olimpiade atau yang lain?" Suara itu mengagetkan Yaya yang sedang serius membaca lembaran kertas yang tertera dimading.

"Kakak? Dia tau darimana kalo.." Yaya membalikkan badannya, lalu melamun sambil bertanya dalam hatinya.

"eh, gatau ka. Masih bingung. Gimana nanti aja." Jawab Yaya, gugup.

"Heh ya? Moal lebaran kak urang?" kak Farel kembali bertanya padanya. Kali ini dengan bahasa sunda.

"Hah?" Yaya kebingungan. Tapi bukan karna ia tak mengerti bahasa sunda.

"Teu aya basa basi pisan"

"Oh, nya atuh a hampura. Minal aidzin" Ucap Yaya pada kak Farel.

Sesudah Hari raya sampai saat ini mereka memang belum halal bihalal

"Sip"

"Aku duluan ka." Kata Yaya, ia mengakhiri pembicaraan

"Sok.."

"Yayaaa.." Baru saja yaya berjalan beberapa langkah, lagi lagi terdengar suara panggilan kepadanya.

Ia menengok dengan malas. "Ada apa ka?". Kali ini bukan kak Farel.

"Cie, ikut olimpiade. Selamat ya." Ucap kak Fahri, senoir pembimbing.

"Loh, tadi kan kakak udah ngucapin" Jawab Yaya, malu. Ia berusaha menstabilkan ucapannya.

Siapa yang tidak salah tingkah, mendapat pujian dari seorang kak  fahri.

"YaLord. Untung gua udah hafal sama kelakuannya" Setelah kak Fahri pergi, Yaya menggerutu kepada Karin dan Sera dengan gayanya.

Ditemani mereka berdua, Yaya berjalan menuju kelas.

"Yang ditanyain Kak Farel maksudnya apa ya?" Tanya Karin, disela sela perjalanan.

"Bukan apa - apa" jawab Yaya sambil tersenyum sendiri.

"Hih? Kesambet apaan lu ya? Dipelet kak Fahri? Atau kak Farel?" Ledek Sera, dengan bingung.

"ih apaansih. Ya ngga lah" Yaya berusaha mengelak sambil masih tersenyum.

Lalu mata'a tertuju pada satu titik. Yang menghancurkan senangnya.

"Yelah, ganggu aja" Keluh yaya sambil memalingkan pandangannya.

Ia benar - benar lupa dengan masalah yang menyakiti hatinya. Lalu tiba tiba ia harus melihat orang itu, Gibran.
Kebetulan Gibran sedang menuju ruang kepala sekolah

"Ayo ah, cepetan masuk kelas" Ajak Yaya kepada kedua sahabatnya itu. Saat ini ia tak ingin memikirkan tentangnya."

***

Teka Teki SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang