Ini cerita keduaku setelah cerita Hijrahku KarenaNya.Selamat membaca~
🌿🌿🌿
Sekitar 15 menit lagi pembukaan dalam acara buka bersama di Rumah Belajar Bersama akan di mulai. Beberapa orang berlalu lalang, memastikan semua persiapan kegiatan. Acara ini diperuntukan untuk anak Rubeb dan Yatim piatu yang sudah di data oleh Ketua Rt disini. Dan juga dihadiri oleh para donatur Rumah Belajar Bersama.
Rumah Belajar Bersama atau disingkat menjadi Rubeb, adalah sebuah rumah yang di bangun bertujuan untuk membantu anak-anak yang tidak bersekolah agar dapat belajar. Rubeb sendiri didirikan oleh Anggita dan ketiga temannya yang kini relawan dalam membantu Rubeb semakin bertambah." Oiya Daus, tadi perlengkapan udah dicek semua kan?" Tanya wanita yang memakai gamis maroon dengan jilbab senada kepada lelaki yang sedang sibuk berkutat dengan soundsystem di depannya.
Anggita Hapsari Nurlaila. Wanita berusia 24 tahun yang kini membuka usaha penjualan baju muslimah di rumahnya, ia merupakan salah satu pendiri Rumah Belajar Bersama atau disingkat rubeb di Jakarta bersama teman lainnya.
Dan saat ini ia dan teman-temannya sedang dalam acara buka bersama dengan anak Rubeb dan para donatur Rubeb.
" Udah git, amanlah pokoknya." Ucap lelaki itu sembari diangkat jempol kanannya, menandakan bahwa semua beres. Firdaus Aizini, atau biasa di panggil Daus adalah Penanggung Jawab Perlengkapan dalam acara Sambutan Donatur.
"Oke." Balas Anggita, menanggapi rekan se-pjnya. Anggita melanjutkan kegiatannya, memastikan semua sudah siap, tangannya sibuk memperhatikan ponsel, bukan karena asik bermain tetapi ia sibuk mencentang setiap divisi yang sudah selesai dalam tugasnya sebelum acara dimulai.
Langkah kaki Anggita bergerak menghampiri salah satu temannya yang berada di samping panggung, "Widy, gimana perasaannya?" Widya Astuti, teman dekat Anggita yang juga merupakan salah satu pendiri rubeb saat ini ia tengah melatih dan mempersiapkan diri agar tidak gugup di depan nanti.
Yap, ia menjadi MC pada acara ini, dan hal itu kali pertama ia menjadi MC karena sebelumnya Anggitalah yang sering ditugaskan untuk kegiatan-kegiatan seperti ini.
"Sumpah gue deg - degan banget." Jawab Widy sembari mengatur nafasnya agar lebih stabil.
"Lagian kenapa nggak lu aja si yang jadi beginian, kan lu yang sering kayak gini." Anggita tersenyum mendengar sahabatnya berceloteh
kesal."Hehe, gapapa, biar kamu berpengalaman juga buat jadi MC. Semangat." Ucap Anggita dengan tangan mengepal ke atas memberi ketenangan kepada Widy.
Anggita melanjutkan tugasnya, terakhir ia harus memastikan bahwa tamu undangan telah datang dan semua hidangan telah tersuguhkan dengan sempurna untuk buka bersama nanti.
"Semuanya udah siap kok git, para undangan dan makanan buka puasa sudah tercentang." Ucap Abyan yang tiba-tiba saja sudah berada di samping kanannya.
Abyan Fauzan, sahabat lelaki Anggita, pendiri Rubeb sekaligus ketua dari Rubeb, yang saat ini sedang berjuang dalam merintis perusahaannya.
"Eh Byan, kamu dateng juga?" Ucap Anggita kaget, pasalnya yang Anggita ketahui, Abyan akhir-akhir ini sedang sibuk dengan pekerjaannya, bahkan untuk melihat acara ini Abyan hanya memastikan lewat grup saja atau sesekali memberi masukan seadaanya itu pun hanya lewat chattingan atau voice note dan acara ini pun di percayakan kepada Anggita. Makanya sedari tadi Anggita terus memastikan untuk kesiapan semuanya.
"Ya datenglah git.. masa aku nggak dateng, entar acaranya jadi ada yang kurang kalau nggak ada aku." Ucap Abyan dengan ke-pedeannya.
"Hehe, iya juga ya.. Oiya, anak-anak Rubeb udah nungguin kamu tuh." Tunjuk Anggita ke arah anak anak yang saat ini sedang menyiapkan diri merapikan barisan untuk tampil dalam acara ini.
"Iya kan, oke deh aku kesana dulu ya nggit." Pamit Abyan yang dijawab dengan anggukan oleh Anggita.
Memang benar kalau tak ada Abyan rasanya ada yang kurang, mungkin karena sosoknya yang ramah dan menyenangkan, terlebih Abyan termasuk sosok yang begitu dekat dengan anak-anak Rubeb. Lihat saja sekarang apa yang dilakukan anak-anak pada Abyan.
"Kakk Byaann." Nah kan, mereka kompak berteriak nama Abyan. Dan beberapa ada yang berlari ke arahnya, memeluk Abyan. Ah, lucunya.
Abyan melangkah menuju anak-anak membalas pelukan bebeapa anak-anak yang saat ini tengah mendekap pinggangnya.
"Kak Byan kok udah jarang kesini lagi. Kita kangen tahu." Ucap Jaka, salah satu anak di Rubeb.
"Hehe, iya nih kakak lagi ada tugas yang banyak, jadi harus diselesaikan dulu tugasnya, dan sekarang tugasnya udah selesai jadi kakak udah bisa kesini lagi."
"Yeayy." Seru anak - anak.
"Ah, kayaknya acaranya udah mau dimulai, yuk kita kembali berbaris lagi." Ucap Abyan mengakhiri peluk-pelukan mereka. Lalu menggiring kembali ke belakang panggung.
Acara demi acara berjalan dengan lancar, hingga sampailah pada acara akhir, yaitu berbuka bersama.
Setelah semua telah selesai menyantap bukaan, acara pun di tutup dengan berfoto bersama dan selanjutnya mereka dipersilahkan untuk shalat Maghrib.
"Anggit, udah shalat?" Irfan Alifihar. Lelaki yang menanyakan hal tersebut, menghampiri Anggita yang sedang sibuk membereskan beberapa sampah yang masih berserahkan di lantai.
"Udah kok." Jawab Anggita singkat, selanjutnya Anggita bersegera mengangkat trash bag yang berada di tangannya.
"Sini nggit, biar aku aja." Ucap Irfan, bergegas mengambil alih trash bag tersebut.
"Oke, makasih ya fan, aku ke dalam dulu." Ucap Anggita meninggalkan Irfan.
"Kamu kenapa masih menghindar sih nggit." Gumam Irfan yang saat ini memandangi Anggita sampai punggungnya hilang di balik pintu.
.
.
.Alhamdulillah, udah mulai ke cerita kedua..
Aku tunggu vote dan komennya yaa.. hehe
.
.To be continue 👉
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian Terindahku
SpiritualSudah kesekian kali orang-orang bertanya tentang hal ini. Pertanyaan yang selalu membuat dirinya enggan untuk bertemu sanak saudaranya. "Umurmu sudah 25 kan le?" "Kapan kamu rencana menikah, nggit? "Jangan mau kalah dengan adikmu itu." "Mau sampai...