Bagian kedua

26 4 1
                                    

Selamat membaca~

"Kamu kenapa masih menghindar sih nggit." Gumam Irfan yang saat ini memandangi Anggita sampai punggungnya hilang di balik pintu.


🌿🌿🌿


Flashback On


Satu tahun yang lalu...

Saat itu hari minggu, anak-anak rubeb habis rapat membahas perekrutan relawan di rubeb. Selesai rapat salah seorang lelaki dari anggota rubeb menghampiri Anggita.

"Nggit, kamu mau langsung pulang?"
Tanyanya yang dijawab anggukan sekalian mensejajarkan jalannya dengan wanita itu.

"Mau aku antar?" Lelaki itu, Irfan. Lelaki yang dengan terang-terangan menunjukkan perasaannya. Dari menawarkan tumpangan, bahkan kemarin ia sempat menyatakan cintanya.

"Nggak fan, makasih.. Aku udah baru aja mesen ojek online."

"Yaudah aku antar ke depan."

Irfan masih menemani Anggita yang sedang menunggu ojek onlinenya. Cukup lama mereka terdiam, terlebih sekarang Anggita yang menjauhkan dirinya, setelah ia menyatakan perasaannya.

"Hmm... Nggit."

"Ya?"

"Ahad ini In Syaa Allah aku datang ke rumah kamu. Aku akan meminta kamu di hadapan orang tua kamu."

Anggita terdiam, tak mampu menjawab. Karena ia fikir, pernyataan cinta yang di berikan kepadanya hanya ucapan ingin menjadi pacar. Jadi Anggita memilih menjauh, agar ia tidak masuk dalam zona yang tak menyenangkan ini.

Tak lama ojek online pesanan Anggita datang, "Aku duluan, terima kasih. Ahad ini aku tunggu jam 10 pagi fan."
Ini keputusanku, aku akan coba memulai ucap batin Anggita. 

Flashback Off

Dari kejauhan, seseorang memperhatikan pembicaraan singkat mereka, pun juga ikut memandang kepergian Anggita yang tampak enggan untuk berbicara dengan lelaki itu.

"Nggit, pulang bareng ya?" Tanya Abyan saat melihat Anggita sedang merapikan barangnya.

"Enggak yan, aku sama Widya." Jawab Anggita, masih sibuk memasukan beberapa barang bawaannya usai acara ini.

"Eh, Widya aja barusan aku lihat udah pulang." Ucapan Abyan berhasil menghentikan aktivitas Anggita, dan membuat Anggita memandang Abyan.

"Lho kamu serius?"

"Iya serius, tadi dia kayaknya lagi buru-buru bangat deh." Angguk Anggita.

"Yaudah berarti kamu pulang bareng aku aja ya." Tawar Abyan, lebih tepat untuk memerintah.

"Enggak deh yan."

"Lah, kenapa? Lagi pula ini kamu bawa barang yang lumayan banyak lho nggit."

"Yaa enggak kenapa - kenapa si yan." Jawab Anggita sembari tangannya mengambil handphone di tasnya.

"Mau mesen mobil online? Ini udah malam nggit, kamu kan perempuan."

🌿🌿🌿🌿

Saat ini Anggita berada di samping si pengemudi, Abyan, yang fokus dengan pemudinya.  Sebenarnya Anggita menginginkan duduk di kursi belakang. Tetapi, barang yang memenuhi kursi belakang membuat ia terpaksa untuk duduk di samping pengemudi.

"Widya udah ngasih kabar kenapa tadi buru-buru?" Tanya Abyan, memulai pembicaraan.

"Udah, Widya disuruh mamanya  pulang, katanya dia nyari aku tapi nggak nemu." Abyan mengangguk paham.

"Oiya tadi aku lihat kamu ngobrol sama Irfan."

"Dia masih deketin kamu?" Tanya Abyan yang sedari tadi mulutnya sudah gatal untuk menyatakannya.

"Enggak, dia cuman bantu gituin trash bag doang tadi." Jelas Anggita.

"Aku rasa dia masih menginginkan kamu nggit."

"Positif thinking aja yan. Dan, aku lagi nggak mau ngomongin dia." Jelas Anggita membuat Abyan mengangguk.

"Kamu mau cari makan dulu nggak?" Tanya Abyan memulai pembicaraan setelah tadi sama-sama diam.

"Enggak, aku nggak lapar, langsung pulang aja yan." Jawab Anggita, tapi di detik kedua bunyi perut Anggita mendustakan omongannya.

Kruuuk kruuuk..

"Hahaha" pecah tawa Abyan, mendengar bunyi perut Anggita menandakan bahwa ia lapar.

"Ya ampun, kalau lapar bilang lapar, jangan bilang nggak lapar nggit." Ejek Abyan.

"Nggak gitu yan." Jawab Anggita memberi pembelaan.

"Yeuh nggak usah cemberut gitu, udah jelek tambah jelek kamu nggit." Ejek Abyan lagi, melihat bibir Anggita yang turun kebawah.

"Mau makan dimana?"

"Di tempat biasa aja." Jawab Anggita.

"Oke." ucap Abyan, namun secepatnya ia mengganti ucapannya, "Eh nggak jadi deh kita langsung balik aja."

"Byaaan." Ucap Anggita kesal dengan ledekan Abyan, sedangkan sang peledek tertawa kencang melihat wajah kesal Anggita.

Setelah selesai makan, mereka melanjutkan perjalanan kerumah Anggita, sesampainya mereka, Anggita menurunkan barang bawaannya, tak lupa dibantu Abyan, "Kamu kok bawa barang bawaan banyak banget nggit, kan kamu anak acara."

"Anak-anak kan rumahnya jauh yan, aku sama Widya doang paling yang lumayan dekat dari Rubeb." Memang, diantara teman-teman yang lain rumah Anggita dan Widya yang paling dekat. Jadi untuk bawa barang
semacam ini sering kali mereka yang diandalkan.

"Yan, yang tadi di mobil maaf ya, aku lagi nggak mood aja ngomongin dia." Ucap Anggita meminta maaf.

"Iya santai aja Nggit, paham kok aku." Ucap Abyan santai sambil mengangkat barang yang terakhir.

Suara Aminah-mamanya Anggita mengalihkan pandangan Abyan. "Eh nak Abyan, mampir dulu nak." Tawar Aminah.

"Eh, enggak Tan makasih, byan balik dulu ya tante, Anggita." Tolak Abyan sopan.

"Oh yaudah, makasih ya nak udah mengantar Anggita." Ucap Aminah bersama Anggita mengantar sampai depan gerbang.

"Sama-sama Tan. Mari tante, Permisi." Pamit Abyan melangkah menuju mobilnya.

.
.
.
Aku tunggu vote dan komennya yaa.. hehe

.
.

To be continue 👉

Penantian TerindahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang