Hanya Mimpi Buruk

93 21 5
                                    

Hari Kamis, pukul berapapun ini

Sudah genap dua bulan aku mengalami malam terburukku. Tidak serta merta hal itu mengunjungiku tiap malam, memberiku berkat yang disebut-sebut karma yang ditanamkan dalam bunga tidurku. Jika bukan karena Tuan Aguri mungkin aku tidak akan sudi menulis hal ini, tengah malam begini, di saat ini juga.

Aku memimpikan tempat itu lagi, kali ini, aku tidak yakin di kesempatan esok aku akan selamat.

Setiap harinya aku berhasil bertahan dan kabur dari 'mimpi' itu, dan berakhir tidak akan tidur berapapun waktu yang akan dimakan hingga pagi tiba. Begitupun hari ini karena ah, astaga tentu saja! Siapa pula yang bisa tidur setelah menatap wanita itu secara langsung! Dia adalah wanita dengan tato di sekujur tubuhnya, bahkan hingga di bola matanya! Tapi bukan hanya itu yang membuatnya mengerikan. Ia juga membawa serta sebuah pasak kayu besar lengkap dengan palu yang entah apa kegunannya. Di awal kehadirannya wanita itu hanya lewat sesaat untuk memperhatikan, tapi seminggu belakangan ia sungguh berniat memaku tubuhku di altar.

Seakan ia tidak ingin aku 'terbangun' dari mimpi ini.

Ini mengerikan, ini menyeramkan. Hari ini ia berhasil menyuruh salah satu anteknya untuk memaku kaki kananku, setelah tiga antek yang lain berhasil memaku kaki kiri setelah kedua pergelangan tanganku tempo hari. Aku berhasil kabur berkat antek ini yang justru bermain-main dan membuat pasak kayu itu kendor. Meski begitu, bekasnya tetap bertahan. Bekas tersebut tidak menghilang meski aku sudah di dunia nyata!

Aku berhasil kabur, mencoba lari sejauh mungkin dari lingkaran wanita serta gadis kecil mengerikan itu dan kembali ke dunia nyata. Rute kali ini sangat jauh dan melelahkan, aku bahkan terbangun dengan keringat membasahi sekujur tubuhku!

Sekarang aku kembali lagi di sini, menulis lembar baru di catatan yang diberi olehmu, Aguri. Mau sebagaimana pun aku berusaha, mimpi itu akan datang dan setiap mimpi itu datang, sebuah tanda kehitaman pada pergelangan tubuhku muncul.

Krieettt

Sial.

Aku bersumpah aku mendengar suara pintuku berderit dan aku berani bersumpah pula tidak mungkin itu Saga. Hewan itu terlalu besar untuk menimbulkan suara seringkih itu, lagipula Saga punya nafas yang berisik.

Apa ....

Siapa itu?

Sepertinya tetangga apartemenku, dia pasti sadar aku menyalakan lampu terlalu terang!

Sebelum aku memeriksanya ada satu hal lagi.

Aku mengingat pasti bagaimana antek wanita bertato itu adalah empat gadis dengan pasak, yang memaku setiap pergelangan kaki dan tanganku ke altar. Namun satu hal menggangguku, sesuatu yang baru kuingat.

Wanita bertato juga memegang pasak.

Ah, aku harus mengecek tetanggaku. Suara decitan pintunya membuatku risih.

💀💀💀

Cerita ini ditulis oleh member bernama Alin. Akun wattpadnya adalah turmalin_

Kertap Pintu Tengah MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang