"Kita perlu melangkah maju, agar
Kenangan yang menyakitkan
Tidak kembali menyakitimu."****
Aluna tersungkur jatuh ketanah. Ia meringis kesakitan, lutut gadis berambut hitam pekat itu terluka.Ia menatap pohon besar di hadapannya, setelah itu menatap sekelilingnya mencari sosok yang sangat ia sayangi.
"Bunda!!" Teriak Aluna, namun hanya mendapat sahutan dari angin.
"Tidak, tidak!!" Aluna menggelengkan kepalanya, gadis itu berusaha bangun dari jatuhnya dan berjalan kembali kepohon besar dihadapannya.
"Buka!" Ia memukul kuat batang pohon besar itu "Bunda!! Bunda!!" Ia menangis, gadis itu terus memukul batang pohon besar dihadapannya sambil sesekali menyebut kata Bunda.
Aluna menangis meringkuk, ia sekarang sendirian, dihutan, tempat yang sangat ia takuti.
"Lari jangan melihat bunda!!"
Aluna menangis, "Aluna takut." Hanya itu yang bisa ia ucapkan, saat ini gadis itu berlari dengan rasa ketakutan yang sangat besar.
Aurel menarik Aluna ketika sosok yang saat ini mereka hindari muncul dan hampir menerkam Aluna.
"Jangan menyentuh, putriku!!" Aurel berteriak marah.
Sedangkan Aluna hanya bisa bersembunyi dibalik badan Bundanya, ia gemetar, ia ketakutan.
"Teruslah berlari, carilah pohon yang memiliki warna berbeda di hutan ini!! Bunda tau kau pasti bisa menemukannya, bunda selalu bersamamu jangan pernah berbalik kebelakang karna bunda akan sangat marah." Aurel berbicara didalam pikiran Putrinya itu.
Aluna menatap Bundanya yang saat ini sedang siap untuk mengeluarkan kekuatannya, gadis itu gemetar dan sedetik kemudian ia memeluk Bundanya.
"Aku tak ingin bunda terluka." Bisik Aluna.
"Saat ini hanya kaulah harapan Bunda dan Ayah serta kaum Ereostika. Pergilah sejauh mungkin, belajarlah dari apa yang sepatutnya kau dapatkan, bunda akan selalu bersamamu selamanya." Sedetik kemudian Aluna merasakan Angin menariknya pergi menjauh dari Bundanya.
Aluna tau ini ulah Bundanya, karna Bundanya adalah pemilik elemen angin tersebut. Dari kejauhan ia melihat Bundanya menangis sambil memaksakan senyum kearah Aluna.
Aluna terus berlari, hingga tepat didepannya ia menemukan pohon dengan warna yang berbeda dengan pohon lainnya, dan sedetik kemudian batang pohon itu tebuka dan memunculkan sebuah portal.
Aluna menatap kebelakang, ia terkejut saat angin kekuatan bundanya menerpanya kuat hingga membuatnya jatuh kedalam portal.
"Bunda selalu bersamamu."
Aluna terbangun dari mimpinya, napas gadis itu tak terkontrol. Ia melihat sekitar semuanya masih sama, ia disini sendirian.
"Bunda selalu bersama Aluna." Gadis itu merasakan angin menerpa wajah cantiknya, seakan merasakan bahwa itu adalah balaian yang biasa Bundanya berikan kepadanya.
Aluna tersenyum samar mengetahui jika awal jalan hidulnya akan seburuk ini. Ia bangun, gadis beriris mata biru itu mengembangkan senyumnya. Ia harus kuat, ia pasti bisa menjalani semua ini.
Gadis itu menatap pohon-pohon besar dihadapanya "Terima kasih." Ia tersenyum simpul.
Namun sesuatu mengagetkan gadis itu ketika suara auman hewan buas beserta ledakkan terjadi tak jauh dari tempatnya.
Dan dengan langkah yang cepat ia berlari kearah tempat suara itu berasal. Aluna terdiam, menatap singa putih bertanduk berusaha melawan beberapa pemuda yang saat ini sedang menggunakan kekuatan mereka.
Gadis itu menatap mata singa yang saat itu juga menatapnya, ia tertegun dan akhirnya memberanikan diri untuk keluar dari persembunyiannya.
"Hentikan!" Aluna menatap keempat pemuda yang saat itu menatap Aluna bingung.
"Hei bodoh, Pergi dari sini!" Titah salah satu pemuda itu.
Aluna menggeleng ia semakin mendekat, pemuda dengan rambut coklatnya menatap Aluna tajam "Apa yang kau lakukan!"
Aluna terdiam, ia menatap Singa putih itu yang saat ini sedang menahan kesakitan "Dia kesakitan." Lirih Aluna pelan namun masih bisa didengar keempat pemuda itu.
Pemuda dengan iris mata hitam pekat memperkuat akar yang saat ini melilit singa putih didepannya.
"Jangan menyakitinya." Aluna berjalan kearah singa putih itu dan memegang akar pohon yang saat ini sedang melilit singa itu.
Keempat pemuda itu terdiam mematung ketika akar yang melilit tubuh singa putih itu kembali ketempatnya semula.
"Singa ini terluka." Ia menatap bagian perut singa "Dan kalian malah semakin memperburuk lukanya." Lanjut Aluna.
"Singa itu menyerang kami." Bela salah satu dari keempat pemuda itu.
"Karna ia ingin meminta tolong kepada kalian," Aluna memegang perut Singa itu dan sedetik kemudian luka itu menutup.
"Kau bisa terluka!" Pemuda berambut coklat itu berjalan menarik Aluna menjauh dari singa putih yang menyerangnya tadi.
"Apa yang kau lakukan, Lex?" Pemuda dengan lesungnya itu menatap Alex tajam "Jangan gegabah!" Ia melepaskan genggaman tangan Alex.
Aluna tersentak kaget begitu pula dengan Alex "Gadis itu sudah terkena racun singa putih dan~~~"
"Tunggu dulu!" Pemuda beriris mata hitam pekat itu menatap Aluna "Sakit?" Tanya pemuda itu ketika melihat ringisan kecil dari bibir Aluna.
Aluna mengangguk, ia mengangkat gaun putihnya yang kotor dan memperlihatkan luka sobek dilututnya.
"Sakit." Lirih Aluna.
Alex kembali mendekati Aluna, tangannya menyentuh lutut Aluna yang terluka, kemudian cahaya biru berpendar ditelapak tangannya "ini akan terasa sangat sakit."
Aluna menggigit bibir bawahnya menahan sakit sedangkan Bastian, pemuda berlesung itu menatap adiknya tak percaya.
"Alex memiliki kekuatan dari Ibumu, jadi tenanglah." Bagas menenangkan sahabatnya itu.
"Aku merasa ada yang aneh." Ando menatap tajam gadis yang saat itu sedang menahan sakit.
"Apa kalian merasakannya?" Ando menatap kedua sahabatnya yang terdiam "Sudah aku duga."
"Sebagian jiwa kita mengabdi kepada gadis itu." Ando merasakannya, ia merasakan jiwa liarnya begitu tenang tidak sebelum bertemu gadis berambut hitam pekat itu.
****
Koreksinya⚠
Pembaca yang baik akan selalu meninggalkan jejak✨

KAMU SEDANG MEMBACA
THE EREOSTIKA
FantasiNote : Hanya seorang Penulis Amatir:D __________________ Dunia Immortal, Dunia yang dulunya begitu saling menghormati dan menghargai kini berganti menjadi sebuah Dunia dimana mereka saling berselisih, mempertahankan apa yang menjadi hak mereka. Hamp...