Tiga

47 12 0
                                    

Dengan geram Luxi berbalik berjalan menghampiri Resti, lalu menghantam-nya dengan tinju. Reza dan Zela berusaha memisahkannya. Orang-orang disekitar enggan ikut campur, mereka lebih memilih diam dan menontonnya.

"Luxi" Ucap Hyuga pelan dengan wajah panik.

Hyuga berjalan kearah Luxi sambil membuka Jaket denimnya. Mannu yang datang bersamanya kebingungan sendiri melihat tingkah Hyuga, padahal beberapa menit yang lalu Hyuga terlihat tidak menyukai Luxi. Mannu tenggelam dengan kebingungannya sendiri beberapa detik setelah itu kembali sadar dengan menggelengakan kepalanya kuat-kuat "Bukan waktunya" ucap Mannu.

Hyuga berusaha melepaskan Luxi dari cengkraman tangan Resti yang menjambak rambutnya, setelah berhasil dia mengenakan jaketnya untuk menutupi tubuh luxi dan membawanya pergi dari sana.

Mannu menghampiri Zela "Temen Luxi?" tanyanya, Zela mengagguk "Ikut gue" Mannu menggengam tangan Zela, cepat-cepat dia menghampiri Hyuga.

Suasana pun kini depenuhi dengan suara sumpah serapah dan orang orang kepo yang bertanya-tanya, sebenarnya ada apa? Serta bisikan-bisikan mengenai Luxi.

Saat sudah diparkiran mobil, Luxi yang sudah tenang baru sadar jika dirinya dituntun oleh Hyuga "Ck. Lepasin gue, gue ga perlu bantuan lo" kata Luxi berusaha lepas dari Hyuga.

"Heh! Gue ngebantuin lo lepas dari sana ya" dengan wajah kesal Hyuga melepaskan Luxi dari tuntunannya.

Luxi menatap Hyuga dengan tatapan tanpa ekspresi, dia maju sampai benar-benar dekat dengan Hyuga "Gue ngga minta bantuin lo tuh! Jadi gausah berlagak seolah-olah lo pahlawan" ucapnya dengan penekanan.

Hyuga menunduk dan membetulkan letak kacamatanya, lalu tertawa sinis "Terima kasih aja cukup kok, jadi manusia jangan makan gengsi sama ego" Dia menatap Luxi tidak kalah Dinginnya.

"Lo.." ucapan Luxi terpotong oleh Zela.

"Luxi!" bentak Zela dari belakangnya "Hyuga, sorry yaa" kata Zela setelah sampai disamping Luxi.

"Bukan lo yang harus minta maaf" Kata Hyuga tersenyum kearah Zela "Tapi cewe ini" katanya sambil menunjuk Luxi.

Luxi mengehentakan kakinya setelah itu berjalan kearah mobilnya "Hoi! Balikin jaket gue!" mendengar teriakan itu dari sang pemilik jaket, Luxi menoleh kearah bahunya, berdecak kesal karena baru sadar. Dengan kesal dia berbalik lalu melemparkan jaketnya.

Dengan gerakan cepat Hyuga meraihnya sebelum sampat menyentuh tanah, lalu pergi untuk memasuki mobilnya "Stress!" gumamnya.

***

Luxi menghirup udara segar dipagi hari melalui balkon apartemen nya. Dia memejamkan matanya untuk menikmati udara lebih dalam, ditemani secangkir teh dan mie instan begitu terasa lengkap. Sepi di dalam selalu menghantui, Ayahnya meninggal saat dia masih SD, dan meninggalkan begitu banyak harta. Ibunya siang dan malam hanya memikirkan pekerjaan tidak peduli dengan Luxi.

Saat SMP Luxi memutuskan untuk tinggal sendiri di apartemen karena baginya percuma tinggal di rumah besar tapi terasa sepi. Memiliki orang Tua yang gila kerja ada bagus dan tidaknya juga menurut dia. Bagusnya, dia tidak akan pernah kekurangan dalam segi ekonomi, tidak bagusnya, yaa.. seperti yang kalian ketahui kebanyakan orang tua gila kerja sampai lupa menghabiskan waktu bersama anak. Walaupun begitu Luxi tidak pernah menyalahkan ibunya, dia hanya ingin ibunya menemani Luxi.

"Astaga Luxi" ucap Zela membuyarkan lamunan Luxi "Masih pagi, apaan nih? Mie instan?" sambil berucap Zela mengambil mie instannya lalu dibawa kedapur, berniat untuk melenyapkan alias membuang mie itu.

Luxi tersenyum melihat Zela, dia merasa beruntung memiliki sahabat seperti Zela, begitu pengertian, lumayan bisa menggantikan sosok ibu baginya.

"Aduh...mau diapain mie gue?" ucap Luxi sambil mengejar Zela dan merampas mie instannya kembali "Pagi ini gue lagi mau makan mie, jadi jangan larang-larang gue" lanjutnya sambil menyuap mie instan.

"Apanya yang pagi ini? udah 4 hari lo makan mie pagi-pagi" kata Zela sambil mengambil minum didalam kulkas.

Luxi menampilkan wajah seolah-olah berfikir dengan mie yang masih menjalar diluar mulutnya "Emang iya ya? Ah kayanya lo cuma mimpi doang deh" ucapnyaa setelah menyeruput mie yang menjalar tadi.

Zela memutar bola matanya malas sambil duduk di depan Luxi "Eh, kemaren kenapa si marah marah sama mas Hyuga?" ucap Zela dengan dua tangan yang menopang dagunya.

Luxi memejamkan matanya sambil berfikir, dia membuka satu matanya "Ternyata dia sama aja kaya cowo-cowo kebanyakan".

"Luxiana Maheira Henzie..berenti beransumsi kalo semua cowo itu sama" Zela menghembuskan nafas sambil bersandar ke kursi "Lagian kalo cowo nggak suka dada sama selangkangan, harusnya lo khawatir, dia cowo tulen atau ngga".

Luxi diam sejenak dengan mata mengarah keatas, lalu berdiri dan masuk kekamar mandi "Ah.. harii libur yang indah".

Zela menatapnya dengan senyuman tipis, seperti biasa Luxi selalu mengalihkan pembicaraan ketika sudah skakmat.

Siang hari yang cerah sama seperti hari libur sebelumnya Luxi dan Zela berada di Caffe Bamus, terliahat lucu jika hanya menyebut singkatan dari Caffe tersebut, sebetulnya Caffe baca dan musik namanya, terlalu panjang kan kalau tidak disingkat. Luxi dan Zela biasa datang kesini untuk menjernihkan pikiran, karena lagu yang diputar di Caffe ini bikin tenang banget, buku yang disediakan juga bermacam.

Sambil memejamkan matanya Luxi tersenyum dan mengayunkan kepalanya pelan, dia begitu menikmati lagu yang sedang diputar. Lagu berjudul Not Enough milik FUR - band indie asal inggris ini membuatnya tenang, nadanya membawanya masuk kedalam ketenangan terdalam.

Suara ketukan jari kemeja mengikuti nada lagu, terdengar samar di telinga Luxi, dia membuka matanya dan langsung bertemu dengan mata coklat milik Hyuga.

"Hallo mas" kata Luxi melambaikan tangan "Meja ini udah ada orangnya, mending cari meja lain aja deh".

Hyuga memperhatikan sekitar "Penuh" katanya menatap Luxi "Kalo ngga suka, yaudah cabut aja sana".

Luxi mengangkat satu alisnya "Kenapa jadi gue yang harus pergi?".

"Yaudah kalo gitu nikmatin aja" jawab Hyuga tanpa ada rasa beban.

"Exucuse me, bisa diem ngga? Ganggu banget nih" Zela menutup bukunya.

Luxi meminum jus buah naga nya, lalu memejamkan matanya kembali. Hyuga menatap Luxi dengan tatapan menilai, lalu tersenyum.

Zela berpindah duduknya menjadi disamping Hyuga "Kenapa? Tertarik ya?" katanya pelan agar tak terdengar oleh Luxi.

"Unik" ucapnya tanpa menoleh kearah Zela.

"Yaah..." kata Zela mengangguk-nganggukan kepalanya lalu bersandar ke kursi "Tapi sayang, kalo lo terlalu mudah" Zela memetikan jarinya "Lo bakal setara sama cowo-cowo pada umunya" dia mengibaskan tangannya.

Kini Hyuga menoleh kearah Zela dengan raut wajah bingung "Maksudnya?".

"Luxi itu kaya teka-teki, kalo lo bisa pecahin teka-tekinya..Good for you" Zela mengedipkan sebelah matanya di ucapan terakhir "Omong-omong, kemana perginya kacamata lo?".

Hyuga merogoh saku jaket denimnya, lalu menunjukan kotak kacamatanya.

"Kalo gue pikir-pikir lagi.." Zela memakan kentang goreng "Lo cocok sama kacamata bulat itu, pantes kemaren Lux demen" lalu berpindah tempat duduk kembali, menjadi disebelah luxi.

Hyuga tertawa kecil mendengarnya "Emang sekarang ngga?".

Zela hanya diam dan kembali membaca bukunya.
.
.
.

Jangan lupa vote teman-teman💖

TRAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang