Enam

25 8 0
                                    

Jantung Luxi berdegub dua kali lebih cepat, rasa marah menyelimutinya. Dia berjalan dilorong apartemen dengan amarah yang sudah mencapai ubun-ubunnya, tinggal menunggu saat-saat untuk melampiaskannya.

Saat sudah mencapai di depan pintu kamar apartemennya, diaa menatap tajam kearah seorang perempuan yang dia sangat kenal. Ibunya, Regina, berdiri bersama laki-laki yang mungkin dua tahun lebih tua darinya.

Didalam apartemennya sudah ada beberapa orang yang sibuk mengemasi barang miliknya untuk dimasukan kedalam kardus.

"Apa maksudnya ini?" tanya Luxi masih dengan tatapan tajam.

Regina menyambut Luxi dengan senyuman, dia menghampiri Luxi untuk memeluknya. Namun, Luxi mundur beberapa langkah menghindarinya.

"Mamah mau kamu tinggal lagi dirumah sayang" Luxi menautkan alisnya bukan karena bingung, namun karena marah.

"Ngga, Luxi mau tetep tinggal disini! Lagian tinggal dirumah ataupun disini, sama-sama sepi" katanya terjeda saat melihat orang suruhan ibunya membawa kardus yang sudah terisi barang miliknya "Ini apaansi!" katanya lagi sambil menjatuhkan kardus yang orang itu pegang dengan kasar "Jangan pegang-pegang barang milik saya!".

Orang itu menoleh kearah Regina dengan takut-takut, Regina memerintahkan untuk mengangkatnya lagi "Kamu jangan jadi anak keras kepala".

"Keras kepala aku diwarisin sama mamah".

Regina tidak menganggapi perkataan Luxi "Kali ini kamu ngga bisa ngebantah mamah. Kamu harus tinggal dirumah sama Abang kamu, dengan begitu kamu gabakal kesepian lagi".

Luxi yang terkejut dengan ucapan ibunya, Abang apa maksudnya? Selama ini dia adalah anak satu-satunya. Tapi kini, ibunya datang mengumumkan seolah Luxi punya kakak.

Luxi tertawa hambar "Abang? Luxi maunya mamah yang temenin Luxi setiap hari".

Regina duduk di Sofa lalu menunjuk laki-laki didepannya "Dia Abang kamu.. Regina memberi jeda menatap Luxi "Jangan ngebantah. Mamah sibuk cari uang".

"Mamah pasti bercanda kan? Gimana caranya aku bisa punya Abang, kalo jelas-jelas selama ini aku anak satu-satunya?!" tanya Luxi, nada bicaranya naik satu oktav.

Laki-laki itu duduk sambil memainkan handphone, dia sama sekali tidak terusik dengan keadaan sekarang, tingkahnya seolah meminta Luxi menyumpah serapah dirinya secara sukarela. Luxi menatapnya dari ujung rambut hingga ujung kaki, dengan setelan santai kaos hitam dan celana cargo hitam pendek dia tetap terlihat rapih, walau sebenarnya itu ketolong wajahnya yang lumayan ganteng.

" Namanya Zeke, anak dari istri pertama papah kamu" Regina mengucapkannya sambil menghembuskan asap rokoknya.

Yaa..itulah ibunya, wanita umur 47 tahun tapi gayanya masih seperti anak remaja, pembawaan Regina memang selalu sesantai dan setenang itu, tapi sebagai anak Luxi bisa melihat kesedihan dimata ibunya. Karena Luxi agak segan dengan ibunya, jadi dia tidak pernah mencoba bertanya kesedihan apa yang disembunyikan ibunya.

"Istri pertama?" Luxi menjada ucapannya menatap Zeke "Berarti mamah istri kedua papah? Ko aku ngga pernah tau?!" nada bicara Luxi masih naik satu oktav.

"Sekarang kamu tau" jawab Reginanya Suaranya masih terdengar santai.

Luxi geram sendiri melihat sikap Regina dan Zeke yang begitu santai, dirinya diam-diam meminta tolong pada siapa pun untuk menembak kepalanya sekarang juga.

"Mamah tau dari kapan, kalo ternyata mamah istri kedua papah?".

"Dari awal papah dan mamah menikah dong" lagi-lagi Regina menjawabnya dengan santai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TRAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang