'warmin'

52 14 0
                                    

alendra kini telah siap dengan menggunakan hoodie coklat dan memakai celana garis2 senada yang begitu pas melekat ditubuhnya membuat kadar ketampanannya semakin bertambah. dia juga tak lupa mengaplikasikan parfum kebadannya.

nambak begitu jelas lelaki berhoodie coklat itu sudah berada diatas motor kesayangannya, dengan bergegas dia menancapkan gass, membelah jalanan kota bandung.

keempat sahabatnya sudah berada di warmin 'warung mang simin'.

laki laki yang baru saja kembali dari negri org itu kini sedang bortos ria dengan para sahabatnya, mereka memang sudh lama tidak kumpul. ya karna laki laki itu sedang keluar negri.

"weitt gila lo pulang bukannya bilang biar dijemput dibandara" ucap ikii seraya menepuk bahu abri.

abripun mengusap bahu yang baru saja ditepuk iki itu "aihs, lo bisa gasih ga ringan tangan gitu" ucap cowo itu seraya meringis. yang di semprotpun tak menghiraukan ucapan abri.

"bri lo udah selesain semuannya?" ucap agis

abripun melihat kearah agis cowp itu memang tak ada perubahan masih sama dingin tak tersentuh. "ga afdol si sebenernya kalo kaga lengkap bentaran ya gis tunggu ale"

yang ditunggupun ahirnya datang lalu langsung mendudukkan diri meminum kopi milik juan.

" le sampe abis minumnya biar bayarin juga" sengit juan yang sadar kopi miliknya itu diminum oleh ole.

alepun menggaruk tengkuknya yg tak gatal " sori wan, gua kira kopilu udah kaga lo minum daripada mubazir"

setelah perdebatan itu akhirnya abri yg melerai keduannya agispun bertanya kembali kepada abri.

"sebenernya si disana gua masih ragu buat bilang kalo disana itu uda bener2 selesai, tapi yang jelas bokap gua si percaya kalo pelaku penyabotase surat2 sengketa bokap gua itu ga lain orang yang bokap gua kenal." jelas abri.

alepun berpikir jika benar ini ulah daripada orang yang dikenal orang tua abri mungkin saja orang tersebut menyamar menjadi buah tangan bokap abri. " gua sih percaya bokap lo dan lo bisa nanganin semuanya tanpa harus polisi yang turun tangan asal lo temuin bukti otentiknya dan lo punya mata2 yang bisa lo jadiin saksi" ucap ale panjang lebar.

agis yang sedari tadi diam pun menatap ale "bener yang dikatakan ale bri, lo cuma nangkep apa yg lo curigain dan lo ga boleh gegabah"

"uda jangan dibawa pusing ayo kta senang senang" ucap ikii

"mang simin alee pesen kopi susu" ucap ale.

"dari pada pusing mikirin org mending nyanyi" ikipun memulai aksinya dengan juang yg sudah siap berdiri disampingnya.

"warmin, warung mang simin" suara iki dengan nada yg dikarangnya.

"tempatnya kita bermain" juanpun memegang gelas kopi dan sendoknya yang dimainkan.

"si alee yang tukang bayarin" semprot iki pada ale yang tengah menikmati koinya.

"bang iki yang tampan telah nyanyiin"

"si juan yang kaya sarimin" juan yang disamain sama monyepun menjitak kepala ikii

"jangan heran punya temen agis dia emang orangnya dingin" agis yang di sebutpun menatapnya jengah.

" si abri pacarnya mimin" finisnya dengan disertai kekeha, abripun menendang tulang kering ikii.

"pisss becanda doang bradarr:v" ucapnya.

--

sejak sahabatnya itu memutuskan ubtuk pulang kerumah, tidak jadi menginap karna orang tua mereka sudah pulang dari urusannya.
adispun menidurkan kembali badannya sampai ia pun terusik karna bunyi ketokan dari arah pintunya kemudian melihat siapa yang dateng.

"TARAAAA!" ucap orang yg berada di depan pintu itu.

adis mematung melihat abangnya yang baru pulang dari belanda itu untuk melanjutkan kuliahnya. dengan senang adispun memeluk sang abang. dan menenggelamkan wajahnya kedada abangnya.

" ish, abang betah banget disana adiss kan kangen" aduu adiss

tangan sang abangpun mengelus punggung dan pucuk rambut sang adik dengan sayang " abang kan belajar, belanda sama indonesia ga sedeket dari rumah ini kesekolah kamu" jawabnya.

" ish tapi kan bisa abang vidio call adee emang abang tuh ya ngeselin pantes jomblo" ucap adis seraya menjauhkan badannya dari sang abang lalu menjulurkan lidah kearah sang abang.

"ayah sama bunda kemana?" ucap sang abang.

" ayah keluar kota bang satu minggu yang lalu, bunda jga nemenin ayah tapi baru berangkat kemaren" jawab adis

"nanti anter abang keluar yuk cari makan ya adik kecil" ucap bang aditt.
lalu adispun mengangguk dan menyuruh sang abang untuk bergegas dulu kekamarnya untuk istirahat.

jam menunjukkan pukul 19.00 sesuai rencana abangnya tadi, adispun kini telah bersiap menggunakan setelan baju serta celana senada yaitu warna maroon, dengan rambut sebahunya yabg dibiarkan terurai ikal dibawahnya.

"abangg ade uda kelar nih cepet elahh" seru adis yang sekarang tengah berada diruang tamu.

adikha rahartja selaku abang dari adis dengan tergesah2 jalan menemui adiknya.

"yok de" tangannya sembari menepuk bahu adis, hingga gadis itu kaget.

"bisa ga si ga ngagetin ish yaudah ayo emang kita mau kluar kemana bang?" cerocos adis.

abangpun kemudian berjalan mendahului sang adik yang masih bengong karna blom menjawab ucapannya.

"kalo bukan abang sendiri udah dari dulu gua tendang" ucapnya mendumel.

dhika yang melihat adiknya itu berlomat kamit hanya mengulum senyumnya lalu menarik tangan adis.

"lo uda kaya mbah dukun hahah" ucap dhika.

adispun menyerngit kearah abangnya "nyebelin lo" ucap adis lalu memanyunkan bibirnya. lalu masuk kedalam mobil sang abang.

di dalam perjalanan tak ada yang memulai pembicaraan adis yang sejak tadi memalingkan muka kearah luar jendela dan sang anang yang tak henti2nya merayu sang adiknya itu.

"udah dong de marahnya dipending"

"lo tau gasi ada wewe yang nyulik orang cembetut"

" uda kaya artis sinetron laga lu de wk"

"ayo kita makan martabak spesiall 4"

itulah ucapan abangnya dan yang terakhir manjur rupannya, adispun menoleh dengan gaya marahnya " aku mau 5 martabak spesiall titik."

tawa dhikapun meledak mendengar ucapan adik ajaibnya itu lalu mengelus puncak kepala sang adik dan mencubit hidungnya.

--

mobilpun berhenti disebuah penjual martabak pinggir jalan yang rumayan rame itu lalu adis menarik kaos sang abang.
"bungkus 3 makan disini 2 bang" ucap adis

dhikapun cengo dibuatnya dikira tadi itu ga beneran tapi siapa sangka adiknya memang ajaib.
" astagfirullah de nyebut,udah satu dulu mkan disinya abang bungkus dirumah sisanya" ucap dhika seraya mengelus dada.

"adis laper udah ga boleh nolak pokonya." adispun segera ngacir kearah penjual martabak tsb.

entah adis tak melihat jalan atau gimana kakinya tak sengaja kesandung batu kecil dan iapun tak seimbang, adispun menutup matanya tapi ada tangan kekar yang menahan badannya bersyukurlah adis lalu iapun membuka mata dan...

'BobaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang