⚫Part 13 . |New Version|

479 28 6
                                    

Selamat membaca.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

_________________

Aku menaikan satu alis saat Felisha datang ke tempatku duduk sembari menyerahkan secarik kertas berwarna merah muda tepat di hadapanku.

"Buat lo, sebenernya gue males undang lo, tapi berhubungan lo teman sekelas gue jadi gue undang, jangan lupa datang." Kata Felisha dengan senyum dipaksakan.

Aku mengambil undangan itu dan membacanya. "Undangan kemenangan atas nama Felisha." Baca ku sembari menetap Felisha.

"Lo memang lomba apa?" Tanyaku.

"Renang, kenapa engga nyangka? Emang lo kira cuma lo doang yang bisa raih kemenangan?" Sinisnya.

Aku menggulirkan mata ke atas seolah berfikir lalu berkata. "Waktu renang, telinga lo kemasukan air ya?" Tanyaku yang membuat Felisha naik pitam. "Pantes budeg." Sinisku.



Brak.

"Bilang aja lo sirikkan sama gue?!" Tuduh Felisha membuat seluruh pasang mata menatap ke arah kami.

Aku menyunggingkan senyum sinis. "Tuhkan lo budeg, pergi ke dokter gih!"

"MAU LO APA SIH?!" Felisha menarik tubuhku agar berdiri lalu mendorongnya namun saat aku hendak terjatuh, tubuh ini menubruk dada bidang seseorang membuatku menaikan kepala guna menatap orang itu.

"Rayan! Kamu ngapain sih nolongin dia?!" Geram Felisha.

Aku menggakkan kembali tubuh ini dan menatap Felisha.

"Lo yang ngapain nyerang Tanisha, dia ada salah?" Tanya Rayan.

"Dia itu yang cari gara-gara sama aku, dan engga mungkin aku diam aja kan?"

Aku memutar bola mata malas lalu pergi dari kelas itu.

"Tanisha!" Panggil Rayan nampak mengejarku dari belakang.

"Apa? Udah kelar ribut sama mantan?" Entah sejak kapan, namun aku sudah mulai sedikit menerima kehadirannya.

"Maafin Felisha ya, dia emang gitu."

"Cie yang tahu sifat masing-masing, kenapa engga balikan sih? Felisha juga masih ngarep gitu."

"Udah Jangan bahas dia, ini buat lo!" Untuk ketiga kalinya Rayan memberikanku satu keping permen cokelat yang katanya mahal itu.

Aku tertawa dan mengambil coklat itu. "Udah tiga kali, makasih. Tapi lo engga kurang kan? Kali ini beli berapa?"

Kami berjalan beriringan di koridor yang cukup ramai. "Tenang, lo tahu engga, kemarin Kakak gue mecahin mangkuk kesayangannya Mama, pas banget gue mergokin. Jadi gue minta aja uang tutup mulut." Ceritanya.

"Terus, lo gunain uang itu buat beli ini?"

"Iya, gue beli tiga bungkus." Pamernya.

"Tiga bungkus apa nih? Bungkus  permen atau tiga keping bungkus permen?"  Tawaku.

"Tiga bungkus lah."

"Banyak dong,"

"Iya, buat simpanan kalo lo sedih."

"Kok gue?"

"Biar ada alasan buat gue deket sama lo, meskipun cuma buat sebungkus permen." Katanya mebuat kami tertawa.

Dari Tanisha Untuk Semua [New Version]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang