part 3

5 2 0
                                    


Awas! Typos...

......

14:30

Ara sampai dirumahnya setelah setengah jam menunggu di halte bus dan itu pun juga bagas teman sekelas Aralah yang mengantarnya pulang.

"Mama!" Kata Ara setengah teriak sambil berjalan kearah dapur karna dia tau kalau disanalah ibunya akan berkutat dengan alat dapur saat jam segini.

"Mama!" Teriaknya sekali lagi dan sang ibu memutarkan badan sehingga dia melihat anaknya sudah pulang kerumah dan berjalan kearahnya. Ara menyalimi tangan ibunya dan sang ibu mengelus lembut rambut Ara.

"Ma, kok pak Ale gak jemput Ara?" Ara sedang duduk dimeja kursi makan sambil melihat ibunya memasak.

"Pak Ale lagi pulang kampung sebab tadi pagi anaknya sakit dan itu mama minta maaf karna lupa ngabarin kamu". Ujar lysfa sambil mengambil piring dan menuangkan masakannya dipiring tersebut.

"Iya, Ara pergi ke kamar dulu ma" Ara berjalan kearah kamarnya setelah lysfa menganggukkan kepalanya.

......

sekarang keluarga ATAKA sedang makan malam sedari tadi hanya dentingan piring dan sendoklah yang memenuhi ruang makan.

"Ara Gava, papa ingin bicara sama kalian". Ujar Afdar setelah menghabiskan makan malamnya. Dan cuma Aralah yang belum selesai makan karna dia sangat lamban.

"Iya pa" Jawab Ara dan Gava. sedangkan Lysfa hanya diam sedari tadi.

"Besok papa sama mama akan pergi keluar kota jadi jaga diri kamu dan Gava disini".

"Iya pa, Ara sama Gava akan jaga diri toh disini ada juga Bi Anun dan pak ale".

"Dan ingat kalian jangan pulang malam dan ingat waktu juga". Ara dan Gava menganggukkan kepalanya.

"Gava kamu juga jangan ngejahilin kakak kamu dan jangan bikin susah, kakak kamu tuh perempuan bukan laki-laki".

"Papa percaya aja deh sama kami dan bukan Gava yang akan dijaga tapi kak Ara toh Kak Ara sering keluar sama temannya". Ucap Gava sambil tersenyum mengejek.

"Apa-apa sih lo Gav, gue tuh keluar bukan jalan-jalan tapi ngerjain tugas" Sungut Ara yang kesal.

"Iya ngerjain tugas plus jalan-jalan kan?" Gava sekarang mode on menyebalkan dan itu membuat darah Ara mendidih.

"Lo pintar banget ya cari kesalahan gue dan gak ngeliat diri lo masih smp tapi udah pacar...an" sanggahnya dan Ara yang terbawa suasana pun tidak sadar dengan apa yang dia katakan. Ara melirik kearah Gava sedang menundukkan kepalanya takut.

"Gava!" Panggil Afdar dengan tegas, Gava mengangkat kepalanya dan menyahut pelan.

"Kamu sudah melanggar peraturan papa jadi papa akan menyita semua fasilitas kamu". Lirik Afdar kearah Gava.

"Dan besok papa gak mau tau kamu harus putusin pacar kamu". Tegasnya dengan mata yang menatap tajam kearah Gava dan itu membuat nyali Gava menciut. Gava menganggukkan kepala dan berkata " Gava belum punya pacar Gava baru dekat dengan dia pa" jujurnya sambil memainkan tangannya untuk mengurangi rasa gugupnya.

"Syukurlah, papa tidak mau kamu mengenal cinta diwaktu yang salah jadi maaf jika papa sangat keras sama kamu. Besok kamu berangkat dengan Ara" Gava menganggukkan kepalanya lagi dan Ara sangat merasa bersalah dengan mulut lemasnya.

"Jadi kalian tidak boleh keluar rumah jika hal itu gak penting dan kalian akan selalu diantar sama pak Ale".

"Iya pa" jawab barengan.

Berbicara tentang pak Ale, pak Ale sudah datang dari kampung tadi magrib karna keadaan anaknya sudah baikan.

.....

Pagi ini Ara dan Gava berangkat bareng, sedari tadi mobil mereka telah melenggang pergi dari garasi rumah dan menuju kearah sekolah. Tetapi belum ada suara yang terdengar sedari tadi. Gava yang memang masih kesal terhadap Ara karna mulut lemesnya sedangkan Ara yang sedang berargumen dengan pikirannya yang menyusun kata-kata yang tepat untuk meminta maaf kepada adiknya. Hingga sekolah Gava sudah terlihat setelah pak Ale membelokkan mobil kearah kiri. Citth...(maaf gak tau bimana suara mobil saat di rem, hehehe), setelah mobil berhenti Gava sudah ingin turun dan hendak membuka pintu mobil tetapi suara Ara menghentikan kegiatannya.

"Gav, soal tadi malam kakak minta maaf". Ara sangat menantikan apa respon adiknya terhadap dirinya. Tetapi setelah 3 menit berlalu Gava masih bungkam dan tidak ada niat untuk berbicara.

Ara menghela nafas berat melihat aksi diam adiknya. "Oke, karna kakak sudah salah jadi menurut lo gue harus ngapain?" Sekarang Ara harus dapat merendahkan egonya sampai didasarnya demi mendapat permintaan maafan dari Gava.

Sebelum menjawab Gava tersenyum tipis bukan lebih tepatnya tersenyum aneh" Gava akan memaafkan kakak tapi ada satu syarat". Ujarnya sambil memandang sang kakak.

Nah kan Ara sudah tau tabiat adiknya itu, menyebalkan. "Demi adik terganteng gue yang satu ini Ara akan melakukan apapun. Jadi apa syaratnya, ingat jangan aneh-aneh".katanya sambil tersenyum paksa.

Gava yang masih memasang senyum anehnya itu terlihat sangat mengerikan menurut Ara"Jadi syarat tuh...."

......

Sepulang sekolah Ara dan Gava sudah berada di rumah mereka dan tentunya tidak ada mamanya ataupun papanya berada disana(you knowlah). Sekarang Gava sudah membawa beberapa buku bukan tetapi setumpuk buku hingga dia tidak dapat melihat jelas yang ada didepannya karna terhalang oleh buku.

Setelah sampai di meja ruang tamu dia pun meletakkan buku tersebut dengan sedikit susah. Dan Ara sudah tentunya merasa kaget melihat tumpukan buku itu. " Buat apasih buku-buku ini banyak banget deh". Ujar dengan kesal sambil mengambil salah satu buku itu.

"Kakak itu bukan orang bodoh yang tidak tau apa maksud ini semua"

"Jadi?".

"Tidak Gav, gue gak mau ngerjain tugas-tugas yang adanya lo tuh yang enakan" sambungnya sambil memasang wajah cemberut campur kesal yang menjadi satu.

"Bukan tugas ini tapi ini catatan teman sekelas Gava"

"Jadi, gini tadi disekolah pak Ado memberi kita catatan banyak banget nah itu gue nawarin buat nulis buku teman kelas Gava tapi ada bayarannya tentunya dong. Jadi, ini nih cara kakak biar bisa dapat maaf dari gue". Sambung Gava sambil mendorong pelan buku agar berpindah ke arah depan Ara.

"Gak ada cara lainkah?" Tanya Ara yang berusaha untuk bernego. Tetapi Gava hanya menggelengkan kepalanya. Dan setengah hati, Ara mengambil satu persatu buku tersebut dan menulis disana agar buku catatan itu dapat terlengkapi.

17:30

Jam sudah menunjukkan pukul tersebut dan Ara masih berkutat dengan buku-buku sialan itu,menurut Ara. Dan Gava? Gava setengah jam setelah memberi buku itu. Dia sudah menghilang tanpa jejak dan belum nampak sampai sekarang." Dasar Adek laknat". Kata Ara dalam hati.

"Hufft... akhirnya selesai, capek banget gue" katanya sambil menutup buku yang terakhir dan menumpukkan lagi dipaling atas. Setelah itu, dia merenggangkan tangannya sambil celingak-celinguk mencari adek laknatnya.

"Gav! Gava, udah ini gue lengkapin" katanya sambil berdiri dan memanggil Gava dengan nada sedikit keras.

"makasih kak!" Yahut Gava yang berasal dari mana dan itu membuat Ara terkejut.

"Bangke kali kau Gav, udah gue lengkapin tapi bikin gue jantungan lagi" ujar Ara sambil mengelus dadanya pelan dengan nafas yang udah beraturan.

"Lebay banget dah, padahal jantungnya masih jauh". Timpal Gava yang sudah ngacir dari sana karna kakaknya itu sudah pasti kesal sekesal-kesalnya.

"Untung adek kalau bukan udah gue gelitikin pake pisau" sungutnya sambik melangkah kearah dapur untuk mengisi perutnya karna sedari tadi cacing perut sudah mendemo dari tadi.












Vote and commet

Salam IAN


Hammer'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang