part 4

4 3 0
                                    


Author pov*

Pagi ini, Kholic tidak lagi diantar oleh pak supir, dan memilih untuk naik sepeda kesekolah. Toh, dia sudah hafal betul jalan menuju ke sekolah. Dia mengayuh sepedanya masuk ke area parkiran sekolah dan tentunya itu mengundang para siswi menatap karna menurutnya udah kaya, ganteng dan juga gak pamer. Nikmat apa yang engkau dustakan. Begitulah kira-kiranya pujian para siswi. Setelah memarkirkan sepedanya, dia pun melangkah masuk ke sekolah, sebelum masuk kekelas dia menuju ke arah loker. Setelah sampai didepan loker dia pun membuka lokernya dan disanalah terdapat banyak cokelat dan berbagai surat. Sebagai murid yang baik dia pun mengambil cokelat dan memasukkan kedalam tas. Setelah itu, dia pun meninggalkan tempat itu kemudian melangkah kearah kelas.

#kelas

"Fat, lo mau cokelat gak?" Tanya kholic sembari mengeluarkan semua cokelat didalam tasnya. Dengan mata yang berbinar Fatel langsung menyambur cokelat itu dan diikuti oleh dua temannya yaitu Reza dan Zack. Sebelum mereka berdua mulai akrab dengan Kholic. Dia sangat pendiam eh... tau-taunya didalam kata pendiam itu ada kata cerewet kayak cewek dan parahnya lagi dia suka ngegombalin para cewek disekolah ini. Dan tak jarang juga Kholic sering meringis malu melihat tingkah laku mereka saat Bar-Barnya kumat. Kalau soal fatel dia bisa dibilang kalem. Tapi kalem dalam arti yang tidak mudah di mengerti. Oke back to topic.

"Makasih, gue sangat beruntung bisa berteman dengan lo". Kata Zack dengan wajah songongnya dan diangguki oleh Reza.

"Jadi kata lo, gue dimanfaatin nih?" Sungut Kholic sambil menatap garang kedua sejoli itu. Dan fatel hanya makan cokelat sambil melihat adegan didepannya.

"....". Mereka diam sambil menggelengkan kepalanya dan mengangkat tangannya satu persatu dan membuat jarinya membentuk peace.

Kholic tidak menanggapi mereka dan memilih mengeluarkan buku dari tasnya karna nanti mereka akan melaksanakan UlanganHarian.

......

"Otak gue gak berfungsi kayaknya, gara-gara Ulangan tadi". Ujar Zack sambil memegang kepalanya dan sesekali memukul pelan.

"Otak lo aja yang kapasitasnya rendah ditambah lagi lo pukul-pukul kayak gitu pasti otak lo lagi mengecil". Timpal Fatel dengan nada mengejek dan tidak lupa dengan tawa kerasnya yang diikuti oleh Reza dan siZack hanya merengut sebal. Lain halnya dengan Kholic dia tampaknya makan dengan santai dan tidak terusik dengan teman-teman laknatnya.

"Lic, lo udah mulai ingat gak memori lo?" Tanya si Fatel dan hanya gelengan kepala yang dia dapatkan. Fatel hanya bisa menghela napas sabar.

"Semakin hari lo semakin parah banget deh lic, ditanya tidak dijawab dipanggil gak nyaut. Lo gak pernah berubah tapinya makin nyebelin". Sungut si fatel yang sangat heran melihat tingkat Kholic. Dia kira setelah amnesia sifat nyebelin Kholic hilang eh tau-taunya malah bertambah.

"Mungkin takdir".

"SETAN!!!" Teriak Fatel, Zack dan Resa dan mengundang beberapa tatapan aneh dari siswa siswi lainnya.

......

Dengan langkah yang tergesa-gesa, dia juga sering menambrak bahu murid lain dan untungnya dia masih bisa meminta maaf atas keselahannya tadi. Dia sangat terburu-buru karna hari ini papa Ara akan pulang hari ini dan beberapa menit tadi dia diminta untuk cepat-cepat pulang.

Brukkk

Suara orang jatuh, dan orang itu tak lain lagi adalah Ara."Maaf, maaf gue gak sengaja. Gue juga buru-buru, sorry yah". Katanya yang selalu meminta maaf tanpa melihat orang yang dia tabrak. Tanpa mendengar suara orang yang dia tabrak tadi di langsung meninggalkan tempat itu dan sedikit berlari menuju ke area parkiran. Sedangkan orang yang dia tabrak tadi tidak sengaja melihat jam tangan siswi itu yang jatuh didekat sepatunya. Dengan sedikit membungkukkan badan dia pun mengambil jam itu dan berniat mengembalikan jam itu. Dia pun berlari menuju ke are parkiran, setelah sampai disana dia sudah tidak melihat keberadaan siswi itu. Jam yang berwarna hitam mungil itu, dia menyimpannya didalam saku dan melangkah ke arah tempat sepedanya disimpan. Dia berniat akan mengembalikan jam itu jika dia bertemu lagi dengan siswi itu. Dan untungnya tadi dia sempat melihat tagnamenya  Kyunara Ataka.

Saat hendak mengambil sepedanya, tiba-tiba ada sahabatnya yang menmanggil." Kholic!" . Dan si empuh hanya membalikkan badanya sambil menatap datar  si Fatel.

"Nanti sore, gue akan jemput lo dirumah lo. Karna niatnya nanti kita akan nongkrong bareng jadi awas lo jika ada niat ninggalin rumah". Katanya yang panjang kali lebar. Dan Kholic hanya bergumam tidak jelas dan mengambil alih sepadanya kemudian mengayuhnya untuk meninggalkan parkiran tersebut. Dan tentunya Fatel hanya bisa merengut kesal melihat tingkah laku Kholic yang semakin menjadi-jadi.

17:50 sore, Ara baru keluar dari kamar mandi dan sekarang dia sudah memakai piama tidurnya. Setelah menyisir rambut panjangnya, dia pun membuka laci meja riasnya. Dan tidak menemukan barang yang dia cari. Sudah setengah jam dia mencari jam itu tapi hasilnya tetap nihil. Sekarang kamar Ara sangat berantakan. Dan Lysfa yang sedari tadi memanggil Ara tidak mendapat sahutan. Lysfa pun melangkah ke arah kamar Ara dan membuka pintu kamar Ara.

"Astagfirullah Ara!". Lysfa sangat tercengang melihat kondisi kamar Ara yang sangat berantakan. Dan ditambah lagi Ara sedang terisak di atas lantai. Dengan segera Lysfa langsung menghampiri anaknya itu.

"Kenapa sayang?" Tanyanya sambil merengkuh sang sang anak.

".....". Ara diam dan hanya terisak sesekali menggigit bibir bawahnya agar tangisnya tidak terlalu keras.

Lysfa melepas pelukanya dan mengangkat wajah kusut Ara ditambah lagi mata yang sembab. Lysfa mengahapus airmata Ara sambil bertanya-tanya.

"Kenapa sayang? Kenapa kamu kayak gini?" Lysfa sangat sakit melihat tangis Ara yang tidak dapat berhenti.

"Astagfirullah Ara! Kakak!" Teriak orang dibelakang Lisfa yang tak lain Afdar dan Gava.

"Ara kenapa?". Tanya Afdar yang ikut berlutut disambil Lisfa dan Ara, dan Gava hanya diam melihat kondisi kakaknya yang memprihatinkan itu.

Sekitar 10 menit tangis Ara sudah mulai reda dan sudah dapat tenang. Tanpa ditanya lagi dia pun angkat suara. "Ma Pa, Ara sangat ceroboh". Katanya yang sangat pelan sambil tersedu-sedu.

"Jam, jam pemberian kak Nubra menghilang. Padahal hanya itu yang Ara punya". Sambungnya sambil menyeka air matanya yang mengalir lagi. Entah kenapa sekarang hati Ara sangat nyesek dan sakit.

"Huss... sudah mungkin itu salah satu cara Allah, agar Ara tuh bisa melupakan dia sayang". Tanpa adanya perintah air mata Lysfa ikut mengalir.

"Tapi, hanya barang itu yang aku punya ma selain kenangan dari Kak Nubra". Sekarang bukan lagi Lysfa yang memeluk Ara tetapi Gava.

"Kak! Udah deh, kakak gak boleh lemah kayak gini. Dia akan merasa sedih melihat kakak kayak gini. Percaya deh". Bujuk Gava sambil melepaskan pelukannya pas kata-kata terakhirnya.

"Gav, apa lo tau? Dia pernah bilang "jika jam itu hilang, pasti jam itu akan sama gue" . Dan gue sangat rindu sama kak Nubra Gav. Dia... dia sangat berpengaruh dalam hidup gue, hikss..".tangis Ara kembali pecah setelah mengeluarkan semua uneg-unegnya.

"Apa dia masih hidup?". Perkataan Ara membuat keluarganya menatap kaget kearahnya.

"Astagfirullah sayang, istigfar. Orang meninggal gak akan hidup lagi, hiksss...". Sekarang Afdar yang memeluk tubuh mungil Ara sambil terisak, kata-kata Ara Sanga terdengar memilukan.

"Kamu gak boleh kayak gini sayang, kamu harus keluar dari titik ini. Kamu itu harus maju gak boleh jalan ditempat, ayo bangkit sayang". Sambungnya, mungkin kesalahan terbesar Afdar adalah sudah menyatukan Ara dengan Nubra.

.......

Vote and comment

Salam IAN

Hammer'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang