Pesan anda telah dikirim. Urung Lihat pesan
To: astrimaudya@gmail.com
From: radicakra15@gmail.com
Subject: Kedai Sepi MenepiHalo Astri,
Aku tidak tahu kamu masih di Bandung atau sudah kembali ke Yogyakarta. Seminggu yang lalu kita bertemu di kedai tempat biasa kita mengerjakan soal-soal empat tahun yang lalu.
Seminggu, waktu yang cukup lama bukan?
Mungkin tidak cukup lama karena aku masih mengingat setiap detail dari pertemuan pertama kita setelah empat tahun tak saling mencari tahu, seperti itu baru saja terjadi kemarin.
Kalau kamu membaca ini, tolong jangan pernah membalasnya atau bahkan bertanya kepadaku perihal e-mail ini. Sesungguhnya mengirimkan e-mail ini kepadamu membutuhkan banyak keberanian, waktu tidurku berkurang hanya karena menimang apakah aku harus mengirimkannya padamu atau tidak.
Aku sangat malu akan hal ini, jadi tolong jangan pernah bercerita pada siapapun aku pernah mengirimimu e-mail seperti ini ya?
Pertemuan di kedai kemarin sangat amat mengagetkan aku, apalagi mengingat fakta bahwa kamu akan segera menikah. Aku tahu, tidak seharusnya aku menulis seperti ini ditambah sebentar lagi kamu akan menjadi istri seorang pria yang sangat beruntung, tapi rasanya aku perlu sekali saja bersikap berani.
Berani menumpahkan segala perasaanku walau hanya pada secarik kertas elektronik.
Aku tahu calon suamimu pasti pria yang baik, jauh lebih baik daripada aku hingga kamu memilihnya. Aku tahu aku sangat lancang, siapa aku untuk merasa sakit hati dengan kabar pernikahanmu? Awalnya aku hanya ingin mengucapkan selamat pada kalian berdua, tapi tetap saja ada yang mengganjal.
Aku hanya ingin mengatakan sesuatu, mungkin cukup terlambat karena pada akhirnya aku membutuhkan waktu empat tahun hanya untuk menyampaikan tiga kata tak berarti ini padamu.
Aku menyukaimu, Tri.
Amat sangat mencintaimu sampai-sampai rasa cinta itu berubah menjadi benci yang sangat amat mendalam setelah mengetahui kamu memutuskan untuk berkuliah di Yogyakarta.
Kamu sendiri pernah bilang aku merupakan lelaki yang kikuk bukan? Begitu juga perihal cinta, aku tidak mudah menunjukkan perasaan yang aku rasa. Aku tidak mahir dalam merangkai kata-kata romantis seperti kebanyakan pria.
Aku kecewa dengan kamu, aku merasa kamu mempermainkan perasaanku, terus-terusan berkata bahwa kita akan satu tempat kuliah, tapi tiba-tiba kamu pergi begitu saja tanpa pemberitahuan.
Aku tahu alasan aku membencimu sangatlah tidak logis, tidak masuk dalam akal sehat, tapi apa mau dikata? Empat tahun yang lalu adalah pertama kalinya aku mengenal perasaan cinta, yang di saat bersamaan merasakan rasa patah.
Aku tidak tahu pastinya kapan aku mulai menyukaimu, tapi menghabiskan banyak waktu bersama tabiatmu yang jauh berkebalikan daripada aku, memberikan warna baru dalam hidupku. Mungkin dikata berlebihan, tapi aku merasa hidupku mulai memiliki sedikit warna setelah mengenalmu.
Karena kali itu merupakan pertama kalinya aku mengenal rasa suka, tentu saja memberikan aku perasaan aneh. Aku tidak tahu apa yang aku harus lakukan.
Aku dengan lancang menggambarkan masa depan dimana kita satu kampus, belajar bersama di perpustakaan, bersanda gurai di jalan Dago, atau hal lainnya yang berhubungan dengan Bandung. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk mengatakan ini semua padamu seusai kita lulus bersama dari Sabuga nanti.
Sayangnya, hal tersebut tidak akan pernah terjadi.
Tiga tahun kita berada di sekolah yang sama membuatku sedikit menyesal, mengapa aku baru dekat denganmu pada empat bulan terakhir?
Andai saja aku memiliki waktu lebih lama, andai saja aku menyadari perasaanku padamu lebih awal, andai saja aku bersikap lebih berani, andai saja kita pergi ke kampus yang sama, mungkin aku tidak akan hanya menjadi sekadar teman lama yang kamu undang di pernikahanmu nanti.
Ah, tapi apapun itu ya sudahlah.
Aku harap kamu bahagia dengan hidupmu dan calon suami yang kamu pilih ya! Terus berjuang ya Tri, agar menjadi dokter yang dapat berguna bagi bangsa dan negara. Kalau kamu sudah buka praktik, jangan lupa kasih diskon untukku ya! Oh iya, jangan lupa undang aku di pernikahanmu juga.
Aku ingin melihatmu memakai gaun cantik, walau bukan untukku.
Teman kelompok belajarmu yang kikuk,
Radi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepi Menepi
Short StoryHanya serpihan kenangan milik Radi yang perlahan muncul kembali ke permukaan setelah lama terkubur di antah berantah. ••• Inspired by Diorama - Tulus