"Rad." Astri tiba-tiba memanggil, membuat Radi yang sedang sibuk melahap nasi goreng memperhatikannya.
"Kenapa Tri?"
"Temen aku bilang gak jadi makan disini, aku pergi dulu ya." Jawab Astri seraya membereskan barang-barangnya, bersiap untuk pergi.
Radi tersentak, pertemuan pertama setelah empat tahun tidak seharusnya sesingkat ini. Masih banyak hal yang ingin Radi tanyakan, apakah Astri datang ke acara buka bersama sekolah, bagaimana kabar Kiko (kucing milik keluarga Astri), atau pertanyaan konyol seperti apakah di Yogya ada yang berjualan batagor?
Singkatnya sih, sekadar saling berbagi cerita mengenai kehidupan masing-masing setelah empat tahun lamanya tak berhubungan.
Radi masih diam, tidak tahu apa yang harus ia katakan. Astri menatap Radi lekat-lekat, menunggu jawaban iya, atau semata-mata salam perpisahan. Radi menelan ludah, semakin gugup karena Astri terlihat sudah tak sabar untuk pergi.
"Mau aku anter gak?"
Sekarang giliran Astri yang kaget, bukannya salam perpisahan yang ia dapat, tapi malah tawaran Radi untuk mengantar. Astri tersenyum miris, mengingat hari pengumuman SBMPTN empat tahun lalu, hari yang menimbulkan luka di hatinya.
"Kalau kamu ngomong itu empat tahun yang lalu, mungkin kita masih dekat Rad." Bisik Astri dalam hati, walau Radi tak dapat mendengarnya.
•••
Radi baru saja baru bangun dari tidurnya yang lelap. Hari ini pengumuman SBMPTN, berbeda dengan siswa lainnya yang sudah sangat panik hingga tidak bisa tidur, Radi dengan mudahnya malah tidur sampai jam dua belas siang.
Berbekal setengah kesadaran yang baru ia miliki, segera diraihnya laptop yang berada di atas meja belajar. Radi menguap sebelum mengetikkan alamat website pengumuman, dirinya yang masih suntuk ingin segera mengecek agar dapat melanjutkan tidur 'siang'nya yang terganggu.
Diketiknya nomor peserta ujian miliknya, website yang loading cukup lama sempat membuat Radi sedikit gusar. Maklum, ada ribuan peserta yang mengakses laman pengumuman.
Radi melihat pengumuman tersebut dengan senyum tersunggingkan. Yah, bagi anak jenius yang selalu menjadi juara, ujian masuk kuliah bukanlah hal yang sulit. Radi sigap mematikan laptop dan menaruhnya kembali di atas meja belajar, sudah sangat siap untuk melanjutkan tidurnya yang terganggu.
Baru saja ia hendak menutup kedua kelopak matanya, tiba-tiba wajah Astri terbesit di benaknya. "Astri?" Radi baru saja ingat, bagaimana nasib teman belajarnya yang juga ingin berkuliah di kampus yang sama dengan dirinya?
Rasa penasarannya semakin memuncak, pasalnya Astri sama sekali tidak mengirimi pesan heboh seperti biasanya. Apalagi pengumuman kelulusan sudah dibuka sejak jam enam pagi. Radi tahu betul watak Astri yang pastinya tidak akan dapat memejamkan mata semalaman karena memikirkan hasil pengumuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepi Menepi
Short StoryHanya serpihan kenangan milik Radi yang perlahan muncul kembali ke permukaan setelah lama terkubur di antah berantah. ••• Inspired by Diorama - Tulus