A/n di chapter ini mungkin akan mentrigger beberapa orang, kalau merasa ga kuat bisa langsung di skip bagianya, selamat membaca semoga suka
.
.
.
."Aku kepala keluarga yang buruk ya"
Gulf menatap lelaki paruh baya yang sedang mengusap wajahnya kasar, mereka kini tengah duduk di salah satu kursi taman.
Sebenarnya Gulf tidak ber ekspetasi lelaki paruh baya itu akan menceritakanya, malah Gulf berfikir beliau akan memarahinya atau memakinya.
"Sejak meninggalnya putriku, adiknya Mew, kita sering bertengkar, aku paham sekali istriku masih belum bisa menerimanya, karna bagaimana pun ia sangat menginginkan anak perempuan, dan aku tidak bisa menenangkanya, kadang malah aku ikut tebawa emosi... bahkan kadang melampiaskan padan Mew"
Gulf masih teringat ucapan pria itu yang bergetar, di satu sisi ia tidak bisamembernakan perlakuan sang ayah pada Mew, tapi di satu sisi ia juga merasakan betapa beratnya beban yang di pikul lelaki paruh baya ini.
"Paman.. tidak apa apa kalau ingin menangis" seru Gulf pelan sembari mengusap pelan bahu lelaki yang bergetar itu.
"Aku mengerti rasanya paman, aku kehilangan orang tuaku saat SD..."seru Gulf lirih, entah kenapa air matanya mencuat keluar, walau bayangan kebersamaanya dengan orang tuanya tidak terlalu jelas, ia masih bisa merasakan hangatnya dekapan mereka.
"Terasa sangat menyesakkan memang, tapi kita harus tetap berjalan maju"
Lelaki itu menatap Gulf yang sedang menerawang langit langit, terlihat butiran air mata yang turun di mata indahnya.
"Paman.." seru Gulf tiba tiba menoleh pada lelaki di sebelahnya, "peluk istrimu jika kau tidak punya kata kata untuk menenangkanya, usap air matanya" seru Gulf sambil tersenyum.
"Setidaknya itu akan lebih menenangkanya" lanjut Gulf lagi.
Lelaki paruh baya itu menatap Gulf nanar, "apakah bisa..?" Tanyanya sendiri, merasa kurang yakin.
Menggenggam tangan lelaki paruh baya itu pelan, "aku rasa perasaan tidak akan bisa membohongi paman, lakukanlah sebelum terlambat" lirih Gulf.
Lelaki itu terpana dengan ucapan Gulf, entah kenapa dan bagaimana ia seperti terhipnotis oleh sorot mata anak itu, bisa bercerita masalahnya dengan bebas, dan bahkan masukan dari anak itu langsung di terimanya.
"Terima kasih" seru lelaki itu tulus.
"Gulf kau ingin mengunjungi Mew kan? Ikut saya saja" seru sang ayah sembari tersenyum tulus pada Gulf.
Aku harap kau bisa menjadi bagian dari keluargaku.
Gulf hanya menganggukan kepalanya dan tersemyum.
Semoga masalahmu selesai.. Mew.
~~~~~~~~~~~~~~~
Mew menatap cermin kamarnya dengan pandangan kosong, pernyataan ibunya tadi masih terngiang jelas di otaknya.
"Kenapa harus dia yang mati? Kenapa bukan kamu? Kenapa Mew..?! Kenapa kamu membunuhnya"
Mew bisa merasakan cengkraman sang ibu pada lenganya tadi yang perlahan lahan merosot seiring dengan tubuh ibunya yang terjatuh ke bawah, menangis.
Meraba dadanya yang terasa nyeri, apa sebegitu tidak di inginkanya Mew oleh keluarganya? Jika memang saat itu bisa di tukar, Mew akan dengan senang hati menggantikan tempat sang adik.
"Kenapa...kenapa.."
"ARGHHHH!"
Mew meninju cermin dihadapanya dengan kencang, membuat cermin itu pecah dan melukai tangan Mew, tapi Mew tidak perduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
A drop of color (Complete)
Fiksi PenggemarMew Suppasit seorang introvert yang merasa tidak membutuhkan teman, Gulf Kanawut berisik, terkesan susah di atur dan sangat menyukai sepak bola, Aku pikir hidupmu hanya bermain bola Gulf, - Mew Kau tidak akan pernah tau Mew, -Gulf