Bagian LIMA

49 9 8
                                    

"Entah sudah berapa lama, bibirku kupaksa tersenyum. Bisakah kau menghitungnya?"

🌾🌾🌾

Naza membuka amplop berwarna coklat, yang kalau di deskripsikan seperti amplop gaji pegawai kantor.

Eits, tapi jangan salah sangka isinya uang ya, Naza sih juga berharapnya gitu.

“Masih dapet surat cinta ni Za?” tanya Liya sambil memakan donatnya.

“Lo pasti kangen yaa? Selama liburan ga dapet begituan.” Ucap putri sambil menyedot es teh nya.

“Dibilang kangen juga engga, bentar, mau baca.” Naza mulai membuka lipatan kertas tersebut dan serius membaca.

Setelahnya, Naza melipat lagi surat tersebut dan memasukkannya kembali ke dalam amplop.

“Loh, tumben dimasukin lagi? Biasanya di tempel di buku koleksi puisi lo?” Heran Putri.

Selama setahun, Naza selalu dapat amplop gaji berisi puisi dari lokernya dan selalu disimpan olehnya sebagai koleksinya, walaupun bukan dia yang bikin.

Tapi kali ini tidak.

“Isinya bukan puisi.” Singkatnya.
Kedua sahabatnya menatapnya dan memutuskan untuk mengambil amplop tersebut lalu membacanya.

“Oooo, sekarang udah gamau main secret admirer lagi ni Mr. Poetry.”
Mr. Poetry adalah sebutan mereka untu si penulis puisi ini, karena puisinya benar-benar bisa membuat kamu meleleh, ya walaupun Naza tidak, ia hanya kagum pada pemilihan diksinya.

“Mau main terang-terangan rupanya.”

“Ssst, gausah keras-keras. Gue malah takut.” Terlihat jelas keresahan pada wajah Naza yang manis.

“Lo tenang aja Za, kan ada gue sama Putri yang siap baku hantam kalo lo diapa-apain.”

“Kayak berani aja.” Sindir Naza.

“Boro-boro si Liya berani baku hantam, ada cacing nyebrang aja dia udah jerit-jerit 10 oktaf.” Liya menyengir lebar karena yaa sifatnya memang gitu.

“Za, ada kak Reykal tu.” Liya menyenggol lengan sahabatnya itu.

Setelah Naza kembali dari ruang kepsek, ia menceritakan semuanya tanpa terkecuali pada Liya, Putri dan bahkan Putra.

“Anjiir, ganteng bangetttt sih, sampe pengen nangis gue liatnya. Alisnya tebel, kulit sawo mateng keputihan, mata coklat kek elang, bibir yang perfect banget. GILAmmphh.” Putri dibekap oleh Liya karena bagian akhir kalimatnya diucapkan terlalu lantang.

Sementara Naza berharap dalam hati, semoga dia tidak mengganggunya sampai di dalam kelas.

Naza yang mulanya pura-pura sibuk menghafal rumus, sedikit mendongak untuk melihat apa yang akan dilakukan Reykal. Dan tanpa sengaja bola mata mereka bertemu.

Reykal terus berjalan mendekat ke bangku Naza, membuat Naza langsung memutus kontak matanya, dan...

“Halo cantik, lagi sibuk gak?” Masih Naza ingat sekali kalau ini suara Reykal si mata elang.

Semua orang langsung melihat kejadian tersebut.

Reykal berada dihadapan seorang gadis cantik yang berpenampilan, sedikit seksi. Namanya Ayre. Dia duduk di bangku belakang Naza.

Syukurlah dia ga kesini.’ Batin Naza.

“Mmm, e-enggak kak.” Jawab Ayre gugup.

“Bagus kalo ga lagi sibuk. Berarti bisa kan ya, kalau ngetikkin nomer kamu di hp ku?” tanya Reykal basa-basi.

KORELASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang